Harap bijak dalam membaca.
kesamaan nama keadaan atau apapun tidak berkaitan dalam kehidupan nyata hanya imajinasi penulis saja.
Seorang wanita muda kembali ke tanah kelahirannya setelah memilih pergi akibat insiden kecelakaan yang menimpanya dan merenggut nyawa sang Kakek.
Setelah tiba ia malah terlibat cinta yang rumit dengan sang Manager yang sudah seperti Pria Kutub baginya. Belum lagi sang Uncle dan mantan kekasih yang terus mengusik kehidupan asmaranya.
Lalu di mana hati Alice akan berlabuh? Dapatkah Alice menemukan pelaku pembunuh sang kakek..
Yuk ikutin kisahnya...
jangan Lupa Like Vote Komentar maupun Follow terimakasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanian June, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
BRUK
Pagi yang cerah namun paginya juga sama seperti Moza sama-sama tidak menyenangkan, ketika setumpuk file di jatuhkan pada meja tepat di hadapan Alice. Kaget pastinya karena tidak terdengar suara langkah kaki menghampiri nya namun tiba-tiba datang seseorang dengan banyak kertas di tangannya.
"Tolong selesaikan hari ini dan antarkan ke ruangan saya." Tegasnya dan berlalu tanpa ekspresi.
"Baik Pak Steven di mengerti." Jawab Alice dengan ramah layaknya seorang sekertaris.
Dasar pria kutub, untung jantung masih aman. Batinnya dengan kesal setelah kepergian sang manajer, ia lalu mengelus dadanya menstabilkan jantungnya yang hampir copot karena ulah Steven.
Baru saja Alice akan memulai pekerjaan yang diberikan Steven terdengar bunyi ponsel miliknya.
Setelah di cari ternyata gawainya masih ia simpan di dalam tas branded kesayangan.
Alice pun mengambil benda pipih tersebut, saat melihat nama pada layar sang pemanggil raut wajahnya pun berubah seketika.
Dua sudut menarik ujung bibir Alice untuk tersenyum, betapa bahagianya saat mendapati siapa yang menelponnya.
Segera ia menggeser tombol berwarna hijau yang terpampang di ponselnya.
"Hallo mama! Alice kangen sama mama dan papa. Apa kabar ma?" Beo Alice ketika panggilannya sudah tersambung.
"Hem anak mama, mama juga kangen nak. Mama sama papa baik-baik disini, bersyukur akhir-akhir ini butik mama lagi rame sama pengunjung nak. Maafin ya mama baru ngabarin, kamu tau gak Al ini gara-gara kamu ngotot waktu itu!" Protes Mama Florence
"Loh kok gara-gara Alice sih ma, emang kenapa sama butik? Orang Alice gak ngapa-ngapain kok.!" Sergah Alice
"Iya gara-gara kamu ngotot mau design yang kamu bikin itu di jadiin koleksi butik mama. Eh taunya malah jadi Best Seller dan sekarang jadi repeat order banyak. Untung aja kamu ngeyel ya, tapi mama jadi pusing ini." Keluh Florence
"Mama sih sukanya ngeremehin anaknya, mentang-mentang Alice cuma karyawan pabrik skincare terus gak bisa gitu bikin design. Oh No mama!" Protes Alice menanggapi cerita sang mama.
"Iya deh mama minta maaf, kamu itu terhebat pokoknya." Puji Florence dengan bakat sang anak yang sudah membuat butiknya lebih terkenal di kalangan pasar global.
"Eh kapan-kapan mau deh di bikinin lagi ya?" Pinta sang mama
"Hih mama, malah ketagihan. Yasudah deh ma kapan-kapan kalo gak sibuk Alice bikinin. Nanti lagi ya ma ini kerjaan Alice masih banyak banget ma, atasan Alice kayak kulkas 10 pintu. Nyebelin!" Omel Alice sambil menyandarkan tubuhnya di kursi
Tanpa Alice sadari ada sepasang telinga yang mendengar pembicaraan Alice di telepon.
"Eh! Kenalin dong sama mama si kulkas 10 pintu. Ganteng gak nak?" Goda sang mama sambil menahan tawa
"Ih apaan sih mama, ganteng sih ganteng tapi cuek sama dinginnya gak kira-kira." Beo Alice
"Jangan terlalu benci nak, nanti jadi jodoh loh! Eh! Hahahah." Ledek mama Florence yang tidak bisa lagi menahan tawanya.
Mungkin jika saat ini Alice di hadapannya satu cubitan akan melayang di tubuhnya. Florence sadar anaknya sangat menyenangkan untuk di jahili.
