"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.
Jalanan licin membuat mobil tergelincir.
"Kyaaa!!!"
Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.
"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.
Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.
"Selamat datang, gadis berambut hitam."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita...
Peristiwa Dalian dan keluarganya yang menyusuri jurang membawa mereka ke dunia aneh yang sama sekali tak mereka kenali.
Makhluk-makhluk asing mulai muncul sepanjang perjalanan mereka. Pada tahap pertama, mereka bertemu dengan hantu-hantu kain terbang yang disebut sebagai 'flying ghost' bayangan putih yang melayang seperti kain compang-camping ditiup angin.
Dalian tetap berjalan di depan, menuntun mobil ayahnya sambil berharap bisa menemukan jalan keluar dari kegelapan ini.
"Sebenarnya aku harus terus berjalan ke mana?" gumam Dalian, menutup matanya sambil sedikit mengintip celah-celah jari.
"Aku akan menunjukkan jalan keluar, jadi teruslah berjalan, Dalian," sahut Kaya dengan suara lembut, kucing terbang kecil yang setia menemani Dalian di sisi kanannya.
"Tapi aku takut. Makhluk-makhluk terbang itu terus mengikuti kita," kata Dalian, suaranya gemetar, matanya melirik ke arah kain-kain putih yang bergelayutan di udara.
"Boooo... Swing... Swing..." Suara aneh dan erangan seram terdengar dari arah para 'flying ghost'.
Mereka menampilkan berbagai ekspresi yang ganjil, seram, konyol, bahkan menakutkan. Jumlahnya semakin bertambah, lima, tujuh, semakin banyak mengikuti jejak langkah Dalian.
"Dalian, kamu cukup berani," puji ayahnya dari dalam mobil yang perlahan mengikuti langkah Dalian.
"Kita ini sebenarnya ada di mana sih?" tanya Celsey dari dalam mobil. Ia melihat keluar jendela, namun yang terlihat hanya kegelapan yang seakan tak berujung.
"Aku ingin ikut Dalian," seru Kio, adik Dalian, dengan antusias.
"Bocil, tetaplah di tempatmu," tukas Celsey sinis, melirik ke arah Kio.
Kaya, yang sejak tadi terbang di samping Dalian, mengajak bicara lagi. "Dalian, 'flying ghost' itu hantu kain terbang. Pernah dengar?"
"Tidak!" jawab Dalian cepat dengan nada kesal.
"Dalian, aku akan tunjukkan sesuatu yang mungkin menyenangkan."
"Apa itu?" tanya Dalian curiga.
"Tersenyumlah. Tersenyumlah kepada mereka."
"Tersenyum? Apa kau gila? Kau minta aku tersenyum kepada hantu itu?! GILA LU, NDRO!" Dalian berteriak, membuat kucing kecil itu sedikit terkejut. "Kau ini BERISIK!!"
Gertakan Dalian membuat mata Kaya yang awalnya tenang langsung memutih. "Gadis macam apa ini? Gertakannya lebih menyeramkan dari para hantu itu."
Kaya perlahan membuka telapak tangan Dalian yang menutupi matanya, mencoba menunjukkan senyum bulan sabitnya yang khas. Namun, "Swatt!" Dalian segera menghempasnya dengan kuat hingga Kaya terlempar jauh ke udara.
"Apa-apaan kau, kucing jelek?! Gigi seperti ikan hiu itu kau pikir imut, hah? MENYEBALKAN!" teriak Dalian, frustasi.
Ayah Dalian akhirnya membuka pintu mobil dan mendekatinya. "Dalian?" Ia menyentuh pundak putrinya dengan lembut. "Kamu sudah berani menuntun perjalanan ini. Jangan bersedih. Kita ada di sini bersamamu."
"Ayah," jawab Dalian lirih, merasa sedikit terhibur. "Beranikan dirimu. Tunjukkan jalan keluar untuk kita semua," tambah ayahnya, memotivasi.
"Iya, Kakak. Ternyata Kakak yang paling berani di antara kita," sahut Kio sambil menggendong Kaya yang sudah kembali.
Dalian menarik napas panjang, berusaha mengumpulkan kembali keberaniannya. "Baiklah," gumamnya sambil berdiri.
Kaya kembali terbang di samping Dalian. "Dalian, tersenyumlah kepada mereka," pintanya lagi.
"Tidak mau!" jawab Dalian tegas.
"Sebenarnya 'flying ghost' itu makhluk yang ramah, meskipun wujud mereka menakutkan. Coba tersenyumlah kepada mereka," jelas Kaya dengan nada lebih lembut.
"Bagaimana aku bisa tersenyum jika perasaanku masih penuh ketakutan?!"
Tiba-tiba, "Boooo..." Suara mengerikan terdengar tepat di depan wajah Dalian, membuatnya melompat ketakutan.
