Aku Dan Lelaki Yang Merenggut Kesucianku

  "Jangan berbicara romantis, aku tidak butuh itu." Latifa menampik nasi goreng maupun jus mangga buatan Dika yang sebetulnya sangat menggiurkan itu.

  "Lantas apa yang kamu butuhkan? Aku bisa memberikan cinta dan kasih sayang buat kamu dan Gaza," tukas Dika dengan wajah santai.

  "Tidak perlu merayu atau gombal, semua ucapan kamu tidak akan berguna buat aku. Aku benci kamu. Cepatlah buka pintunya, aku mau bekerja, aku butuh duit untuk anakku," sentak Latifa ketus.

  "Kamu tidak perlu bekerja, aku bisa berikan segalanya buat kamu dan Gaza."

  "Aku tidak butuh pemberian apapun dari kamu. Jadi, tolong jangan berlagak sok pahlawan, sebab aku tidak akan tergoda dengan mulut manismu," sentak Latifa lagi geram dengan sikap Dika yang sok peduli.

  "Ok, baiklah. Mungkin kamu saat ini tidak akan membutuhkan aku. Tapi suatu saat kamu pasti butuhkan aku." Dika bicara dengan penuh keyakinan.

  "Tidak akan, aku tidak akan pernah membutuhkan apapun dari kamu, termasuk biaya Gaza," sengitnya dengan muka berkali-kali lipat kesal.

  "Baiklah. Sekarang aku ingin bertanya, apa yang bisa membuat kamu memaafkan aku?" Dika menatap Latifa dalam, meskipun Latifa memalingkan muka.

  Latifa tersenyum sinis lalu bicara, "Kembalikan kesucianku yang telah kamu renggut empat tahun lalu. Jika kamu mampu mengembalikannya, maka aku akan memaafkanmu," desisnya membalas tatap Dika.

  Dika tersenyum santai membalas tatapan tajam Latifa yang terkesan marah.

  "Jika aku mampu kembalikan, maka saat ini juga aku akan kembalikan. Tapi, apakah kamu siap tidak melihat Gaza yang tampan dan menggemaskan itu? Buktinya kamu begitu sayang dan peduli sama dia, padahal dia adalah darah dagingku dan hasil perbuatanku." Latifa hilang kata-kata setelah mendapat balasan seperti itu dari Dika.

  Latifa menatap Dika dengan benci, lalu berlalu ke ruang tengah tanpa menghiraukan nasi goreng dan jus mangga yang dibuat oleh tangan Dika sendiri.

  Beberapa saat kemudian, Dika menyudahi sarapannya. Lalu dia keluar apartemen tidak lupa menggandeng meremat jemari Latifa dengan kuat, sebab Dika khawatir Latifa kabur.

  Baru saja beberapa langkah Dika meninggalkan pintu apartemennya, tiba-tiba Sihni muncul dan mengagetkan Dika dan Latifa.

  "Dika, siapa perempuan ini? Kalian dari apartemen yang sama?" kejut Sihni penasaran dengan kening mengkerut.

  Dika sejenak terkejut, dia khawatir Sihni melaporkan penemuannya pada kakeknya. Dika bukan takut punya hubungan dengan Latifa. Akan tetapi dia belum siap menceritakan masa lalunya yang kelam, termasuk memiliki anak dan istri.

  "Bukan saat yang tepat jika aku harus ketahuan sekarang dan menceritakan kejadian yang sebenarnya pada mereka. Aku harus membuat Latifa benar-benar menerimaku dan Gaza memanggilku papa, setelah itu aku siap membuka semua rahasiaku pada keluargaku," tekadnya dalam hati.

 "Dika! Jangan pergiii, bukankah sebentar lagi kita akan bertunangan? Kamu jangan bermain-main dengan perempuan manapun. Dikaaa!" Sihni berteriak seiring Dika dan Latifa semakin jauh. Namun ucapan Sihni, mamou terdengar oleh Dika bahkan Latifa.

  "Lepaskan, kamu ini benar-benar bajingan. Di sana perempuan berbaju kurang bahan itu berteriak memanggilmu bahwa kalian sebentar lagi akan bertunangan, tapi saat ini kamu sudah membuatku terhukum dengan ikatan pernikahan denganmu. Aku meminta cerai, ceraikan aku dan biarkan aku hidup bahagia berdua bersama Gaza. Kewajiban kamu hanya sekedar penyematan nama di akte kelahiran, itu sudah cukup," sungut Latifa sembari berontak ingin lepas dari Dika.

