Sistem Kultivasi Ganda

Ruang makan

Ketika Xia Tian tiba di ruang makan, tiga orang sudah menunggunya, mereka adalah Liu Ying, seorang lelaki tua berambut putih berusia enam puluhan, dan juga seorang wanita paruh baya berusia tiga puluhan.

Dari ingatan Xia Tian yang asli, pria berambut putih panjang ke belakang itu adalah Xia Ling, dia adalah kakek Xia Tian. Bagi seorang kultivator, seseorang yang berusia enam puluhan sebenarnya masih relatif muda. Tetapi kasus Xia Ling berbeda, dia memulai kultivasinya ketika dia berusia tiga puluhan, meskipun dia terlambat memulai kultivasinya, dia memiliki mentalitas, bakat, dan pemahaman yang luar biasa. Hanya dalam dua puluh lima tahun, dia telah menembus ke Alam Asal Surga, dan dia juga menjadi jenderal yang dihormati di Kerajaan Zhu.

Namun, kejadian beberapa tahun lalu membuatnya sangat putus asa, dan hancur. Karena dia menemukan kedua putranya mati mengenaskan di hutan, hal itulah yang membuat rambutnya cepat memutih, dan membuatnya terlihat begitu tua.

Adapun wanita itu, dia adalah Chen Xue, dan dia adalah istri dari mendiang pamannya, dia juga putri pertama Keluarga Chen. Dia sangat cantik, memikat, anggun, tetapi juga kuno. Wajahnya sangat cantik dengan dua mata sipit hitam yang indah, dua alis yang cukup tebal, hidungnya juga mancung, dan juga bibir merah tipis yang menawan. Dia selalu mengenakan gaun yang cukup besar, tapi gaun itu tidak bisa menyembunyikan gunung nya yang besar dan montok, sekitar 36B. Meski sudah memiliki dua orang anak, namun tubuhnya masih terawat dengan baik, dan lekuk tubuhnya masih terlihat jelas.

Selama tahun-tahun ini, Keluarga Chen selalu memintanya untuk pulang dan menikah lagi dengan pria lain, tetapi Chen Xue selalu menolak permintaan keluarganya, dan dia bersikeras untuk tinggal di keluarga Xia sebagai menantu perempuan untuk membesarkan kedua anaknya.

“Kakek, Bu, Bibi Xue.” Xia Tian menyapa mereka dengan hormat, saat dia berjalan santai ke ruang makan.

Xia Ling mengangkat alisnya, dia bisa merasakan perasaan aneh dari cucunya, tetapi dia tidak tahu dari mana perasaan aneh itu berasal, dia hanya merasa bahwa cucunya telah menjadi seperti orang yang berbeda

Bahkan Chen Xue memandang keponakannya dengan heran, karena selama ini dia tidak pernah menyapa mereka dengan hormat, dia selalu bersikap sesuka hatinya, sulit diatur, kasar, dan kurang ajar. Tapi dia sangat senang melihat sikapnya saat ini, dan dia sangat berharap keponakannya akan terus seperti ini.

Xia Tian lalu duduk di samping ibunya, dan dia bertanya. “Mengapa kamu menatapku seperti itu, Kakek?”

“Apakah sesuatu terjadi pada kepalamu, bocah? Mengapa kamu tiba-tiba berubah begitu drastis? Xia Ling bertanya dengan curiga, karena dia masih tidak bisa menghilangkan perasaan anehnya terhadap cucunya.

Xia Tian tertegun sejenak oleh pertanyaan kakeknya, lalu ia tertawa kecil. “Tidak ada yang terjadi di kepalaku, Kakek. Hanya saja setelah kecelakaan sebelumnya membuat aku menyadari banyak hal, terutama tentang sikap aku selama beberapa tahun terakhir, jadi aku ingin mengubah keadaan, dan memulai dari awal lagi.”

