Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23 : Lakukan Jika Kau Juga Bisa!
Luka sudah terobati. Namun, rasanya Soraya mau jadi tidak waras jika ia dengan Justin atau Hugh. Dua alpha ini sebenarnya sama-sama gila. Sinting baginya.
"Tapi, sebenarnya siapa yang sarap sih disini? Aku atau mereka berdua?!" gumamnya sambil menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin lebar di kamar mandi kantor.
Setelah keluar kamar mandi, Soraya kembali ke ruang kerja. Namun tiba-tiba telepon berdering. Begitu di jawab, itu telepon dari Lia. Rekan kerjanya di kantor ini.
"Ke ruang meeting sebentar! Kita mau bicarakan soal acara anniversary perusahaan nanti," ucap Lia di seberang sana.
"Sekarang?" Soraya bertanya.
"Iya, sekarang. Di tunggu, ya!" Lia menjawab. Lalu memutus hubungan telepon itu.
Soraya menutup teleponnya. Dan segera menuju ruang rapat.
...***...
Di ruang rapat, sudah ada juga Carson dan Dennis yang turut bergabung. Selain Lia, untuk perempuannya ada juga Bella yang ikut menunggu. Soraya masuk untuk bergabung. Dan jadilah 5 orang dalam ruang rapat.
"Boss mau ada acara pentas seni drama di acara anniversary nanti," ucap Carson.
"Pentas seni drama?" tanya Soraya.
"Iya. Dan sekarang, dari keinginan kalian, maunya drama apa?" Dennis yang menjawab, sekaligus balik bertanya.
"Boss mintanya drama apa? Maksudku, bertemakan apa? Kerajaan, atau jaman modern? Atau legenda? Komedi?"
"Terserah kita katanya. Menurut kalian, cocoknya apa?" tanya Carson.
Semua berpikir dulu. Lia menjawab lebih dulu, "Untuk latarnya... bagaimana kalau kerajaan?"
Soraya menjentikkan jarinya dan menjawab, "Aku setuju. Boleh juga itu. Tapi, kerajaan negara Barat. Bukan yang Timur seperti dataran China, Jepang, atau Korea. Menurutku, itu terlalu kuno."
"Lalu maunya kerajaan modern seperti daerah Eropa?" tanya Bella.
"Tepat! Tapi bukan berarti daerah kerajaan seperti di Inggris."
"Genrenya apa?" tanya Carson.
Soraya langsung menjawab, "Genrenya dongeng. Jadi gampang di mengerti ceritanya. Dan anak-anak yang kecil yang menonton nanti bisa terhibur juga. Bagaimana?"
Perundingan sejenak. Tapi akhirnya sepakat dengan pendapat Soraya. Lalu menuju ke judul serta pemerannya.
"Aku sudah ada ide untuk dongeng. Bagaimana kalau, Putri Salju?" tanya Bella.
Lia tak setuju dengan berkata, "Jangan Putri Salju! Kita harus menyewa 7 pria yang badannya kerdil nanti. Itu 'kan susah carinya. 7 pria dewasa yang badannya setinggi anak usia 4 tahun, untuk memerankan tokoh 7 kurcacinya."
"Benar. Sulit mencari orang dewasa berbadan mini di kota kita," Carson ikut tidak setuju.
"Terus, maunya dongeng apa?" tanya Soraya.
Semua kembali berpikir. Sampai Dennis dengan semangat menjawab, "Ah! Cinderella saja! Bagaimana? Kita hanya butuh wanita ahli model untuk memerankan tokoh perinya."
"Wah! Boleh juga, tuh!" Bella memukul meja dengan kepalan tangannya.
Akhirnya, semua sepakat kalau drama yang akan dipentaskan nanti adalah drama dongeng Cinderella. Lia akan mengurus bagian pemerannya. Dan akan memberitahu besok, siapa-siapa saja yang akan memerankan para tokoh karakternya.
...***...
Malam harinya, Soraya sibuk mengerjakan tugas untuk pementasan nanti. Ia harus bantu pembuatan naskah, yang di arahkan oleh rekan kerja lainnya, Mion. Mion yang jadi sutradaranya, dan Soraya jadi pemain sekaligus penulis naskah. Jadi besok tinggal pemberian teks naskah skenario dan pemeran untuk dramanya.
"Nanti aktingnya ku arahkan lebih detail lagi, saat latihan kita sudah dimulai. Kamu hanya tulis teks naskah skenario dan dialognya," ucap Mion di seberang sana, lewat hubungan telepon di ponselnya Soraya.
"Siap, Mion!" balas Soraya sambil mengetik di laptopnya.
"Cast-nya akan Lia kirim lewat e-mail dari dia padaku. Dan kamu tinggal tulis juga besok."
"Baik."
Keduanya saling mengucapkan salam penutup, dan tutup telepon di ponsel masing-masing.
Justin yang baru masuk kamar, melihat istrinya tengah sibuk mengutak-atik keyboard laptop dengan serius. Soraya tahu kedatangan Justin, namun ia mengabaikannya.
"Sibuk, Sayang?" tanya Justin menggoda.
Soraya menjawab acuh, "Lihat saja sendiri aku sedang apa sekarang."
"Jangan terlalu begitu! Aku hanya tanya baik-baik."
Sampai pada akhirnya, Soraya memukul kasur. Dan marah pada Justin.
*BUKH!!!*
"Aku sedang kerja! Kau malah enak-enakan di rumah sambil membaca laporan tidak penting, dengan temannya adalah alkohol dan rokok. Kau ini maunya apa, sih?! Hah?!"
Justin malah tertawa. Dengan cepat ia menutup laptop Soraya dan menyimpannya di meja. Lalu ia menindih tubuhnya.
"Kau memang pemberani. Tapi, kau melemah jika aku tindih begini. Iya, 'kan?" goda Justin dengan senyum licik kemenangan.
"Kata siapa! Aku juga bisa!" jawab Soraya makin kesal. Tak mau kalah.
Justin menantang lagi balik dan membalas, "Benarkah? Kita lihat."
Justin berdiri, lalu bertransformasi menjadi manusia serigala. Dan ia membuka bajunya. Wujudnya lebih mengerikan dari yang sebelumnya.
Tubuhnya hampir semua ditutupi bulu yang lebat. Lalu ia menarik tubuh Soraya dengan kasar ke kasur, dan membuat gadis itu bisa menindihnya.
Dengan bisikkan godaan, ia berkata, "Buktikan! Lakukan saja, jika kau juga bisa..."
Soraya melakukannya. Tapi karena malah takut, apalagi wujud manusia setengah serigala dari Justin yang sangat gila dan mengerikan seperti monster itu membuatnya mulai menyusutkan keberaniannya. Akhirnya, ia turun dari tubuhnya Justin.
Lalu tanpa bicara apapun, keluar dari kamar. Akan tetapi, Justin melihatnya dengan raut wajah heran. Senyum kemenangannya malah sirna.