  "Diamlah, jangan seperti ini. Nanti aku jelaskan sejelasnya. Dan tolong jaga sikap, karena kalau tidak aku akan berteriak kalau kamu sudah mencuri di apartemenku. Ayo jalan dengan cepat, aku tidak mau perempuan stress itu menyusul kita."

  Latifa terbelalak mendengar ucapan intimidasi dari Dika, harusnya dia yang berteriak mengatakan kalau dia mau diperkosa oleh lelaki yang menarik tangannya saat ini, misalnya. Bukan justru sebaliknya. Tubuh Latifa tidak berkutik, terlebih kini tubuhnya sudah dibawa masuk ke dalam lift oleh Dika.

  Di luar lift Sihni ngomel karena dia tidak keburu masuk ke dalam lift. Lift sudah terlanjur menutup. "Sialan!" umpatnya sangat kesal.

  Dika berhasil membawa tubuh Latifa masuk ke dalam mobilnya dan berhasil mengintimidasi. Latifa bukan tidak ada keberanian untuk melawan Dika, tapi diyakininya kalau dia diteriaki akan mencuri di apartemen Dika, penghuni apartemen dan Satpam justru akan lebih percaya dengan ucapan Dika, sebab Dika adalah penghuni apartemen ini. Sementara dia, hanyalah orang baru di apartemen ini.

  Dika berhasil mengunci pintu mobil dan perlahan mobilnya melaju meninggalkan lingkungan apartemen.

  Di dalam mobil, Latifa tidak berbicara sepatah katapun. Beda dengan Dika yang sejak mobilnya keluar dari parkiran, hapenya sudah berbunyi dan berbicara banyak dengan seseorang yang menghubunginya. Latifa tidak peduli, yang dia harapkan saat ini adalah sampai di mess secepatnya.

  Beberapa saat kemudian, mobil Dika tiba di depan Salina Restoran. Sebelum Latifa keluar secepat kilat Dika meraih lengan Latifa dan menahannya.

  "Kamu tidak akan pamitan atau mencium suamimu ini? Atau meminta cium kening dari aku supaya pekerjaanmu lancar hari ini?" tanyanya berharap.

  Latifa mendengus membalas pertanyaan Dika sembari melepas pegangan tangan Dika.

  "Hati-hati, Sayang. I love you. Aku akan sering-sering menemuimu di mess," ujar Dika yang tidak digubris Latifa. Latifa berlari memasuki halaman Salina Restoran dan melipir di samping bangunan Salina Restoran untuk menuju messnya di belakang, setelah dia bertegur sapa dengan Satpam.

  Dika menatap sampai tubuh Latifa tidak terlihat, dia segera melajukan kembali mobilnya menuju perusahaan.

  Sepanjang perjalanan menuju perusahaan Danial, Dika sudah merancang sesuatu. Yang harus dia lakukan saat ini adalah membuat Gaza lebih dekat dengannya dan memanggil papa, serta membangun kepercayaan keluarga Latifa, bersamaan dengan itu berjuang untuk mendapatkan hati dan cinta Latifa.

  "Akan aku perjuangkan semuanya. Setelah itu, baru aku ungkapkan semua rahasiaku di depan keluarga besarku.

  Tiba di kantor Danial, Dika tiba-tiba saja kena marah Kakek Danial yang mendadak datang ke Javilen Elektronik, hanya untuk menegur Dika atas laporan Sihni.

  "Dika, yang kamu lakukan dengan gadis lain di apartemenmu? Jangan pernah kecewakan kakek dan Sihni. Kamu sebentar lagi akan bertunangan dengan dia," semprot Kakek Danial marah.

  Dika tersenyum kecut mendengar Kakek Danial tiba-tiba marah. Dia tahu ini ulah Sihni yang mengadu pada kakeknya.

  "Kurang ajar banget si Sihni, bisa-bisanya dia mengadu pada kakek tentang penemuannya tadi. Bisa gawat nih. Tapi aku tidak akan kalah gertak oleh Sihni. Lebih baik aku giat mencari bukti kenakalan Sihni untuk diperlihatkan pada kakek, supaya kakek sadar kalau Sihni tidak baik untukku."

  "Maksud kakek gadis yang mana? Sihni mengadu sama kakek? Kenapa harus percaya sama dia, gadis tadi yang dia temui bersama Dika di apartemen adalah pengantar paket. Kenapa kakek curiga dengan aduan Sihni yang belum tentu benar?" balasnya santai.

  Kakek Danial termenung, mungkin saja dia percaya dengan yang dikatakan Dika.