"Ih emang Alice itu mama apa, katanya benci sama papa taunya sampe brojol anaknya. Aku mah enggak!" Sergah Alice membalas ejekan sang mama
"Ih gitu aja sewot sih, nanti mama kesitu pangling lagi sama anak mama. Tau-tau udah tua aja gara-gara gampang marah, hihi kabur ih!" Pungkas mama Florence yang langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
"Ih dasar mama! Main matiin telepon aja!" Gerutu Alice kala melihat gawainya yang ternyata sudah tidak tersambung dengan sang mama.
Akhirnya Alice melanjutkan pekerjaannya dengan setumpuk file dan laptop di hadapannya. Dengan cekatan menyusun data seperti yang di ajarkan oleh Bu Clara sekertaris Steven yang sedang cuti.
Beberapa hari yang lalu ia menyempatkan untuk menelpon sang sekretaris untuk bertanya beberapa hal tentang pekerjaan.
Dengan telaten Clara menjelaskan detail pekerjaan yang harus ia kuasai melalui email.
Karena kepandaiannya Alice cepat faham dengan yang di ajarkan oleh Clara meskipun hanya lewat email saja.
Jarum jam berputar seperti pembalap yang melajukan motornya di sirkuit. Tidak terasa waktu makan siang telah tiba. Tapi tidak menyadarkan Alice yang masih menggerakkan jarinya di keyboard laptopnya.
Kruyuk kruyuk
Aduh perut gak bisa di ajak kompromi banget sih, gak tau nanggung apa bentar lagi selesai.
Gumam Alice sambil mengusap-usap perutnya yang sudah berbunyi dengan nyaring.
Hem!
Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit ia memutuskan untuk berdehem agar menyadarkan Alice tentang keberadaannya.
Sebenarnya ia sudah ingin tertawa kala mendengar bunyi perut Alice namun ia tahan lagi-lagi mengingat gengsinya yang tinggi setinggi awan.
"Astaga pak! Bisa gak sih pak jangan kayak hantu yang tiba-tiba dateng lalu menghilang." Cecar Alice kesal dengan kebiasaan Steven.
"Kamu ngatain saya ya?" Cetus Steven dengan dingin.
"Lah kan saya cuma usul saja pak gak niat ngatain!" Bala Alice dengan ngotot
"Sana makan siang dulu, saya nggak mau ya di tuduh macem-macem sama Pak William karena kamu sakit. Cuma gara-gara telat makan." Seru Steven tanpa memandang Alice
"Saya nanti saja lah pak nanggung!" Tolak Alice yang langsung melanjutkan pekerjaannya
"Yasudah! Yang penting saya sudah mengingatkan!" Terang Steven sambil berlalu meninggalkan Alice
Melihat punggung Steven yang berlalu dari hadapannya membuat Alice geleng-geleng kepala.
Kok ada ya makhluk kayak gitu! Ganteng sih iya tapi kayak hantu sebentar dateng sebentar pergi mana dinginnya kayak manusia kutub lagi.
Monolog Alice masih melihat kepergian Steven
Tapi Alice sedikit mengakui pesona yang dimiliki oleh Steven, membenarkan omongan para karyawan bahwa Steven seperti Opa Korea.
Badan yang tinggi dan rupawan apalagi jika Steven mengenakan kacamata siapa wanita yang tidak terhipnotis olehnya.
Tidak heran banyak orang yang berlomba-lomba untuk sekedar dekat dengan Steven.
Tapi banyak juga yang membandingkan antara kegantengan Steven dan William.
Ah bodo amat lah! Sabar ya perut sebentar lagi selesai setelah itu mari kita makan besar!
Ucap Alice sambil mengusap perutnya seolah ia berbicara dengan seseorang.
Akhirnya Alice pun kembali berkutat dengan berkas di hadapannya. Meneliti kembali dan merangkum file yang di berikan oleh Steven, sebenarnya tidak sulit hanya sedikit berantakan.
Sebelum datang Alice ada beberapa karyawan magang yang mengisi posisi Bu Clara ya namun hanya bertahan beberapa waktu.
Karena mereka tidak tahan dengan cara kerja Steven yang hampir menuntut sempurna.
Clara bertahan karena memang usianya lebih tua di atas Steven jadi dia bisa lebih dewasa untuk menyikapi sikap Steven yang seperti itu.
Selaian itu Clara juga berkompeten dan bertanggung jawab dengan segala pekerjaan nya.
Hal itu pula yang membuat Steven nyaman bekerjasama dengan sang sekertaris.