Kiss Me

Sekertaris Joy pagi-pagi sekali sudah berada di bandara, ia menjemput tuannya yang tiba di jakarta pagi ini.

“Silahkan masuk tuan, Nyonya.” Ucap Joy sambil membukakan pintu mobil untuk tuan dan istrinya.

“Terimakasih sekertaris Joy.” Ucap Anya sambil melangkah masuk ke dalam mobil, Anya terkejut saat melihat ada paperbag berisi ponsel baru di dalamnya. “Wow punya siapa ini.” Ucap Anya, wanita itu mengeluarkan kotak ponsel dan membolak-balikan kotak itu dengan mata berbinar.

“Itu ponsel untukmu.” Ucap Arsen saat masuk ke dalam dan duduk di sebelah Anya.

Anya menoleh dengan wajah terkejut. “Untukku? Serius? Aaaa makasih.” Ucap Anya, dia bahkan spontan memeluk suaminya hingga pria itu terdiam kaku.

“Kapan tanggal lahirmu?” Tanya Arsen tiba-tiba, pria itu menatap istrinya yang kini sibuk dengan ponsel bartunya.

“Tanggal tiga.” Jawab Anya tanpa menoleh, ia sangat senang karena sekarang dia sudah memiliki ponsel keluaran baru, dia yakin kalau Reyno akan iri padanya jika pria itu tau kalau Arsen yang membelikannya.

Arsen hanya mengangguk kecil sambil mengingat tanggal lahir istrinya, setengah jam kemudian mereka sampai di kampus Internasional milik keluarga Felix.

“Bye sampai ketemu nanti.” Ucap Anya saat mobil itu terparkir tepat di parkiran sekolah, ia hendak keluar namun Arsen menahan tangannya hingga membuat Anya menoleh ke belakang.

“Pulang jam berapa?” Tanya Arsen.

“Aku pulang sore, gak usah di jemput. Nanti aku pulang bareng Rey aja.” Ucap Anya, ia tidak ingin membebani suaminya yang sedang sibuk.

Anya kembali berbalik dan hendak keluar, namun Arsen lagi-lagi menahannya Anya pun kembali berbarik menatap suaminya.

“Kenapa?” Tanya Anya namun Arsen tak menjawab dan hanya diam menatap wajah istrinya. “Kalau begitu aku pergi dul—“ ucaoannya terhenti saat Arsen menatir pinggang Anya dan mencium bibir ranum istrinya.

“Oh ya ampun, bilang dong kalau mau minta kiss.” Ucap Anya, dia pun melepaskan tasnya lalu menggelantungkan kedua tanganya di leher suaminya dan membalas ciuman Arsen.

Arsen tersenyum, ia membuka mulutnya dan memainkan lidahnya untuk membalas ciuman Anya. Arsen hendak memejamkan matanya namun ia langsung menatap tajam ke arah spion di mana Joy tengah menatapnya terang-terangan.

Seketika Joy memalingkan wajahnya. “Pergilah.” Ucap Arsen melepas ciumannya, Anya pun mengangguk lalu mengambil tasnya dan membuka pintu mobil itu. “Bye…”

“Anya…” panggil Regan saat melihat Anya keluar dari mobil, kebetulan Regan juga baru turun dari mobil yang terparkir di samping mobil milik Arsen.

“Hey, baru sampe?” Tanya Anya, dia masih berdiri di samping pintu mobil. Regan mengitari mobilnya kebelakang lalu berdiri di hadapan Anya.

“Ayo masuk.” Ajak Regan, namun keningnya mengernyit saat melihat lipstik Anya yang belepotan. “Kamu pasang lipstik buru-buru yah?” Tanya Regan sambil mengulurkan tanganya merapikan lipstik di bibir Anya.

Seketika Arsen yang ada di dalam mobil langsung bergerak hendak keluar dari mobil dengan rahang yang mengeras menatap tidak suka pada sosok pria yang menyentuh bibir istrinya, namun dengan cepat Joy mengunci mobil itu.

