Di ruang tunggu rumah sakit, sesosok tubuh kecil berjalan di antara orang-orang dewasa hingga ia melihat seorang gadis cantik yang tampak lembut dan cantik dengan senyum ramah. Matanya berbinar dan ia berjalan mendekat dan memeluk Rose, sambil berbisik, "Mommy."
Rose melihat ke arah anak kecil tersebut dengan terkejut dan gadis itu memiringkan kepalanya sambil mengedipkan matanya yang besar.
"Ah maaf sayang, saya bukan Mommy kamu," kata Rose lembut.
"Kalau begitu Mommy menikahlah dengan Daddy-ku." Gadis kecil itu menjawab dengan ekspresi polos di wajahnya,dia tidak ingin melepaskan pelukan lembut yang harum itu.
Sebuah pertemuan yang luar biasa dengan gadis kecil membuat Rose terlibat dengan Arkan yang tampan dan percikan cinta yang manis terjadi.
Apakah dia benar-benar akan menjalani kehidupan sebagai istri yang bahagia dan kaya dengan seorang suami yang tampan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian gadis bertongkat dua
"Aduh!" Rose meringis sakit ketika dia di papah oleh kedua temannya masuk ke dalam kontrakannya yang sempit, karena kontrakannya itu hanya satu petak itu pun sudah termasuk dengan kamar mandi di dalamnya.
"Pelan-pelan, Woy!" Rose menatap kesal pada kedua temannya yang tidak ada lembut-lembutnya sama sekali.
"Nggak bisa pelan, karena kamu berat!" jawaban Hendra membuat bibir Rose monyong lima senti.
Agus membantu Rose duduk di pinggiran ranjang berukuran kecil dan hanya cukup untuk 1 orang.
"Jangan membangunkan macan yang lagi tidur, Hen. Harusnya kamu peka dong kalau wanita itu sangat sensitif kalau membahas berat badan," ucap Agus sok bijak sambil tersenyum menatap Rose yang masih memperlihatkan wajah jengkel.
"Iya deh sorry. Tapi, aku ngomong apa adanya, kalau Rose ini berat udah kayak drum," jawab Hendra malah semakin menggoda Rose biar semakin kesal.
"Kalian ini! Pulang sana!!!" usir Rose sambil mengibaskan salah satu tangannya dengan nada kesal dan wajah cemberut total.
"Jangan marah dong, masa kamu tega ngusir aku dan Agus. Tawarin kopi atau teh dulu dong." pinta Hendra yang semakin jahil menggoda Rose, karena dia sangat senang melihat temannya itu kesal.
"Bodo amat!" Rose mengambil bantalnya lalu melemparkan ke arah dua temannya itu. Namun, Agus dan Hendra dengan kompak menangis bantal tersebut agar tidak mengenai mereka berdua.
.
"Nggak kena, wleekkk!" Agus dan Hendra dengan kompak menjulurkan lidah, kemudian segera melarikan diri, keluar dari kontrakan tersebut.
"KABUR!" seru Agus dan Hendra bersamaan.
"Awas kalian ya! Aku sumpahin kalian kaya raya, dan mempunyai banyak bengkel mobil!!!" seru Rose pada kedua temannya yang berlari terbirit keluar dari sana. Kata orang tua zaman dulu kalau menyumpahi orang maka sumpahnya itu akan balik ke diri sendiri, maka dari itu Rose menyumpahi kedua temannya dengan sumpah yang baik-baik.
"Amin!!!" jawab Agus yang mendengar doa baik temannya itu sambil menyembulkan kepalanya ke pintu kontrakan tersebut.
"Apa lagi!" Rose melotot horor pada Agus yang tersenyum meringis sambil menyembulkan kepalanya di pintu.
"He he he, cuma mau meletakkan tongkatmu ini," jawab Agus seraya meletakkan dua tongkat yang dia bawa di dekat pintu. "Kalau ada apa-apa segera hubungi kami," ucap Agus seraya berlalu dari sana.
"Thanks, Gus!" seru Rose pada Agus yang sudah tak terlihat. Meski dua temannya itu somplak tapi mereka sangat baik, dia selalu merasa mempunyai dua kakak laki-laki yang selalu overprotektif karena setiap ada pria yang ingin mendekatinya pasti dua temannya itu menjadi garda terdepan untuk menjaganya.
*
*
Sementara itu, di ruangan VIP rawat inap Mika. Allegra sedang berbicara serius kepada salah satu bodyguard-nya.
"Kau belum menemukan gadis itu? Apakah kalian sudah mengecek CCTV di ruang tunggu apotik di mana Mika dan gadis itu bertemu?" tanya Allegra pada salah satu bodyguard yang di tugaskan untuk mencari informasi tentang Rose.
"Sudah saya periksa, Nyonya, tapi wajah gadis itu tidak terlihat karena membelakangi kamera CCTV, dan tapi saya mendapatkan petunjuk kalau gadis itu sepertinya kakinya terluka karena dia menggunakan dua tongkat di kedua tangan," jelas bodyguard tersebut dengan jelas.
"Tunggu apalagi? Segera minta data pasien yang mengalami cidera kaki pada pihak rumah sakit!" titah Allegra dengan tegas.
"Tapi semua itu tidak akan mudah karena semua data pasien pasti sangat dirahasiakan," jelas bodyguard tersebut yang memakai setelan jas berwarna hitam, dan earphone yang terpasang di salah satu telinganya.
"Benar juga," ucap Allegra sambil menggerakkan kedua bola matanya ke kiri dan ke kanan, otaknya berusaha berpikir keras, namun dia menyerah karena otaknya saat ini sedang buntu dan tidak bisa berpikir.
"Apakah kau tidak mempunyai cara lain?" tanya Allegra pada bodyguard-nya itu dengan penuh harap.
"Ada, Anda tenang saja, saya akan segera mengurusnya," jawab pria tersebut, lalu menundukkan kepalanya, bertanda kalau dia pamit pada nyonya bossnya.
***
Maaf ya kemarin nggak update karena emaknya lagi tepar 🙏
Jangan lupa like dan komentarnya ya😘