Natasya Amira seorang gadis berusia 22 tahun terpaksa harus menikah dengan Reza Setiawan Admaja, seorang pria berusia 27 tahun yang tak lain adalah kekasih sahabatnya sendiri. akankah pernikahan yang tak di dasari cinta tersebut akan bahagia??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nadin mabuk.
Di sebuah club malam yang cukup terkenal di kota J, seorang pria tengah mencoba menenangkan seorang gadis yang tengah meracau, akibat terlalu banyak menenggak alkohol.
"Kenapa kamu sampai mabuk mabukan seperti ini Nad??." Ujar seorang pria, sembari membopong tubuh seorang gadis yang ternyata adalah Nadin.
"Ren, apa sudah saatnya aku mengatakan yang sebenarnya pada Tasya?? aku sudah tidak sanggup menyimpan semua rahasia ini Rendi." Tangisan Nadin pecah.
"Nadin sebaiknya kita pulang, kita akan membahas masalah ini setelah pengaruh alkohol hilang dari kepala kamu." seru Rendi seraya membopong tubuh Nadin, masuk ke mobilnya.
Mungkin karena mabuk atau lelah meracau, Nadin tertidur di mobil Rendi.
"Di mana aku?? kenapa kepalaku sakit sekali rasanya??." gumam Nadin ketika baru saja terbangun di pagi harinya.
"Sudah bangun kamu rupanya." suara seseorang, sontak membuat mata Nadin membulat sempurna.
"Ngapain kamu di sini??." pertanyaan Nadin membuat Rendi tersenyum.
"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu sampai mabuk mabukan seperti semalam?? apa dengan mabuk mabukan seperti itu, masalah kamu akan selesai??." ucapan Rendi, membuat Nadin menundukkan kepalanya.
"Yang aku tahu mabuk mabukan seperti semalam, bukan sifat seorang Nadin yang aku kenal." lanjut Rendi.
"Aku sudah tidak tahu harus berbuat apa Ren, di satu sisi aku tidak sanggup lagi menyimpan rahasia ini, tapi di sisi lain, aku juga tidak sanggup jika nanti Tasya akan membenciku, jika ia mengetahui kebenaran tentang dirinya." tangis Nadin kembali pecah.
"Nad, aku yakin sahabat kamu itu orang yang baik, dia pasti akan mengerti mengapa sampai kamu melakukan itu semua." Rendi berusaha menenangkan Nadin yang terus terisak.
Sekalipun pernah tinggal di luar negeri untuk beberapa tahun, sebenarnya Nadin tidak pernah bergaul bebas, dan ia tak sekalipun mengkonsumsi alkohol. entah seberapa besar masalah yang saat ini di hadapi Nadin, sampai ia menenggak begitu banyak alkohol, hingga hampir kehilangan kesadarannya. Nadin keluar negeri untuk menuntut ilmu, bukan karena ia anak orang kaya, namun ia menuntut ilmu sampai ke luar negeri karena mendapat beasiswa.
***
Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, Tasya tengah sibuk melamun sehingga ia tidak menyadari jika mobil yang di kendarai suaminya, telah memasuki pelantaran rumah sakit.
"Sayang kamu kenapa, mas perhatikan sejak tadi kamu terus melamun??." selidik Reza, setibanya di area parkiran gedung rumah sakit, di mana mereka akan berkonsultasi dengan dokter kandungan.
"Iya mas, mas ngomong apa tadi??." Tasya malah kembali bertanya, karena ia sendiri tidak memperhatikan ucapan suaminya tadi.
"Kamu baik baik saja kan sayang??." Reza curiga istrinya lagi kurang sehat, bagaimana tidak, sejak pagi tadi Tasya lebih sering melamun.
"Tasya baik baik saja mas, Tasya hanya kangen sama bi Inah juga Nadin." Ujar Tasya, yang membuat Reza kembali bernapas lega.
"Kamu kangen sama bi Inah, mas pikir kamu lagi kurang sehat sayang. soalnya sejak tadi mas perhatikan kamu sering melamun. ya sudah, kalau istri mas lagi kangen sama bi Inah, selepas konsultasi dengan dokter, kita pergi menemui bi Inah ya,, sayang!!" Sahut Reza yang kemudian keluar dari mobilnya, lalu membukakan pintu mobil untuk sang istri tercinta.
"Makasih ya mas, mas memang suami yang paling pengertian, bikin Tasya makin jatuh cinta aja sama mas Reza." jawab Tasya ketika hendak keluar dari mobil.
"Istri mas Sudah pinter gombal ya sekarang." Ujar Reza dengan senyum menggoda khas Reza setiawan.
