NovelToon NovelToon
Aku, Atau Dia?

Aku, Atau Dia?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Playboy / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gangster
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.

Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.

Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bingung

Gema menatap kosong ke lantai sambil mengangguk pelan, seakan mencerna setiap kata yang keluar dari mulut sahabatnya itu.

“Lu bener, Tar. Gua udah coba move on berkali-kali, tapi hati gua selalu bilang untuk nggak nyerah. Kayak ada yang nyuruh gua buat terus perjuangin kak Raisa,” suaranya serak, penuh dengan keraguan.

Tara merangkul bahu Gema erat, berusaha memberikan rasa nyaman.

“Gua ngerti perasaan lu, Gem. Kadang emang perasaan sama logika tuh nggak sejalan. Tapi yang harus lu inget, yang paling penting itu kebahagiaan lu. Kalo lu terus begini, yang ada malah bikin diri lu makin sakit,” ujarnya lembut, meskipun nada serius tidak bisa ia sembunyikan.

Kian, yang sedari tadi mendengarkan dengan tenang, akhirnya angkat bicara. “Iya, Gem. Gua tau lu keras kepala, tapi kalo sampe sebulan lagi lu masih galau, berantem sini sama gua anjing. Gua nggak suka liat lu kayak tai anjing galau nggak jelas begini,” ucapnya dengan setengah bercanda, namun ada rasa khawatir yang tersembunyi.

Gema mencoba mengalihkan suasana, tersenyum tipis sebelum melempar canda. “Ngapain juga lu ngajak berantem? Mending by one di Dota aja,” ucapnya sambil menaruh kaleng soda kosong ke kantung plastik.

Kian mendelik. “Gak ah, males gua. Mending kita adu score bunuh di Dynasty Warriors, cok,” ujarnya sambil membuka bungkus snack. “Eh, tapi nggak jadi deh. NPC-nya suka kill steal. Kesel gua,” lanjutnya.

“Emang NPC bisa kill steal?” tanya Dava dengan heran.

“Iya lah, di DW lapan, pas gua pake Wei dan by one sama Lu Bu, dia udah sekarat, eh tiba-tiba Dian Wei ngekill. Kan anjing tu blagoba,” Kian menceritakan sambil menggelengkan kepala, kesal mengingat kejadian itu.

“Blagoba apaan?” tanya Tara

“Blasteran Gorila Babi,” jawab Kian dan Dava kompak.

“Lu berdua sih yang blagoba,” canda Tara sambil tertawa kecil.

Mereka bertiga tertawa, tapi Gema hanya ikut tersenyum kecil, lalu kembali tenggelam dalam lamunannya. Rasa berat di hatinya kembali menghantui. Dava yang sedari tadi memperhatikan Gema, tahu bahwa sahabatnya belum benar-benar lepas dari masalah ini.

“Gem, lu harus tau. Perjuangan lu buat dapetin kak Raisa itu nggak sepenuhnya salah. Tapi lu juga harus sadar kalau ada batasnya. Kita nggak bisa maksa semua hal berjalan sesuai harapan kita,” Dava mencoba mengingatkan dengan nada serius namun penuh empati.

“Kadang, melepaskan bukan berarti lu nyerah. Kadang itu justru cara terbaik buat ngasih diri lu kesempatan buat bahagia lagi,” lanjutnya, menatap Gema yang tampak mulai merenung.

“Cinta itu nggak boleh bikin lu menderita, Gem. Lu berhak buat bahagia, dan mungkin sekarang waktunya lu mikirin diri lu sendiri dulu,” ucap Dava lebih dalam, berharap kata-katanya bisa sampai ke hati Gema.

Gema mengangguk pelan, merenungi kata-kata itu. “Gua ngerti, Dav. Mungkin gua cuma butuh waktu buat bisa nerima semuanya. Tapi gua tau, nggak bisa terus begini.”

Keempat sahabat itu akhirnya melanjutkan obrolan mereka. Mereka tertawa, bercanda, dan melewati sisa istirahat dengan penuh canda tawa. Rooftop yang awalnya tempat pelarian Gema kini berubah menjadi saksi persahabatan yang telah terjalin selama 14 tahun.

Tiba-tiba, Kian memecah keheningan. “Eh, gua ada ide buat janji,” ucapnya dengan semangat.

“Janji apaan?” tanya Tara, Gema, dan Dava hampir bersamaan.

