Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meregang Nyawa
Tangisan itu semakin menjadi saat mengingat perjuangan orang terkasihnya di ruang persalinan. Wanita cantik itu tidak ingin di sentuh olehnya dan memintanya menunggu di luar, hingga akhirpun dia tidak bisa menggenggam wanitanya. Masih basah di ingatannya saat wanita tercintanya berkata.
"Aku mencintaimu, tapi kau haram bagiku..." kata itu terjeda di tengah helaan nafas karena darah mengalir deras dari tubuhnya.
"Cukuplah perbuatanku yang dulu menjadi tangisanku setelah hijrah, jika memang nafasku hanya sampai di sini. Aku mohon..." kata itu terhenti lagi.
"Jadikan Vania sebagai Ibu sambung untuk putri kita, aku percayakan putri kita padamu dan Vania. Jangan kau kenalkan gelapnya dunia kita pada putri kita yang manis..." kata itu kian melirih
"Van..Vania...Bimbing aku untuk terakhir kalinya Dik.." sahut wanita cantik itu dengan lirih.
Dengan bercucuran air mata Vania membimbing Cassandra mengucapkan kalimat Allah sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya. Tepat setelah Cassandra bersyahadat (mengucap dua kalimat syahadat) Cassandra menutup matanya. Jiwa itu telah berpulang.
Riuh tangisan mengisi ruangan itu, tidak hanya orang dewasa, bayi merah yang masih bergelumuran darah itu juga meraung keras seakan menyadari jika sang pelita hidupnya, surganya dan wanita yang telah menghadirkannya kedunia ini telah meninggalkannya seorang diri.
Tangisan Robert, Vania, Ibra dan Baby Cassy tak mampu lagi di bendung. Keempat orang itu snagat terpukul karena kepergian Cassandra. Yang paling terpuruk di sini adalah Robert. Penyesalan-demi penyesalan menghinggapinya tanpa henti.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Saat ini Ibra, Vania dan Robert sedang di pemakaman umum yang ada di Turki. Para pelayat sudah pulang lebih awal, hari sudah akan gelap. Mentari sebentar lagi akan berganti shif dengan sang rembulan. Ibra perlahan menepuk pundak sang sahabat baik, lalu pergi lebih awal mungkin saja Robert butuh waktu lebih bersama sang pujaan hati.
Saat Ibra mengajak Vania ikut serta, gadis muda itu mengkode kakaknya agar pergi lebih dulu. Dia ada yang ingin di katakan pada orang yang begitu di cintai oleh Cassandra semasa hidupnya.
"Kak," lirih suara Vania terdengar.
"Aku tahu ini sulit, berat dan teramat sakit. Tapi Kakak harus ingat, Kak Sandra pergi bukan tanpa meninggalkan sesuatu. Ada Cassy yang butuh Daddynya setelah sang Mommy tidak lagi mampu memeluk hangat tubuh mungilnya. Dia butuh Kakak..." perkataan Vania terhenti karena Robert tergugu dalam tangisannya.
Meski sangat ingin memeluk Robert untuk memberikan ketenangan tapi itu bukan hal yang pantas. Dia dan Robert terbentang jarak yang begitu besar yang tidak mungkin Vania pangkas.
"Aku tidak sanggup Van, ini terlalu berat. Aku belum siap di tinggal Cassandra, Vania. Aku mencintainya, sangat mencintainya. Aku menghindarinya semasa hamil karena takut dia menjadi sasaran musuhku, Vania. Aku selalu dalam misi berbahaya, bagaimana mungkin aku membiarkan Wanita yang kucintai beserta buah cinta kami dalam bahaya Vania." tangis itu kian menjadi saat mengingat alasan dia menjauhi Cassandra.
"Kak, aku tahu sekarang Kakak sangat berduka atas kepergian Kak Sandra. Menangislah sepuas yang Kakak mau, setelah itu jangan abaikan Cassy. Jangan sampai Kakak menyesal untuk kedua kalinya. Aku pulang lebih awal Kak, Twins dan Cassy butuh aku," Vania berlalu, karena memang Cassy dan Twins sudah harus minum asi darinya. Karena itu juga Vania bergegas pulang.
