Semoga kisah nikah dadakan Atun Kumal dekil, dan Abdul kere menang judi 200 juta ini menghibur para readers sekalian...🥰🥰🥰
Happy reading....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengamuk
"Dul, bawa Atun pulang! Dia pasti kesurupan, teriak-teriak begitu, Maghrib pula." dengan tatapan tak suka, emak Rodiah memerintah menantunya itu.
"Aku tidak kesurupan, aku juga tidak akan kemana-mana! Aku akan tetap di sini mengambil hak ku, ini rumah ku! Rumah ibuku!" teriak Atun.
"Kamu ngomong apa Tun! Kamu masih waras to?" ucap Rara menatap Atun dengan sangat heran, ia memindai keadaan adiknya itu dari ujung kepala hingga kaki.
"Aku sangat waras Mbak! Yang tidak waras itu Emak! Emak yang sudah gila, gila uang dan gila harta!"
"Maksudmu apa?" tanya Rara lagi
"Kamu tidak perlu berpura-pura lagi Mbak Rara. Aku sudah tahu semua akal busuk kalian. Kamu, Mbak Ajeng, kalian semua! Terutama Emak!" Teriak Atun meluapkan emosinya, ia menunjuk Rara, emaknya, serta ke dalam rumah mereka.
"Atun!" Bentak Emak Rodiah, ia menatap nyalang anak bungsunya itu dengan dada naik turun. Perempuan yang sudah keriput itu maju, hingga berhadapan keduanya.
"Apa!" sahut Atun, ia menantang tatapan emaknya.
"Kamu_!" tunjuk emak Rodiah terlihat sangat marah, namun sepertinya ia menahan kata-kata yang akan ia ucapkan. Entah karena ia takut salah menebak, Atau ia bingung harus memulai darimana untuk memarahi Atun.
"Iya! Aku. Aku adalah anak yang sering emak siksa, anak yang sering emak hina tanpa belas kasihan!
Anak yang selalu tak dianggap meskipun aku selalu mengalah dan mengalah terhadap egonya emak!
Aku yang selalu Emak salahkan ketika emak sedang banyak pikiran!
Anak yang selalu emak abaikan! Anak yang selalu emak buat patah arah dan patah semangat ketika aku mengungkapkan cita-citaku untuk hidup lebih baik.
Aku juga sering kelaparan!
Aku Mak!
Aku yang selalu emak bilang, sudah Emak besarkan dengan susah payah. Dan emak ingin meminta balasannya!
Atun sering bertanya-tanya.
Kenapa?"
Ucapan atun terjeda, Isak tangisnya begitu hebat ketika akhirnya ia mengatakan.
"Karena, aku hanya anak tirimu, Emak!"
Lirih namun membuat semua orang terdiam.
"Apa maksudmu Tun?" tanya Emak Rodiah dengan suara bergetar, tidak memungkiri jika hatinya nyeri mendengar ucapan anak bungsunya itu. Terlebih lagi semua tetangganya berkumpul di depan rumah masing-masing, menyaksikan kemarahan Atun, ia malu.
"Kenapa Emak begitu tega kepada Ibuku? Kenapa Emak masih juga tega kepada aku?" tanya Atun semakin mendekatkan wajahnya kepada Emak Rodiah, ia tidak lagi takut kepada wanita itu, dia juga sudah kehilangan rasa hormatnya kepada wanita yang sudah membesarkan dirinya.
"Kenapa Mak? Jawab!" teriak Atun tepat di depan wajah emak Rodiah.
"Tun, kamu pasti sudah terhasut oleh seseorang." ucap emak Rodiah, tak seperti biasanya wanita itu berkata rendah.
"Hem! Tidak ada yang menghasut ku." Atun tersenyum sinis, kegetiran nampak jelas di wajah ayunya.
"Kamu tidak boleh percaya begitu saja dengan orang lain Tun." ucap Emak Rodiah pelan, tampak berkali-kali ia menarik nafas. Lalu melanjutkan lagi kata-katanya dengan gugup. "Aku yang sudah membesarkan mu, aku yang merawatmu dari bayi hingga besar. Aku yang mengurusmu Tun."
"Untuk apa Mak? Bukankah aku ini hanya menyusahkan emak?" tanya Atun sinis diantara tangisnya.
"Tapi buktinya kamu besar Tun, kamu sudah dewasa." jawab Emak Rodiah.
Tidak tampak kemarahan yang menggebu-gebu itu lagi di wajahnya, kini perempuan yang sudah tua itu menatap Atun, raut wajahnya pias mendadak di bawah sinar lampu teras.
Atun tersenyum getir.
"Tun, apapun kata orang. Kamu tetap anak emak." ucapnya pelan. "Aku memang bukan ibu kandungmu, tapi di dunia ini hanya aku yang menjadi ibumu." lirih emak Rodiah.
"Tapi kenapa emak sangat tega kepada Atun Mak? Emak tega mengusir Atun padahal ini adalah rumah ibuku!"
