NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Sepasang sandal swallow merah muda yang bersih masih pada tempat terakhir kali Azzam melihatnya. Tulisan swallow yang telah hilang tetapi permukaan dalam keadaan bersih, dia menduga wanita itu adalah orang yang cinta pada kebersihan. Kebersihan adalah sebagian dari iman.

Sekat kayu yang tinggi membuat Azam tak bisa melihat ke siapa yang ada dibaliknya. Harapannya tak kesampaian untuk bisa melihat wanita bercadar yang mungkin memiliki tinggi badan sedadanya. Dia ingat tangan mungil seputih susu yang menjadi kemerahan saat mencengkeram kuat pada tali tambang-sewaktu di pinggir sungai.

Azzam bergegas sholat qobliyah ashar saat orang-orang berdatangan. Dia bersujud begitu lama pada sujud terakhirnya.

Di tempat itu, Anna pun sama demikian. Anna bangkit lebih lambat satu detik setelah Azzam dan tanpa mereka sadari, mereka sama-sama berada di baris ke tiga dengan jarak dua meter dan terpisah oleh sekat kayu.

Diantara puji-pujian, Azam mendengar sayup sesenggukan saat dirinya berdzikir memohon ketenangan pada Sang Penguasa atas kegugupannya dalam ikhtiar mencari jodoh. Dia sampai menoleh ke kanan tetapi yang dilihatnya tentu hanya kayu.

Menit berlalu dan suara gerimis mengiring kekhusyukan para jamaah yang menuaikan sholat ashar.

"Assalamualaikum warahmatullah." Ketika Imam mengucapkan salam lalu menolehkan muka ke kanan sampai pipi kanan terlihat sempurna. Para jamaah pun demikian sampai salam ke dua.

Tiba-tiba terdengar hujan turun deras. Beberapa orang langsung bangkit dengan berlari. Azam memilih tinggal untuk tetap berdzikir demi menghentikan pikirannya yang tak mau berkompromi.

"Yaa Latif, Yaa Latif, Yaa Latif." Azam memohon kepada Allah supaya melembutkan hati seseorang yang akan dilamarnya dan agar mau menerima pinangannya.

"Bismillâhirrahmânirrraîim. Wan-nazi'ati gharqa ...." suara merdu perempuan saat melantunkan ayat -ayat suci Al-Qur'an membuat hati Azam bergetar. Dia langsung merinding pada kedua lengan.

Semakin menyimak, lehernya pun ikut merinding, getaran itu terasa naik sampai ke setiap saraf di kepalanya dan perlahan juga turun ke punggungnya.

Azzam begitu tersentuh dan tak terasa air bening meleleh dari sudut matanya. Dia menoleh dengan tercengang ke arah kanan, lalu melihat ke belakang yang tidak ada orang. Ternyata dirinya tidak sendirian saat semua orang telah pergi dan suara wanita itu dari balik sekat. Siapakah gerangan?

Sontak Azam mengurungkan niat dari berdzikir, dia berjalan keluar pintu dengan rasa jantung berdebar. Di pintu masuk jamaah perempuan, langkahnya terhenti. Tidak ada yang lain selain .... ?

Kelopak mata Azam pun bergetar, melihat perempuan bercadar hitamlah yang membacakan Al-Qur'an dengan merdu. Rasanya ia seketika ingin menangis di tengah hujan deras. Hujan yang baginya rahmat dan petunjuk dan Ridho dari Allah di setiap kegundahan gulanaan pikirannya.

Merasa benar-benar tersentuh hatinya oleh petunjuk Allah, begitulah entah keyakinan datang dari mana.Tapi yakin dia itu dari Allah. Hujan benar-benar hebat menumbuk atap masjid.

Azzam langsung menundukkan kepala dan menjauh dari sana. Tanpa sadar dia duduk di tangga di samping sandal swallow, menyimak tiap bacaan wanita itu yang lembut dan merdu di antara suara hujan. Masha allah, bidadari surga.

"Akankah lamaranku diterimanya, Ya Rabb? Berikanlah kepadaku tanda untuk sedikit menenangkan hatiku yang sakit karena kesepian dan membutuhkan sedikit sandaran teman dalam beribadah."

Azzam menahan jantungnya yang berdebaran dan ingin menangis akan betapa istimewanya wanita itu yang langsung membuatnya ingin segera menghalalkan bidadari itu. Takut bila dia harus kehilangannya. Walau dia sadar tak boleh terlalu berharap sebelum ijab kabul tetapi jantungnya terus berdebar dengan cepat, ingin segera menyapa.

Azam menjadi gugup dan menatap kosong pada percikan air hujan di latar masjid yang jauhnya tiga meter di depannya. Masjid ini termasuk masjid besar dengan tangga setinggi satu meter, karena itu tempat duduknya ini tidak basah oleh air hujan karena diatasnya juga tertutup atap.

"Shadaqallahul-'adzim," suara wanita itu menyudahi mengajinya. Azam lekas bangkit dan pindah duduk ke paling sisi kanan.

Anna menuju ke tempat sandalnya. Dia menoleh kanan, matanya bertubrukan dengan manik hitam jelaga seorang Ikhwan yang enam meter darinya. Sontak matanya memandang ke bawah dan bergegas memakai sandalnya. Betapa mancungnya lelaki itu seperti bukan orang lokal.

"Astagfirullaha Rabbi min kulli dzanbin wa atuubu ilaihi," ucap Ava berkali-kali di dalam hati dengan perasaan sesal karena tak menurunkan pandangannya.

Sudah dua kali dia memandang laki-laki, dan laki-laki yang sama dalam satu hari. Dia pernah bersumpah kalau dia takkan pernah membuka hatinya lagi yang telanjur hancur tak berbentuk.

Mata Azam terkesiap saat wanita bercadar itu berlari menerjang hujan deras. Hatinya langsung menjerit.

"Allah ... Allah.... hamba masih perjaka, hamba memohon kepadamu jadikanlah wanita itu menjadi bidadariku di dunia dan di surga. Engkau telah pertemukan aku dan dia di tempat suciMu, maka hamba mohon lembutkanlah hati wanita bernama Ana Arista ini agar dengan kerelaan hati mau menerima hamba yang masih banyak kekurangan ini. Permudahkanlah langkahku agar dia menjadi halal bagiku dan hamba bisa membawanya ke tempat suci ini dalam hubungan suci yang Engkau ridhoi. Yaa Allah Yang Maha Pendengar, hamba belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu? Hamba hanya berharap padamu Ya Rabb?"

"Hamba hanya berharap padamu, Ya Rabb," ucap Azzam seraya meraup wajahnya. "Aamiin." Dia berdiri dan mulai menerjang hujan, berusaha mencari perhatian Allah, bahwa ia ingin hujan-hujanan seperti Anna. Begitulah pikir Azzam yang berlari melewati rumah-rumah untuk mencapai rumah Ustad Malik, tak peduli pada beberapa orang di serambi rumah yang menatapnya dengan aneh.

Karena ia sangat menyukai hujan. Hujan seperti teman sejatinya dan jawaban di setiap kerisauannya. Bahwa ada Allah yang mengawasiNya dan menjawab pertanyaannya, yang bahkan disaat tak ada lagi atau segala sesuatu yang bisa menjawabnya. Dialah Allah Yang Maha Tahu.

...****************...

Kak mohon like ya❤️ sedikit waktunya untuk menekan like sangat berharga dalam memicu pikiran Author untuk berkarya. Terimakasih.

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!