“Yah, bagus sekali kamu bisa menyadarinya, dan aku sangat berharap kamu bisa mengubah sikap lamamu itu.” Kata Xia Ling dengan anggukan, Chen Xue juga mengangguk setuju, lalu melanjutkan. "Benarkah apa yang Ying'er katakan padaku bahwa kamu membangkitkan kemampuan bawaanmu?"

"ya." Xia Tian mengangguk padanya. “Ibu mengatakan yang sebenarnya, Kakek. Meskipun aku terluka parah sebelumnya, berkat itu aku berhasil membangkitkan kemampuan bawaan ku. Tapi tetap saja kemampuan bawaan aku tidak ada artinya jika aku tidak bisa berkultivasi, meski regenerasi diri ku sangat cepat, tapi aku tidak bisa menyembuhkan diri sendiri, jika aku terluka lebih parah dari sebelumnya.”

Xia Ling menghela nafas berat mendengarnya. “Aku benar-benar minta maaf, Tian'er. Karena kecerobohan ku saat itu, itu menyebabkan akar spiritual mu lumpuh.

“Tidak apa-apa, Kakek. kakek tidak perlu menyesalinya, karena itu sebenarnya bukan salah kakek. Xia Tian menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, lalu dia melirik Liu Ying, dan dia menambahkan dalam hati. 'Sepertinya Liu Ying belum mengatakan apa-apa kepada mereka, tapi itu juga bagus, sekarang aku hanya menunggu Liu Ying mengumpulkan semua bahan, dan setelah itu aku akan memulai kembali kultivasiku.'

Tiba-tiba Liu Ying mengiriminya transmisi suara. 'Aku punya tiga dari lima bahan, Nak. Adapun Burning Meridian Lotus, serta Golden Snake Gall, aku masih harus menunggu keduanya dari 'paviliun Thousand Treasure' sore ini. Dan setelah semuanya ada di tangan ku, maka aku akan segera memprosesnya menjadi cairan sesuai instruksi mu, dan aku sangat berharap mereka benar-benar dapat memulihkan akar spiritual mu.'

Meskipun Liu Ying masih tidak mempercayai kata-kata putranya, dia merasa tidak ada salahnya untuk mencobanya, karena beberapa bahan yang dia minta memang bagus untuk akar spiritual. Tapi dia juga masih merasa aneh dengan Burning Meridian Lotus, karena Burning Meridian Lotus bukan untuk memperkuat akar spiritual seseorang, tapi hanya untuk memperkuat meridian seseorang.

Xia Tian kemudian menoleh padanya, dan dia mengangguk sambil tersenyum. 'Kamu tidak perlu khawatir, Liu Ying. ibu akan sangat terkejut ketika akar spiritual ku pulih nanti.'

Tiba-tiba wanita paruh baya lainnya masuk ke ruang makan, tidak seperti penampilan Chen Xue dan Liu Ying yang sedikit glamor, penampilannya jauh lebih sederhana. Namun meski begitu, ia tetap terlihat anggun dengan gaun berwarna biru muda di bagian atas, dan putih di bagian bawah. Dia cukup tinggi, hampir setinggi Xia Tian, ​​dan lekuk tubuhnya juga bagus, tapi gunungnya tidak sebesar itu, hanya sekitar 32D.

Kecantikannya juga tidak kalah dengan Chen Xue dan Liu Ying, dia memiliki rambut hitam sepanjang pinggang, dua mata sipit yang indah dengan alis seperti pedang, dia juga memiliki hidung pesek, tetapi yang membuatnya lebih menarik adalah bibir mungilnya yang merah muda. , yang sungguh menggoda.

Xia Tian bahkan tidak bisa mengalihkan pandangan dari wajahnya, lebih tepatnya dari bibir mungilnya yang merah muda, karena dia benar-benar tergoda untuk mencium bibirnya.

Merasakan tatapannya, wanita paruh baya itu mengerutkan kening, lalu dia berkata dengan marah. “Apa yang kamu lihat, Nak !? Apa kau ingin aku menghajarmu!?”

Jangan lupa memberi like dan Komentar ya, biar author tambah semangat

- Bersambung -