NovelToon NovelToon
Eternal Fog

Eternal Fog

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Sci-Fi / spiritual / Sistem / Persahabatan
Popularitas:886
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Kabut berbahaya yang disebut dengan Eternal Fog kerap kali menyerang kota. Tingkatan berbahaya dan jenis yang ditimbulkan kabut tersebut berbeda-beda. Ada beberapa warna yang membedakan jenis-jenis kabut tersebut. Ada pun penyebab Eternal Fog adalah semburan napas dari monster yang disebut Strano dan menghuni area di luar kota yang disebut Danger Mori. Oleh karena itu, keamanan kota dijaga oleh para Occhio. Sebutan untuk para pembasmi Strano dan Eternal Fog.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22 Kama

Ketenangan. Itulah yang semua orang rasakan semenjak tiga bulan dipencarnya para occhio ke seluruh kota. Bahkan masing-masing occhio senior atas lebih sering menetap di markas pusat karena tidak adanya pergerakan strano selama tiga bulan terakhir. Para occhio ya tersebar kali ini lebih mirip turis biasa yang berkunjung untuk menikmati keindahan kota-kota tersebut. Sebab latihan jauh lebih ringan dan kemunculan eternal fog hanya di Danger Mori. Itu pun selalu tingkat rendah.

"Makhluk sialan itu mempermainkan kita," ucap Dean kepada Kama. Occhio kelas D yang pernah satu ruang rawat dengannya.

"Setidaknya kita sudah bersiap untuk jadi lebih kuat."

"Lebih kuat? Apakah otakmu tertinggal di Solar Wind? Selama di sini kita hanya mematung. Dan hanya sekali menjalankan misi kabut hijau beberapa minggu yang lalu. Kebanyakan diserahkan pada occhio kelas A karena sisanya adalah kabut putih. Sudah jelas siapa yang berkembang dan siapa yang mentok. Tak pernah ada informasi tentang kemunculan eternal fog lagi di kota-kota."

"Justru bagus, Dean. Para occhio kelas A itu akhirhya bisa merasakan misi di Danger Mori. Para strano itu seperti memberikan pelatihan secara cuma-cuma. Dengan begitu, mereka bisa menyusul kemampuan kita."

Mata Dean memerah. Tangannya mengepal dan hendak memukul Kama, namun masih bisa ditahannya.

"Jumlah occhio gugur yang kala itu disebut berjumlah tiga belas, aku dengar akan ditambah menjadi lima belas. Cora dan Soren dimasukkan ke dalam occhio yang gugur itu." Kama menambahi. Pandangannya fokus ke arah langit malam yang dipenuhi gemintang.

Markas cabang yang tersebar di seluruh kota berbentuk bangunan sederhana saja. Hanya satu lantai dan masing-masing occhio tinggal sendiri dalam satu kamar. Lebih mirip kos-kosan. Ada enam laki-laki dan empat perempuan. Salah satunya adalah Archie. Dean disatukan dengan gadis itu.

Teras yang dingin itu menjadi tempat berbincang mereka malam ini. Selama ini, Dean mamang paling sering berbicara dengan Kama. Sebab Kama yang paling sabar menghadapi sikap keras Dean. Mirip dengan dua orang teman kamarnya yang gugur kala itu.

Plakkk!

Tamparan keras Dean mendarat pada pipi Kama. Si occhio bergelar hantu itu tersenyum tipis. Tingkat kesabarannya memang tebal sekali. Ia beberapa tahun lebih senior dibanding Dean. Terjun lapangannya jauh lebih banyak. Sehingga, kalau bertarung satu lawan satu maka kemenangan masih akan dipegang Kama.

"Jangan ucapkan apa pun yang membuatku kesal!"

Suara hewan malam berderik terdengar. Sudah tengah malam namun belum ada di antara mereka yang berniat untuk masuk lebih dahulu.

"Kalau menang tidak ingin kelas A melampauimu, seharusnya kamu berlatih dengan bersungguh-sungguh di sini. Inilah markas kita sekarang. Walaupun Sunniva bilang kita akan kembali ke markas utama. Tapi itu entah kapan. Bisa jadi juga tidak pernah terjadi. Sebab kota ini membutuhkan kita."