"Aku tidak pernah mengusirmu! Aku hanya ingin kamu menikah dengan Sukma agar hidup kita lebih baik! Emak capek hidup susah Tun!" ungkap emak Rodiah dengan sedikit menangis.
"Aku juga capek Mak! Tapi lebih capek lagi ketika aku sering menahan lapar, tapi Mbak Rara dan Mbak Ajeng malah makan enak, hidup enak, juga bisa sekolah hingga selesai tanpa harus menanggung beban. Dan yang membuat aku kecewa adalah, ternyata emak menyimpan banyak uang, sedangkan aku harus menderita dan malu sebagai Atun yang miskin."
"Emak tidak punya uang Tun?" sangkal Emak Rodiah, ia meyakinkan Atun.
"Dah lah, Mak! Tidak perlu berbohong kepada ku." Atun menyingkirkan tubuh emaknya, juga Rara yang berdiri di pintu. "Mulai sekarang, kalian semua pergi dari rumahku!" teriak Atun ketika memasuki ruang tamu.
"Apa maksud kamu Tun? Lalu emak mau tinggal di mana?" kesal Rara, menarik bahu Atun dengan kasar.
"Jangan kasar Ra!" Abdul menepis tangan Rara, pria yang mengintil istrinya itu tidak terima.
"Istrimu itu sudah kelewatan! Bagaimanapun juga emak adalah orang yang sudah membesarkan Atun! Bagaimana mungkin Atun mengusir emak begitu saja!" kesal Rara, emosi menatap adiknya.
"Karena ini adalah rumah milik ibunya, seharunya kamu paham perasaan Atun!" tegas Abdul.
"Ya tidak bisa begitu lah Dul! Emak adalah_"
"Ngapain kamu di sini?"
Tiba-tiba Bima datang, pria plontos itu baru saja pulang entah dari mana.
"Aku di sini karena ada istriku! Sama seperti kamu!" jawab Abdul sinis.
"Hem, kamu pasti tebar pesona kepada istriku bukan? Jangan sok ganteng!" kesal Bima lagi.
"Mending, daripada kamu! Tidak ada ganteng-gantengnya!" ejek Abdul, pria itu tersenyum menang.
Bima mendelik tajam, ia mengepalkan tangan dengan sorot mata tajam.
Begitu pula Abdul, ia tersenyum sinis kepada pria plontos dan gemuk itu. Ia kembali panas menatap wajah baj!Ngan itu, sangat bernafsu untuk menghajarnya seperti malam itu.
"Sebaiknya kamu pergi dari sini!" usir Bima, membuat Abdul terkekeh.
"Yang seharusnya pergi itu kamu. Karena sebenarnya, rumah ini milik almarhum ibu mertuaku. Kamu hanya numpang!" tunjuk Abdul.
"Dul! Kamu apa-apaan?" kesal Rara.
"Kalian memang harus pergi Mbak!" timpal Atun menatap datar dinding rumahnya, dimana foto emak Rodiah dan almarhum ayahnya terpajang di sana selama puluhan tahun. Sedangkan itu adalah rumah ibunya.
"Tun! Jangan seperti ini lah!" kesal Rara.
"Tun, beri Emak waktu." ucap Emak Rodiah, perempuan itu hanya berdiri tanpa mendekati Atun.
Sejenak mereka diam, larut dalam pikiran masing-masing.
"Baiklah Mak. Nanti kita bicarakan semua ini lagi. Setelah Atun lebih baik." ucap Abdul menengahi permasalahan istri dan ibu tirinya itu.
"Tidak Mas, aku maunya Emak keluar dari sini sekarang!" kesal Atun masih dengan air mata berjatuhan.
"Dek, kita akan datang kesini besok pagi." bujuk Abdul.
"Aku tidak mau? Aku tidak akan menyerahkan rumahku!" teriak Atun, namun Abdul segera membawanya keluar.
"Sudahlah dek, kita pulang dulu!" ajak Abdul lagi, menahan Atun yang masih meronta.
"Mas, mereka itu jahat!" tangis Atun kembali menjadi.
"Iya, tapi bagaimanapun juga.Dia adalah emak yang membesarkanmu. Paling tidak, jangan menjadi jahat karena dia sudah jahat kepada mu."
kasian tp mo ketawa, ketawa aja ahh
emak..emak cepet sembuh yah supaya bisa marah2 lg ..
dan kau Atun jgn plin plan gitu lah sama si Abdul..marah boleh tp logika jln terus../Shy//Shy/
seumur hidup itu terlalu lama untuk mendampingi org yg kecanduan judi ..sudah dihancurkan kenyataan jgn lah meninggikan harapan mu Tun 😌😌
Dibalik lelaki yg sukses ,ada wanita yg terkedjoet dibelakang nya..sukses dah si Abdul bikin kejutan buat emak nya sama kamu Tun..dan tunggu aja akan ada kejutan lain nya /Pooh-pooh//Pooh-pooh/
judul nya ganti Istri Ayahku ternyata Ibuku,dan Ayahku ternyata Laki Laki 🙀😿
orang kaya emang suka begitu, lagunya tengil..kek duit nya halal aja ( kasino warkop )