Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikut Pulang!
Giany keluar dari kantor pengadilan agama setelah memasukkan berkas gugatannya. Dengan membawa bukti hasil visum dan juga beberapa bekas penganiayaan yang masih terlihat di beberapa bagian tubuhnya, ia sudah memantapkan hati untuk berpisah dari Desta.
Sore ini Allan juga memintanya untuk ke rumah sakit agar dapat menjalani pemeriksaan lagi. Allan ingin memastikan sendiri kondisi Kesehatan Giany setelah mengalami pendarahan yang menyebabkannya kehilangan calon anaknya.
“Kita langsung ke rumah sakit atau kamu mau mampir dulu ke suatu tempat?” tanya Bu Dini.
“Jemput Maysha dulu ya, Bu. Kasihan di rumah tidak ada temannya. Bibi Misa pasti sibuk juga.”
Bu Dini mengangguk sambil tersenyum. Dalam hati ada kekaguman kepada Giany yang begitu tulus menyayangi Maysha. Bahkan sejak awal mereka berkenalan, sebelum Giany tahu bahwa Maysha sebenarnya adalah anak Dokter Allan.
“Ya sudah, kita jemput Maysha dulu.”
Pak Joko membukakan pintu mobil begitu melihat Giany dan Bu Dini. Hal yang membuat Giany merasa heran. Sebab Pak Joko dan Amir yang biasanya menjaga rumah harus keluar hanya untuk mengawasi Giany dari kemungkinan jika Desta masih berusaha mengintainya.
🌻
“Selamat sore, Dokter …” ucap Giany sesaat setelah memasuki ruangan Dokter Allan.
Sedangkan Maysha dan Bu Dini menunggu di depan ruangan itu.
“Masuk, Giany,” balas Allan dengan senyum ramah seperti biasanya.
Allan sengaja meminta Giany datang agak sore, saat tidak ada lagi antrian pasien di poli kandungan. Sehingga Giany dapat berkonsultasi dengan leluasa dan tentunya, Allan memiliki lebih banyak waktu bersama wanita pujaannya itu.
“Bagaimana urusan kamu di pengadilan, lancar?” tanya Allan memulai pembicaraan.
“Iya, Dokter, semuanya lancar.”
“Baguslah kalau gugatan cerainya lancar,” ucap Allan tanpa sadar, membuat alis Giany mengerut. “Em maaf Giany, maksud saya ... saya ikut sedih harus seperti ini jadinya. Usia pernikahan kamu kan masih terbilang sangat baru dan kamu baru saja kehilangan anak.”
Giany mengangguk pelan. “Tidak apa-apa, Dokter. Saya memang berharap prosesnya lebih cepat.”
Iya, dan saya juga berharap semoga ketok palunya lebih cepat. Batin allan.
“Baiklah, kalau begitu, kamu langsung diperiksa saja, ya … Silakan naik ke pembaringan. Sus, tolong dibantu.”
"Baik, Dokter." Sang perawat membantu Giany naik ke pembaringan, kemudian memakaikan kain penutup tipis di sana. Menyibak pakaian hingga batas bawah dada, wanita itu kemudian mengoles gel dingin di atas perut Giany.
Seperti biasa, Giany akan memalingkan wajahnya saat merasa malu jika Allan mulai menggeser alat di atas perutnya. Ia bahkan tidak pernah berani menatap wajah Allan.
Kamu menggemaskan saat sedang malu seperti ini. Ah, Allan sadar!! Lagi kerja kamu, jangan pikir yang macam-macam.
"Dokter, apa semua baik-baik saja?" tanya Giany mencoba menepis rasa malu.
"Iya. Semuanya baik-baik saja," jawab Allan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor. "Kamu ada keluhan lain tidak?"
"Tidak ada, Dokter. Hanya saja kadang agak pusing sedikit. Tapi tidak sering."
"Oh, tidak apa-apa. Itu normal kok."
Selepas pemeriksaan USG, Allan menuliskan resep, kemudian menjelaskan beberapa hal kepada Giany. Hingga tidak terasa hari sudah beranjak sore, namun seolah waktu tidak pernah cukup bagi Allan untuk bersama wanita itu. Wajah teduh Giany bagai magnet yang terus menariknya.
