Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syarat Yang Rumit
Bab. 10
"Apa?" tanya Rinda seolah menantang.
Sedangkan para orang tua sudah was-was sendiri. Takut jika anak-anak mereka malah justru berbuat yang aneh-aneh.
"Jangan sok deket dan kenal sama gue jika di sekolah," ucap Ghani dengan tatapan begitu intens ke arah Rinda.
"Dikabulin!" tantang Rinda begitu lantang.
Sementara para orang tua hanya menggeleng melihat tingkah mereka. Mereka tidak melarang apapun syarat yang diajukan oleh masing-masing, asal perjodohan ini tetap berlangsung dan tidak ada saling menyakiti di antara anak mereka.
"Sudah, sudah ... kalau begitu mending kita makan malam dulu.keburu dingin nanti makanannya," ucap ayah Aga melerai tatapan sengit yang terjadi antara Rinda dan Ghani.
Ketika para orang tua sedang berjalan menuju ke arah ruang makan yang tersekat dengan satu ruangan lagi, tiba-tiba saja Rinda merasa ada sebuah tangan yang menariknya dengan sedikit kasar. Sampai-sampai ia kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjerembab ke belakang.
"Huaaaa ... tolong! Rinda dicul—"
Dengan cepat Ghani menutup mulut Rinda agar tidak berteriak dan berkata yang tidak-tidak lagi. Namun, sepertinya usaha Ghani tersebut gagal dan kini mereka menjadi pusat perhatian para orang tua dan juga Nara. Menatap ke arah mereka dengan tatapan penuh kebingungan. Sedangkan tangan Ghani masih membekap mulut Rinda.
"Boleh Ghani bicara sebentar sama Rinda, Ma, Pa, Tante, Om?" ijin Ghani dengan senyuman yang sangat manis dan sikap yang sopan. Meskipun tangannya masih membekap mulut Rinda. Pria muda itu tidak menghiraukannya.
Sementara para orang tua yang bingung dengan sikap dua remaja di hadapan mereka saat ini, hanya bisa memberi anggukan kepala secara serempak. Bingung sendiri mau berkata apa.
Namun, berbeda sekali dengan mama Ayumna. Sepertinya wanita itu sangat mengenal putranya yang tidak jauh sikapnya dengan sang suami.
"Jangan diapa-apain dulu, Gha. Nggak boleh dicubit sedikit pun!" ingat mama Ayumna dengan tatapan begitu tajam.
"Mama tenang aja. Ghani balikin dalam keadaan utuh, kok," balas Ghani yang kemudian menarik Rinda berjalan mundur dari sana tanpa melepas tangannya dari mulut gadis itu.
Dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan dirinya, Rinda pun menggeleng kepala. Ia tahu akan seperti apa nasibnya jika di bawa pergi seperti ini oleh ketua osis yang terkenal begitu sadis tersebut jika memberi hukuman. Terlebih lagi Ghani sedikit menyeret tubuhnya.
Ghani tidak peduli dengan penolakan gadis itu. Dia tetap menarik Rinda dari hingga pergi dari sana dan menuju ke teras samping. Di mana terdapat sebuah taman mini yang terlihat sangat bersih dan tatanannya pas sekali. Enak dipandang.
"Aakhh ....!" pekik Ghani tertahan ketika merasakan gigitan yang sangat kuar biasa sakit di antara sela ibu jari dan telunjuknya.
Sontak, membuat Ghani menarik tangannya dari mulut Rinda dengan rintihan yang masih terdengar sangat jelas.
"Lo Anj*ng, ya?" tanya Ghani dengan nada di tahan. Karena tidak mungkin dirinya berkata dengan nada keras. Rumah ini tidak sebesar rumahnya. Sudah jelas nanti ucapannya akan terdengar oleh mereka yang ada di dalam.
Sedangkan Rinda menatap sinis ke arah Ghani yang sudah berani membungkam mulutnya di depan semua orang. Bahkan di depan orang tuanya sendiri. Anehnya, kedua orang tuanya seolah tidak peduli akan hal itu. Membuat Rinda sedikit kesal kepada mereka.
"Ya! Gue Anj*ng! Dan lo Asiyunya!" sentak Rinda dengan tatapan permusuhan.
Ghani menahan geramnya. Rupanya, gadis ini cukup berani juga. Bahkan sampai mengatai dirinya persamaan yang sama.
"Ck! Kalau bukan karena hutang budi Bokap gue, mana sudi gue dijodohin sama cewek modelan lo," ucap Ghani menatap rendah ke arah Rinda.
"Ya udah. Sana bilang nggak mau dan batalin aja. Gitu aja repot," sahut Rinda begitu santai.