"Kak Ibra, di sini saja dulu," kata Vania seraya menatap pada punggung Robert yang bergetar hebat.
"Kak Robert tidak dalam keadaan baik-baik saja di tinggal sendiri. Tunggulah dari kejauhan, aku akan pulang lebih awal. Anak-anak sudah terlalu lama aku titip pada pengasuh, mereka harus segera di beri asi. Aku pamit kak," Vania mencium tangan Ibra takzim lalu berlalu dengan mobil yang akan di supiri oleh orang suruhan Ibra. Sedangkan Ibra duduk di dalam mobil sambil menatap pada sang sahabat yang masih betah bersimpuh di pusara orang tercintanya itu.
Robert menghapus air matanya cepat, saat dia mendengar pintu kamar Twins terbuka. Ternyata Vania yang datang seraya membawa susu hangat. Vania selalu tahu jika Robert akan susah tidur saat bermalam di sini. Karena Pria itu akan menghabiskan waktunya dengan menyesali kebodohannya 4 tahun lalu.
"Jangan di tangis terus Kak, tapi di do'akan. Kak Sandra butuh do'a dari kita sebagai keluarga dan sahabat baiknya. Di minum Kak, selagi hangat agar badan Kakak rilex dan segera terlelap," setelah mengatakan itu Vania berlalu dan menutup pintu kamar Twins perlahan-lahan.
Robert meletakkan figura Cassandra di atas nakas, lalu mengambil gelas berisi susu putih yang di berikan Vania. Rasa hangat menjalar di tenggorokan dan perutnya saat meneguk susu pemberian adik dari sahabatnya itu. Setelah minum susu yang di berikan oleh Mommy dari Cassy itu Robert mulai merasa lebih nyaman dan ngantukpun perlahan menghampiri.
Robert yang sudah berwudhu sebelum ke kasurpun segera merebahkan tubuhnya di samping Twins.
"Kamu benar Cassandra, Vania adalah sosok Ibu terhebat untuk Twins dan juga anak kita. Tapi aku belum bisa menepati permintaan terakhirmu. Selain Vania masih trauma dengan pernikahannya terdahulu, Vania tahu betul jika hatiku masih tersimpan rapi namamu di dalamnya. Maafkan aku sayang," lirih Robert sebelum alam mimpi membawanya.
Di kamarnya Vania tidak langsung tertidur, nyatanya wanita muda itu tengah mengulang hafalan Al-qur'annya. Ya selain berbisnis dan mengurus 3 balita menggemaskan itu. Vania memantapkan lagi program menghafal al-qur'an yang sempat terhenti saat dia di rumah Bagas dulu.
Sekarang wanita cantik itu hafal al-qur'an 30 juz. Sehingga Vania selalu bermurajaah di setiap ada kesempatan. Salah satunya adalah sebelum waktu tidurnya.
Di tengah malam saat semua orang tertidur lelap, Cassy terbangun dan menangis kencang saat tudak menemukan Mommynya di sampingnya.
Mendengar Cassy menangis begitu kencang membuat Robert yang di kamar sebelah terjaga dan berlari ke arah kamar Vania. Akan tetapi pintu itu terkunci dari dalam.
"Van! Vania , Cassy kenapa?" tanya Robert panik dari luar.
Tidak lama Vania membuka pintu dengan Cassy dalam gendongannya. Anak balita perempuan itu mulai tenang setelah di peluk Mommynya. Sedang Vania menggendong Cassy dalam balutan mukenah.
"Cassy kenapa?" tanya Robert panik.
"Biasa Kak, terkejut bangun dan langsung nangis saat aku ngak ada di sampingnya." kata Vania.
Melihat Vania yang menggunakan mukenah dan di karpet ada sejadah lengkap dengan Al-qur'an yang terbentang menjelaskan apa yang di lakukan oleh wanita muda itu. Rasa kagum Robert kian bertambah pada Vania. Sungguh Robert teramat ingin mempersunting adik dari sahabatnya ini. Namun, kata Vania benar. Semuanya tidak akan baik-baik saja karena di hatinya saat ini hanya ada Cassandra wanita yang telah mengandung dan meregang nyawa saat melahirkan Cassy ke dunia.
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan