Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan Dayana
Meskipun bekerja sebagai pelayan dengan tugas remah, Amber sama sekali tidak mau di remehkan oleh siapapun dan di rendahkan oleh siapapun termasuk ibu dari majikannya sendiri.
Bagi Amber, bekerja sebagai pengasuh pun tidak patut di perlakukan seenaknya. Karena pada dasarnya bukan hanya Amber yang membutuhkan uang untuk hidupnya, melainkan mereka juga membutuhkan tenaga Amber untuk mengurus Aara. Jadi, Amber selalu menganggap semua pekerjaan sama pentingnya. Karena antara pekerja dan majikan sama-sama membutuhkan.
Di meja makan itu, darah Dayana hampir mendidih mendengar jawaban pengasuh cucunya. Berani-beraninya seorang pengasuh menolak perintah? Dayana tidak habis pikir, apa yang di sukai Aara dari tipe pengasuh tidak tahu diri seperti itu.
"Arion! Apa kau memang mempekerjakan orang tidak punya sopan santun sepertinya?" tanya Dayana pada putranya.
"Ma, bukankah Nona Amber benar? Di sini dia bekerja sebagai pengasuh Aara, bukan pelayan Mama," jawab Arion tenang. Ia memahami kemarahan sang ibu, namun ia tetap tidak mau membela siapa yang salah.
"Arion!" seru Dayana. Ia hampir membanting piring.
Arion hanya menghela napas panjang melihat sikap Dayana yang sama sekali tidak pernah berubah. Laki-laki itu mengangkat sebelah tangan dan tidak lama kemudian seorang pelayan mendekat.
"Buatkan Mamaku jeruk peras hangat, tolong cepat!" perintah Arion.
Dari pada keributan terus berlanjut, Arion segera meminta Aara dan Amber untuk memulai makan malam mereka. Tidak peduli bagaimana Dayana berapi-api di dekat mereka, Arion dan Amber berusaha tenang.
Setiap kali melihat Amber dan Aara bersama, Arion diam-diam mengamati wanita itu. Mengamati bagaimana cara Amber mengurus Aara, membujuknya makan, serta cara berkomunikasi agar mereka bisa saling memahami.
Dengan sikap tegas namun lemah lembut Amber, kini Aara semakin mudah diarahkan. Jika selama ini Aara selalu meminta sesuatu secara mendadak dan harus terkabul, maka kini kebiasaan itu mulai berkurang.
Perubahan sikap dan sifat Aara membuat Arion semakin yakin, bahwa cara pengasuhan Amber berpengaruh besar terhadap kepribadian putrinya.
Setelah makan malam selesai, Arion menggandeng Aara ke dalam kamarnya. Sementara Amber, ia memutuskan pergi ke dapur untuk membuat susu hangat.
Tidak di sangka, kekesalan Dayana masih belum padam juga. Wanita paruh baya itu menyusul Amber ke dapur dan menarik kasar lengan Amber hingga wanita itu meringis kesakitan.
"Hei, memangnya ada apa sih sampai Arion selalu saja membelamu? Apa yang kau lakukan pada anak dan cucuku? hah!" seru Dayana. Bola mata wanita paruh baya itu melotot hendak keluar dari tempatnya.
"Maaf, Nyonya. Tuan membela saya karena saya memang tidak bersalah."
"Dengar, ya, Amber. Kalau sampai kau tidak bisa menghormati saya sebagi nyonya besar di rumah ini, saya akan membuatmu di pecat!" ancam Dayana.
"Silahkan, Nyonya. Di pecat atau tidak, itu hak Tuan Maverick dan Aara. Saya hanya patuh pada orang yang membayar saya dan namanya tercantum dalam kontrak kerja yang telah saya tandatangani," jawab Amber dengan tenang. Tidak lupa, senyum semanis madu ia berikan sebelum beranjak meninggalkan Dayana.
Sementara Dayana semakin meradang, beberapa pelayan termasuk Bibi Marry pun terkejut dengan keberanian Amber dalam menghadapai Dayana. Pasalnya, semua orang di rumah ini sudah paham jika wanita paruh baya itu sulit menerima kehadiran orang baru dan terlalu sibuk mencampuri urusan putranya di bandingkan mengurus diri sendiri.
Berjalan dengan tenang tanpa beban, Amber menaiki anak tangga menuju kamar Aara. Wanita itu mendapati Arion masih di sana untuk menemani gadis kecilnya.
"Susu hangat sudah siap," ujar Amber sambil tersenyum. Aara senang, ia sangat bersemangat dan menerima segelas susu hangat dari pengasuhnya.
"Lain kali kau hanya perlu duduk di kamar dan menunggu pelayan mengantar susu milik Aara, Nona Amber. Jangan merepotkan diri terlalu banyak," ujar Arion.
"Tidak apa, aku tidak keberatan," jawab Amber.
"Hmm, untuk masalah Mamaku, maafkan sikapnya. Aku akan berusaha memberikan pengertian padanya," ucap Arion. Amber mengangguk dan tersenyum.
"Bisakah nanti kita bicara sesuatu? Ada hal penting yang ingin aku sampaikan," ungkap Amber.
"Tentu. Setelah Aara tidur, temui aku di ruang kerjaku."
...🖤🖤🖤...