“Janji kalo salah satu dari kita ada masalah, kita harus cerita, dan yang lain wajib bantuin,” ucap Kian dengan serius, meskipun tetap ada nada santai dalam suaranya.

Tara tertawa kecil, menggelengkan kepala. “Ian, kita nggak perlu bikin janji itu. Gua sama Gema pasti akan bantu lu kapan pun lu butuh. Tapi ada satu orang di sini yang nggak pernah cerita apa-apa kalo lagi ada masalah,” ucapnya sambil menunjuk ke arah Dava.

Dava terkejut. “Kok gua?” tanyanya bingung.

“Dav, asal lu tau aja. Dari 14 tahun kita sahabatan, gua nggak pernah sekalipun denger lu curhat. Kalo lu pernah curhat, potong kuping gua,” ujar Tara dengan serius.

“Bener sih,” ucap Gema. “Moon maap, tapi masalah kak Sandra, lu yang mukul anak pemilik cafe tempat lu kerja gara-gara songong,”

“Adel, pas tuh anak sakit parah dan masih banyak lagi, lu nggak pernah cerita, dan kita dapet cerita dari yang berkaitan.” ucap Gema.

“Eh, lu cerita aja sama kita Dav. Santai aja, lu punya temen, ada yang anak pemimpin yayasan terkenal,” Kian menunjuk Tara. “Dan ada yang dari keluarga mafia, keluarga yang jadi buronan FBI,” Kian beralih menunjuk Gema.

“Kalo lu mau, kita jadi content creator aja, kita bisa dapet duit dari addsanes sama endorse, muka kita kan ganteng banget nih,” ucap Kian dengan nada bangga diakhir.

“Aamiin ya Allah, gua cuman bisa aminin aja dah,” ucap Tara.

“udah ah, ntar gua pikirin. Dikit lagi jam istirahat abis, lu pada mau ngapain? Langsung masuk aja?” tanya Dava.

“Udah langsung masuk aja, tapi sambil kejar-kejaran,” ucap Tara sembari memunguti sampah bekas mereka.

“Yaudah ayo gambreng,” Kian bangkit dari tempatnya, diikuti dengan Gema dan Dava.

Tak lama Tara ikut berdiri setelah selesai memunguti sampah. “Ayo hompimpa alaium gam-”

“Eh gak usah gambreng, gua ada cara Laen,” potong Gema. “Cara apaan?” tanya Tara.“Ada,” Gema menarik napas panjang.

“MALAIKAT JIBRIL BERTUGAS MENYAMPAIKAN!”

“WAHYU!” seru Gema, Dava, dan Kian. Mereka bertiga langsung berlari menjauhi Tara.

“Bangsat!” Tara berlari mengejar ketiga sahabatnya.

Adegan kejar-kejaran itu berlangsung seru di tangga yang cukup lebar, mungkin bisa diisi 4-5 orang siswa. Gema berada paling depan, menuruni anak tangga dengan cepat. Tapi tiba-tiba langkahnya melambat. Di tangga berikutnya, berdiri Raisa, kakak kelasnya, yang berjalan naik.

Raisa melihat Gema. Ada senyum tipis di wajahnya, namun di sudut matanya mengalir air mata. Senyuman itu tak pudar.

Gema berhenti sejenak, bingung. Namun, tanpa banyak berpikir, ia mempercepat langkahnya, melewati Raisa tanpa membalas senyumannya. Hatinya tergetar, tapi dia tak tahu harus berbuat apa.

Sesampainya di lantai tiga, tempat kelasnya berada, Gema berlari masuk ke dalam kelas. Kelas sudah penuh, dan guru telah menunggu, seolah tahu mereka terlambat.

Namun, pikiran Gema masih terpaku pada sosok Raisa. “Kenapa kak Raisa nangis?” tanyanya dalam hati, bingung dan tak tenang.

1
Rose Skyler
mamanya masih 29?
Siti Nina
oke ceritanya,,,👍👍👍
Siti Nina
ceritanya bagus kak tetep semangat,,,👍💪
Iqhbal
tetap semangat bg🗿butuh waktu untuk ramai pembaca🗿
Iqhbal
semangat bg, jangan lupa share di komunitas agar orang pada tau
Iqhbal: mau dibantu share? 🗿
Keisar: gak ada waktu, tapi thank you udah komen
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!