Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Evelyn membuka matanya ketika terdengar suara sayup-sayup dari luar kamarnya. Tubuhnya terasa nyeri dan kepalanya sedikit pusing. Gadis itu berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Dalam beberapa detik sekelebat peristiwa tadi malam berputar di kepalanya.
Bagaimana dia bisa berada di kamarnya saat ini. Bukankah Baron pria psikopat itu telah menenggelamkan mobilnya dengan gila? Ia mendudukkan tubuhnya yang terasa berat di sandaran tempat tidurnya. Ia sudah tidak memakai bajunya dan berganti menjadi piyama berbahan satin.
Di saat ia berpikir keras kenapa dirinya bisa selamat, Baron membuka pintu kamar sambil membawa nampan makan. Pria itu terlihat segar dan tampan dengan pakaian santai seperti biasa. Baron tersenyum dengan manis. Seolah tidak terjadi apa-apa tadi malam.
"Sudah bangun rupanya. Pas sekali aku membawa sarapan untukmu." pria itu mendekati Evelyn lalu meletakkan nampan di atas meja nakas. "Kau harus sarapan. Tadi malam adalah malam yang melelahkan bagimu." pria itu berucap dengan santai, seolah kejadian tadi malam adalah hal yang biasa.
Evelyn masih tidak habis pikir melihat sikapnya pagi ini setelah apa yang terjadi. Baron hendak merapikan rambut Evelyn yang berantakan, namun langsung ditepis oleh gadis itu. Raut wajah Evelyn melayangkan tatapan menantang.
Baron tetap tersenyum menanggapi sikap gadis itu. "Untuk saat ini mungkin kau masih belum terbiasa dengan perlakuanku. Tapi lambat laun, kau akan mengerti. Aku yakin suatu saat nanti kau datang berlari ke pelukanku."
Baron begitu percaya diri membuat Evelyn mendengus kesal. Baron tidak memedulikannya, ia mengambil piring makan dan menyendokkan makanan kesukaan Evelyn yang sengaja disiapkan.
"Buka mulutmu." perintah pria itu.
Evelyn menoleh ke arah berlawanan dan menutup mulutnya rapat-rapat. "Nona Lawrence, berhentilah merajuk. Aku ingin menyuapimu."
Evelyn menatap Baron denga kesal, "Aku bisa makan sendiri!" ketusnya.
"Tidak. Aku ingin menyuapimu. Maka bukalah mulutmu sebelum aku melakukan lebih ngeri dari tadi malam." sebelum memasuki kamar ini, Baron sudah berjanji akan bersikap baik pada Evelyn. Tetapi sikap menantang Evelyn membuatnya kehabisan kesabaran, hingga mau tidak mau kalimat pengancaman itu keluar dari mulutnya.
"Apa yang kau inginkan Kak Baron. Berhenti bersikap seperti orang gila. Kau membuatku takut!" Evelyn menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil terisak. Pada akhirnya pertahanan Evelyn runtuh. Sejak tadi ia menantang agar tidak terlihat lemah di depan Baron. Namun lagi, Baron mengancamnya. Kejadian tadi malam saja sangat mengerikan baginya, lalu bagaimana jika sampai Baron melakukan lebih dari itu.
Baron meletakkan piring kembali di atas nampan. Tangis Evelyn membuatnya lemah. Dengan gerakan lembut, ia menarik Evelyn ke dalam pelukannya. Mengusap punggungnya yang bergetar sambil mengecup pucuk kepala gadis itu. Beruntung Evelyn tidak memberontak yang akan membuat Baron kehabisan kesabaran lagi.
"Jangan menangis lagi. Aku tahu kejadian tadi malam membuatmu takut. Tapi itu adalah pelajaran untukmu agar kau tidak menganggap remeh padaku." bukannya menenangkan, Baron malah menunjukkan eksistensinya. Seolah mengatakan bahwa dirinya tidak boleh dibantah.
"Jika ke depannya kau menjadi gadis penurut, aku berjanji tidak akan melakukan hal mengerikan itu lagi. Semua itu tergantung sikapmu. Jika kau menurut aku akan berkali-kali lipat memperlakukanmu dengan baik pula. Aku akan membuatmu seperti ratuku. Namun, jika kau terus menantang seperti ini, jangan salahkan kalau akan banyak kejadian lebih mengerikan dari tadi malam."