"Kita pulangnya barengan saja ya. Tadi ibu kirim pesan, katanya mau urus sesuatu di rumah. Jadi saya minta Amir antar ibu pulang lebih dulu."
"Tapi Maysha?" tanya Giany.
"Maysha di depan sama Suster Lily," jawabnya sambil merapikan meja kerja.
Sepertinya kerja sama antara anak dan ibu dalam merebut istri orang berjalan sesuai harapan. Bu Dini sengaja pulang lebih awal demi memberi ruang bagi Allan dan Giany untuk lebih dekat. Tentunya sang oma sengaja meninggalkan Maysha bersama mereka agar tidak timbul fitnah.
_
"Ay-aahh!" Dengan penuh semangat, Maysha menyambut sang ayah yang baru saja keluar dari sebuah ruangan bersama Giany.
Allan meraih tubuh kecil Maysha dan membawa ke dalam gendongannya. "Terima kasih, Sus, sudah menjaga Maysha."
"Sama-sama, Dokter," balas Suster Lily dengan seulas senyum.
"Yah ..." panggil Maysha.
"Iya, Sayang."
Maysha memberi kode dengan menggerakkan tangannya, yang berarti ia ingin mampir terlebih dahulu di restoran cepat saji kesukaannya.
"Maysha mau makan dulu?" tanya Allan membuat Maysha mengangguk senang.
"Giany, kalau kita mampir dulu ke restoran favoritnya Maysha, tidak apa-apa, kan?"
"Tidak apa-apa, Dokter."
Mereka pun segera berangkat ke sebuah restoran yang tak begitu jauh dari rumah sakit. Maysha terlihat begitu bahagia, meskipun yang sebenarnya lebih bahagia adalah sang ayah. Kapan lagi bisa pergi bertiga seperti sekarang, layaknya sebuah keluarga kecil yang harmonis. Ayah, ibu dan anak.
"Makannya pelan-pelan, Sayang," Giany mengusap sisa mayonaise yang menempel di sudut bibir Maysha dengan tissue.
Pandangan Allan mengikuti kemana tangan Giany bergerak. Melihat betapa manjanya Maysha kepada Giany membuat hati Allan tersentuh.
Sungguh Giany adalah wanita paling lembut dalam versi Allan. Jika saja Giany membalas perasaannya suatu hari nanti, ia berjanji dalam hati akan menjaga nya seumur hidup.
_
Selepas makan, Allan, Giany dan Maysha berjalan beriringan keluar. Allan beranjak menuju parkiran yang berada di lantai dasar, sementara Maysha dan Giany menunggu di lobby.
Sesuatu yang tak terduga pun terjadi. Desta yang melintasi jalan itu langsung menghentikan mobilnya begitu melihat Giany sedang berdiri di dekat pintu masuk bersama seorang gadis kecil.
Pandangan Desta menyapu ke setiap sudut. Seulas senyum terbit di sudut bibirnya kala menyadari ketiadaan Allan di sana. Ia dapat memanfaatkan keadaan ini untuk membawa Giany pergi dari sana.
"Giany ..." Suara panggilan Desta mengagetkan Giany, membuat seluruh tubuh wanita itu meremang. Ketakutan pun tiba-tiba merasuk.
"Ma-Mas Desta ..." ucap Giany dengan nada gemetar.
Desta menarik pergelangan tangan Giany, membuat Maysha memeluknya erat.
"Ay-aaaahhh!" teriak Maysha sambil menangis, dengan tangannya yang begitu erat melingkar di tubuh Giany.
Ia benar-benar takut jika laki-laki itu membawa Giany pergi. Tidak ingin gagal membawa Giany pulang, Desta menghempas tubuh Maysha hingga terjerembab ke lantai, sehingga gadis kecil itu menjerit histeris.
"Maysha!" teriak Giany. Ia hendak meraih tangan Maysha, namun Desta menghalangi.
"Sampai detik ini aku masih suami kamu. Ayo ikut aku pulang!"
🌻🌻🌻🌻🌻