Dean terdiam. Sedikit merenungi ucapan Kama. Ia memang selalu berlatih setiap hari. Tapi tidak ada arahan selayaknya di markas pusat. Di sini mereka hanya latihan lepas. Hanya mengandalkan jadwal tanpa arahan siapa pun. Hanya waktu minggu-minggu pertama di kota itu mereka ditemani seorang occhio senior yang bukan termasuk occhio elit. Tapi setelahnya ia kembali ke kota Solar Wind dan membiarkan occhio-occhio itu berlatih tanpa bimbingan. Sebab selama tiga bulan tidak pernah terjadi datangnya eternal fog ke kota.

Tidak boleh ada yang mengganti posisi Soren dan Cora di kelas G. Dean bisa membiarkan siapa pun menggantikan posisi dua teman kamarnya yang jelas gugur itu. Tapi tidak dengan Soren dan Cora karena ia yakin bahwa dua temannya itu masih hidup. Itulah mengapa ia sangat marah setelah mengetahui informasi tentang lima belas occhio kelas A yang akan dipilih untuk menggantikan posisi lima belas occhio yang gugur. Walaupun dua di antaranya belum jelas statusnya. Tapi waktu tiga bulan sudah cukup bagi mereka menganggap dua orang itu gugur dan tidak akan kembali lagi.

"Padahal, Eliot waktu itu pernah bilang bahwa jejak mereka sudah ditemukan." Kama berkata.

"Itu hanya omong kosong. Mereka tidak pernah mencarinya dengan benar."

"Mungkin, iya. Mungkin juga tidak. Aku tak pernah lupa bagaimana kamu mengamuk karena memaksa diri ingin mencari mereka sendirian."

Dean mendengus. Ia memang berkali-kali mencoba kabur untuk mencari dua temannya itu. Tapi ke mana pun itu pergi, sebagai seorang occhio selalu terdeteksi dari pusat. Mudah saja bagi mereka menemukan keberadaan Dean dan menghadang langkahnya. Itulah keanehan yang dialami Soren dan Cora. Mereka hilang tanpa terdeteksi alat karena terjatuh ke jurang.

"Kamu merindukan mereka?"

"Soren yang sok memimpin dan Cora yang paling beban itu? Tidak mungkin."

"Kau mengelak."

"Aku tak ingin Soren mati sebelum aku membalas kekalahan darinya. Lalu aku tidak mau Cora mati karena belum puas memarahinya setelah membuat lima strano yang seharusnya bisa dikalahkan semua malah dibiarkan kabur dan sembunyi hingga sulit ditemukan."

Kama tersenyum miring. Ia melihat mata Dean. Pandangan yang tidak bisa berbohong bahwa ia memang sangat merindukan dua temannya itu dan ingin menjalankan misi bersama mereka, juga Archie tentunya. Sekali pun perempuan itu selalu seenaknya sendiri.

"Jika sudah mendapatkan itu, apakah kamu akan ikhlas jika mereka benar-benar gugur?" tanya Kama. Tatapan tajam Dean mengarah padanya.

"Aku masih ingin hidup panjang. Bersama mereka. Sampai eternal fog dan strano benar-benar musnah dari muka bumi. Aku ingin berjuang bersama mereka sampai kami sampai pada masa di mana kami sudah tidak berguna untuk keamanan. Karena dunia sudah mendapatkan kedamaian itu. Pada hari di mana occhio dibubarkan."

Kama tertawa kecil. Ia menatap Dean seperti seorang adik. Bagaimana pun, ia lebih tua beberapa tahun dibanding Dean.

"Bagaimana jika harus menunggu waktu berabad-abad lamanya. Kamu ingin mencari cara hidup abadi?"

Sejenak, Dean terdiam. "Tidak ada kata indah untuk hidup abadi di atas dunia yang tidak abadi."

"Tak apa jika mati sebelum menemukan kedamaian itu?"

Dean mengangguk. Hilang sudah wajah galaknya itu. Ketenangan Kama berhasil membiusnya bak seorang adik yang manja kepada kakaknya.

Lelaki berusia dua puluh dua tahun itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

"Aku pemegang data seluruh occhio. Tolong rahasiakan dan jangan beri tahu siapa pun."

Wajah Dean berkerut karena bingung melihat benda berbentuk lingkaran dan tipis itu. Ukurannya sebesar koin receh.

"Aku percaya padamu. Maka aku akan menghapus datamu sementara dari alat ini agar kamu bisa ke mana pun tanpa ketahuan pihak pusat." Kama menjelaskan.

Mata Dean berbinar tak terkontrol.

"Aku juga yang telah menghapus data Soren dan Cora sejak hari di mana mereka menghilang."

Sesaat, mata berbinar itu berubah menjadi mata terkejut tak terbilang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!