Evelyn yang masih dalam pelukannya menggigit bibirnya dengan perasaan ngeri. Ia menganggap Baron adalah psikopat gila yang ingin menawan dirinya. Ia menyadari Baron bukanlah pria biasa. Pada akhirnya ia berhenti memberontak.
Baron menjauhkan Evelyn dari pelukannya, kemudian menghapus air mata gadis itu dengan lembut. "Aku tidak mau terus menakutimu. Sekarang kau harus makan karena jam sarapanmu sudah terlewat."
Ketika Baron mengarahkan sendok ke mulutnya, dengan terpaksa Evelyn membuka mulutnya sehingga makanan itu berhasil masuk ke mulutnya.
Satu fakta rahasia yang tidak diketahui oleh semua orang tentang Baron Badger. Sekali lagi Baron bukanlah anak yang tumbuh normal seperti biasa. Sejak masih berumur empat tahun, Nenek Han menyadari ada yang tidak biasa dengan Baron.
Baron adalah anak yang cerdas. Di usia yang masih kecil, dia bisa mempelajari dan menguasai lebih dari anak-anak seumurannya. Bahkan hal yang bisa dilakukan oleh orang dewasa bisa dilakukannya. Karena hal itu Nenek Han khawatir. Akhirnya dia membawa Baron ke dokter ahli kejiwaan untuk memeriksa Baron. Dan benar saja, setelah melalui berbagai tes dan analisis yang dilakukan oleh dokter tersebut, ternyata Baron memiliki gangguan kejiwaan.
Tes yang Baron jalani adalah tes psikopat, karena setelah analisis dokter, kondisi Baron lebih condong psikopat. Psikopat yang dimiliki Baron setidaknya mencapai tiga puluh lima persen dari seratus persen. Tidak terlalu kentara sehingga Baron terlihat seperti orang normal.
Namun, ada masanya penyakit pria itu kambuh. Ketika mengalami penolakan dan tantangan dari Evelyn contohnya. Jiwa pria itu seolah tercabik-cabik akan penolakan Evelyn. Orang seperti Baron tidak akan pernah merubah prinsip yang sudah ditanamnya. Sejak awal ia telah mengklaim Evelyn sebagai miliknya maka ketika melihat Evelyn bersama laki-laki lain, ia dengan mudah terpantik emosinya.
Hal seperti ini belum pernah terjadi padanya sebelumnya. Baron tidak pernah segila ini ketika gadisnya berulah. Saat masih bersama Laura, Baron dapat menguasai dirinya, semua itu karena Laura selalu menurut dan terlihat menggilai dirinya. Evelyn berbeda, gadis itu malah mengabaikan dirinya.
Orang seperti Baron biasanya tidak memiliki simpati atau empati terhadap orang lain. Oleh karena itu, ketika Evelyn ketakutan saat mobil mereka hampir tenggelam, hatinya tidak tergerak sama sekali, bahkan ia menikmati ketakutan gadis itu.
Sejak awal, Baron telah memanipulasi Evelyn. Pria itu tertarik padanya karena sikap Evelyn yang acuh padanya dan bahkan menghindarinya. Baron telah menyelidiki dan mempelajari gadis itu. Ketika keinginan memiliki Evelyn tertanam di dirinya, Baron membuat rencana agar gadis itu datang sendiri kepadanya.
Rencananya hampir berhasil, Evelyn telah terbiasa dengan kehadirannya. Hanya butuh satu langkah lagi ia bisa membuat Evelyn datang dengan sukarela dan bergantung padanya, namun rencana itu gagal hanya karena hadirnya laki-laki lain. Baron kehilangan kontrol atas dirinya yang sudah ditahannya begitu lama. Ia membuat Evelyn kembali menakutinya.
Nasi sudah menjadi bubur, Evelyn sudah melihat sisi buruknya. Maka untuk selanjutnya ia tidak perlu memakai topeng palsu di depan gadis itu. Baron terang-terangan mengakui ingin menjadikan Evelyn menjadi tawanannya. Dengan menunjukkan eksistensinya ia berharap Evelyn tidak akan mencoba lari darinya dan memilih menurut di bawah kendalinya.
Meski demikian, Baron tidak pernah ingin menyakiti Evelyn. Ia ingin memiliki gadis itu dan menjaganya seperti batu permata yang berharga. Ia ingin Evelyn bergantung pada dirinya. Hal itu terasa menyenangkan bagi Baron ketika memiliki seseorang yang tidak bisa hidup tanpa dirinya.