“Sialn Joy! Buka!” Titah Arsen, namun Jiy tetap tidak membukannya.

“Tuan kita harus segera berangkat karena ada rapat.” Ucap Joy berusah mengingatkan.

Arsen melirik ke arah istrinya yang kini mulai beranjak dari tempatnya sambil tertawa bersama dengan pria itu.

“Anya kenapa dengan cara jalanmu? Kaki mu terkilir?” Tanya Regan pria itu bahkan menyentuh dan memapah Anya tanpa meminta ijin istrnya lebih dulu.

“Sial!! Dia bukan terkilir! Dia sudah menghabiskan malamnya bercinta denganku! Jangan sentuh dia brengsek!” Ketus Arsen terus menatap tajam pasa sosok kedua orang yang kini sudah mulai menjauh, wajah Arsen bahkan nyaris menempel di kaca. Jika bukan karena Joy sudah melajukan mobilnya mungkin dia akan langsung menghajar pria itu.

“Sanar tuan.” Ucap Joy tiba-tiba, seketika Arsen menatap tajam ke arah sekertarisnya.

Ia lalu berdeham dan merapihkan pose duduknya, Arsen langsung berubah ke mode cool dia seolah tak perduli lagi dengan adegan tadi namun rahangnya masih terlihat jelas jika peia itu sedang menahan amarah, bahkan kedua tanganya juga mengepal.

“Maklum, Nona Anya memang cantik. Jadi wajar kalau dia banyak penggemar di kampusnya. Apalagi dia masih muda.” Ujar Joy tiba-tiba, seketika kening Arsen mengernyit.

“Maksudmu aku sudah tua?” Tanya Arsen, seketika sekertaris Joy menelan salivanya susah.

Sementara di kampus, Reyno langsung mengejar kedua orang itu. Dia lansgung melepaskan tangan Regan yang berusaha memapah Anya walau Anya sudah menolak sejak tadi.

“Rey, apa sih main nyerobot aja.” Ketus Regan kesal karena Rey langsung menjauhkan posisinya berdrii dari Anya.

“Jangan ganggu sahabat ku yang satu ini, dia udah ada pawangnya.” Ujar Reyno sambil menoleh ke arah Regan datar.

Anya terkekeh geli, Reyno kira Anya ular kali sampai punya pawang pikir gadis yang sudah bukan gadis lagi itu.

“Selagi belum menikah kenapa engga, iya kan Anya?” Tanya Regan sambil membungkukan tubuhnya untuk menatap Anya yang ada di samping Reyno.

Anya tersenyum sambil memperlihatkan jari jemari cantiknya yang sudah memakai cincin, seketika Regan menghentikan langkah kedua orang itu dengan menyentuh tangan Anya dan menatap lekat cincin itu.

“Kamu beneran udah nikah Anya? Kalian sedang becanda kan?” Tanya Regan lagi dengan wajah kecewanya, bagaimana tidak kecewa jika perasaannya yang bertepuk sebelah tangan sudah tidak ada lagi kesempatan untuk mendapatkan gadis yang di incarnya selama ini.

“Aku emang udah nikah, Regan. Suamiku tampan dan dia…” Anya sengaja menghentikan ucapannya sambil tersenyum menatap cincinya sendiri dengan raut wajah merona. “Ah sudahlah cukup aku yang tau.” Ucap Anya lalu melangkah lebih dulu meninggalkan Regan yang terlihat murung dengan hati yang terluka.

Sementara Reyno yang penasaran langsung mengejar Anya dengan wajah kesalnya. “Dan dia apa Anya? Emang Kak Arsen kenapa?” Tanya Reyno mengekori kakak iparnya itu.

Regan melihat kepergian kedua orang itu dengan kedua tangan yang mengepal, sungguh dadanya terasa sangat nyeri menerima pakta menyakitkan ini.

“Emang seperti apa dia? Punya apa sampai bisa mendapatkan Anya?” Tanyanya pada dirinya sendiri dengan wajah kesal.