"Siapa dulu dong gurunya." Tasya mengedipkan sebelah matanya, dan hal itu semakin membuat Reza gemas dengan tingkah istrinya tersebut.
"Jangan kayak gitu dong sayang, kalau kamu terus menggemaskan kayak gitu, semakin membuat mas nggak tahan melihatnya." tatapan genit semakin terpancar dari wajah tampan Reza.
"Oke,,, oke,,,." Tasya kemudian melangkah mendahului suaminya yang tengah malangkah di belakannya, sebelum Reza kembali mensejajari langkah keduanya.
Hari ini Tasya yang di temani sang suami berkonsultasi dengan dokter kandungan, yang tidak lain adalah Dokter Wandi sahabat dari suaminya.
Setelah menunggu beberapa saat, giliran keduanya untuk berkonsultasi dengan dokter. sekalipun keluarga Admaja memiliki hampir Tujuh puluh lima persen saham di rumah sakit tersebut, Reza tetap mematuhi aturan rumah sakit untuk mengantri.
"Silahkan masuk tuan dan nyonya Reza setiawan Admaja." seru Wandi dengan senyuman.
"Thank you bro." sahut Reza yang saat ini telah duduk di kursi berhadapan dengan Wandi, begitu pun dengan Tasya.
"Gimana nyonya Reza setiawan, apa di trimester awal, anda masih merasakan mual dan muntah??." dengan senyum Wandi melayani istri sahabatnya untuk berkonsultasi.
"Mas wandi,,, eh maaf maksud Tasya, dokter Wandi." kata Tasya, yang kemudian mengundang tawa kedua sahabatnya tersebut.
"Istri kamu memang menggemaskan ya Za." timpal Wandi tersenyum kemudian menggeleng, sementara Reza pun ikut tersenyum melihat tingkah menggemaskan istrinya.
"Dok, kalau mual sih udah nggak separah kemarin kemarin, cuma Tasya pengen Tanya sesuatu dok??." lanjut Tasya bertanya, setelah tadi melakukan usg, dokter Wandi menyatakan jika bayi yang tengah di kandungnya dalam keadaan sehat.
"Silahkan,,,,Memangnya hal apa yang ingin kamu tanyakan Sya??." tanya dokter Wandi sembari membuatkan resep vitamin untuk Tasya.
"Itu dok,,, kalau berhubungan suami istri bahaya nggak buat si dedek bayinya dok??." pertanyaan polos Tasya membuat Wandi dan Reza saling bersitatap.
"Sayang." Reza memalingkan wajahnya pada sang istri, sementara Wandi hanya bisa terus tersenyum melihat kepolosan Tasya.
"Memangnya salah, kalau Tasya bertanya pada dokter mas?? bukannya semalam itu tujuan mas, mengajak Tasya untuk konsultasi dengan dokter hari ini." Ucapan polos Tasya membuat Reza menatap sabahatnya dengan tatapan malu malu.
"Oh,,, jadi ceritanya pak suami nih yang udah nggak tahan??." masih dengan senyum senyum Wandi kembali bersuara, setelah sebelumnya hanya bisa melihat tingkah lucu sepasang suami istri, yang ada di hadapannya tersebut.
Mendengar ucapan Sahabatnya dengan nada meledek tersebut, membuat Reza menggaruk garuk tengkuknya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal.
"Ini termasuk salah satu resiko, menikah dengan gadis yang polos Za, pertanyaan bisa membuat orang tercengang." Ujar Wandi menggoda sahabatnya tersebut, ketika Tasya pamit ke toilet.
"Tapi gue ngerti sih Za, kalau aku ada di posisi kamu, aku juga pasti nggak bisa lama lama puasa, apalagi punya istri secantik Tasya." lanjut Wandi.
"Eh,,, tunggu dulu, kamu jangan salah paham, aku sudah membuang jauh jauh perasaanku pada Tasya, saat aku tahu jika ia sudah menikah, apalagi pria yang menjadi suaminya adalah sahabat aku sendiri." terang Wandi.
"Ngomong apa sih kamu, aku percaya padamu Wan, justru aku yang merasa tidak enak sama kamu, karena aku sudah menikahi gadis yang selama ini kamu cintai." jawab Reza.
"Aku ngerti Za, aku juga sudah dengar semua cerita, tentang bagaimana kamu bisa menikah dengan Tasya. tapi bagaimanapun awal pernikahan kalian, sebagai sahabat aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk hubungan kalian." Wandi tetap menjadi seorang sahabat yang berjiwa besar serta bijaksana, sebagaimana yang selalu di kenal Reza, sejak mereka masih di bangku kuliah dulu.
apa Wiki wik nya merem kok gak nampak