"Boooo..." Suara lain menyusul dari samping.
"Ja- jangan..." desah Dalian.
Dari belakang, muncul lagi satu 'flying ghost' yang menyentuh lehernya dengan kain dingin. "Rrrwwwww..." erang makhluk itu, semakin mendekat.
"Tidaaak!! Aku takut! Aku gak mau lagi!! Pergi! Pergi!!" teriak Dalian, tubuhnya gemetar.
Kaya akhirnya melompat ke udara, berubah menjadi sepuluh kali lipat ukuran normalnya. "Aku terpaksa menggunakan kekuatanku," gumamnya serius.
Kaya melipatgandakan kekuatan cakarnya yang sekarang tampak berkilat dalam kegelapan. Tubuhnya yang besar menutupi pandangan Dalian, Kio, dan ayah mereka. Dan di balik punggung besarnya, hantu-hantu itu masih berkeliling dengan ekspresi seram, bercampur sedih.
“Aku tidak ingin melukai kalian,” gumam Kaya pelan, pandangannya tertuju pada flying ghost yang berputar semakin dekat. “Tapi aku harus melindungi mereka!”
Dengan satu lompatan, Kaya menerjang ke depan, cakarnya yang tajam mengarah ke salah satu flying ghost yang tiba-tiba berhenti di tengah udara. Kaya tertegun sejenak.
Matanya bertemu dengan mata hitam besar hantu itu, yang kini tampak menunduk penuh ketakutan. Namun, dalam kilatan waktu, cakarnya sudah terayun. “Sruinggg...” Dengan satu kibasan, hantu itu lenyap.
Di saat yang sama, terdengar suara rintihan panjang, “Booooo…”Kaya menarik napas dalam-dalam, melihat ke arah tempat hantu itu menghilang.
Dia merasakan sesuatu yang dingin menjalar di dadanya, perasaan bersalah yang tak bisa ia abaikan. Namun, sepasang flying ghost lainnya sudah melayang mendekat, menampakkan ekspresi seram mereka lagi.
“Sruingg...” Lagi, Kaya mengayunkan cakarnya. Satu per satu hantu itu lenyap, tapi yang tersisa bukan hanya kesunyian. Suara tangisan halus bergema di udara, suara rintihan penuh duka yang menghantam batin Kaya.
“Maafkan aku...,” bisik Kaya, suaranya hampir tenggelam oleh rintihan hantu-hantu itu. “Aku... aku tidak punya pilihan…”
Namun, tak ada jawaban. Hanya hening dan tatapan kosong dari hantu-hantu yang tersisa.
Dengan satu kibasan lagi, "Sruuing," satu 'flying ghost' menghilang. Kaya terus bergerak cepat, mengusir dua makhluk lagi yang berusaha menakuti Dalian yang masih menutup mata.
"Maafkan aku karena melukai kalian," ucap Kaya dengan penuh penyesalan.
"Booooo..." Suara lembut dan rintihan terdengar dari salah satu 'flying ghost' yang tampak terluka. Dalian menatap makhluk itu, perasaannya tiba-tiba berubah.
"Kaya, apa yang kau lakukan pada mereka?!" Dalian berteriak marah.
"Aku melindungimu!" balas Kaya dengan bingung.
"Tapi mereka... merintih... kau melukainya?!"
Dalian mendekati 'flying ghost' yang terluka, menyentuh ujung kain yang melayang-layang seperti tangan. "Aku tidak akan takut lagi pada kalian. Jadi, jangan takuti kami lagi, ya?" Dalian tersenyum lembut.
Makhluk itu langsung berubah. Ekspresinya yang tadinya seram menjadi penuh senyum, meskipun masih berwarna hitam. Kain putih mereka bergerak seperti tarian anggun di udara.
"Kakak!" seru Kio, keluar dari mobil, menghampiri Dalian. "Kamu hebat, Kakak."
"Kaya, kau harus minta maaf kepada mereka," perintah Dalian dengan tegas.
"Maaf? Tapi aku melindungimu!" Kaya membela diri.
"Namun kau membuat mereka terluka," tukas Dalian.
Akhirnya, Kaya menyerah. "Maafkan aku," katanya pada para 'flying ghost'.
Makhluk-makhluk itu melayang gembira, kain putih mereka terbuka lebar seperti tirai-tirai indah yang menari. Mereka memberi jalan bagi Dalian dan keluarganya untuk melanjutkan perjalanan.
Dalian tersenyum, lalu mulai berlari mengikuti 'flying ghost' yang menunjukkan jalan. Mobil ayahnya menyusul di belakang, dan di ujung kegelapan itu, perlahan muncul seberkas cahaya. Kegelapan mulai memudar, digantikan oleh pemandangan langit dan daratan di cakrawala.
"Kita... ada di mana lagi?" bisik Dalian, penuh rasa ingin tahu.