Aku Dan Lelaki Yang Merenggut Kesucianku

Aku Dan Lelaki Yang Merenggut Kesucianku

Bab 1 Malam Petaka

  Hujan membasahi bumi diiringi gelegar petir saling menyambar. Latifa berjalan terseok menuju rumah kedua orang tuanya, dengan baju yang sudah tidak berbentuk.

  Kejadian tragis yang menimpanya satu jam lalu, masih terngiang dan membekas. Di mana sosok tubuh kekar dan tangan yang kuat telah mencampakkannya ke dalam lembah nestapa.

  Latifa dipaksa dan digagahi oleh seorang teman laki-laki sekelasnya yang sudah lama menyukainya. Naasnya, malam perpisahan tadi, merupakan malam petaka bagi Latifa.

 "Akhhhh."

  Jeritan itu berkali-kali dilepaskan dari bibir Latifa. Akan tetapi lelaki yang menghujamnya berkali-kali itu, tidak peduli sama sekali. Dia menyeringai dan bangkit, setelah melesakkan sebuah hasrat bejat yang membuatnya bagaikan melayang di awang-awang.

  Tangisan itu turun seiring air hujan yang semakin deras menimpa tubuhnya. Tiba di depan sebuah rumah sederhana, tubuh Latifa yang ringkih dan perih jatuh pingsan tidak sadarkan diri.

  "Ke mana anak itu, jam segini belum pulang. Bukankah teman-temannya sudah kembali ke rumah dari acara perpisahan itu?" Seorang lelaki paruh baya dari dalam rumah terlihat gelisah dan berbicara di depan anak perempuan dan istrinya, sepertinya dia tengah mengkhawatirkan keadaan salah satu anggota keluarganya yang belum kembali ke rumah.

  Lelaki paruh baya yang ngomel tadi, bergegas menuju pintu depan rumah dan perlahan membukanya. Baru saja beberapa senti pintu itu bercelah, hembusan angin langsung masuk.

  Hujan yang semakin deras di luar, membuat beberapa penghuni rumah enggan untuk membuka pintu, termasuk Pak Yudi. Yang kini tengah gelisah menantikan kepulangan anak perempuan pertamanya dari acara perpisahan sekolah. Namun ia terpaksa membuka pintu rumahnya dengan kasar, untuk menantikan kepulangan sang anak, meski hembusan angin semakin kencang masuk ke dalam rumah.

 Sementara di belakangnya, Bu Dina dan Rayana anak kedua dari pasangan suami istri itu, mengekori Pak Yudi. Mereka berdua berdiri di belakang Pak Yudi menatap derasnya hujan yang disertai kilat menyambar melalui celah tubuh Pak Yudi.

  Saat bersamaan, ketika kilat itu kembali menyambar, Pak Yudi terkesiap melihat sebuah bayangan terbujur di bawah tangga rumahnya.

  "Apa itu, seperti bayangan Latifa?" pekiknya heran seraya melangkahkan kakinya ke teras dan menuruni tangga rumah panggungnya itu. Matanya tertuju pada bayangan yang tadi sempat terlihat dengan jelas saat kilat menyambar.

  "Blug, blug, blug."

  Hentakan kaki telanjang menyentuh tangga kayu menimbulkan suara yang gaduh. Bu Dina dan Rayana kompak melangkahkan kakinya menapaki teras dan menurunkan sedikit tubuhnya diikuti kedua matanya ikut bergulir ke bawah tangga.

  "Latifa. Kenapa dengan Latifa?" kejutnya sembari menuruni tangga dan menghampiri suaminya yang kini sedang berusaha mengangkat tubuh Latifa, lalu dibawanya ke atas. Terpaan air hujan yang deras mengenai tubuh Pak Yudi yang kini basah kuyup. Bu Dina mengikuti suaminya dari belakang dengan tanya di dada yang belum ada jawaban.

  "Mbak Tifa, kenapa dengan Mbak Tifa?" Pertanyaan heran itu keluar dari bibir Rayana seraya mengikuti kedua orang tuanya yang kini memasuki rumah, dengan sudut mata mulai berembun.

  Bu Dina menutup kembali pintu rumah, lalu menguncinya rapat-rapat. Pak Yudi kini membaringkan tubuh Latifa di atas tikar yang selalu terbentang di ruang tengah.

  "Kenapa dengan Latifa, Pak? Pulang-pulang seperti ini?" Bu Dina terlihat panik dan gelisah.

  "Ambilkan air kompres, air teh hangat serta minyak kayu bodas untuk merangsang penciumannya," suruh Pak Yudi gusar, tanpa memberi jawaban.

  "Raya, ambilkan anduk untuk menutupi tubuh kakakmu," titah Pak Yudi pada Rayana yang panik dan bengong. Rayana tidak paham dengan keadaan kakaknya yang sudah dalam keadaan menyedihkan.

  Tanpa menyahut, Rayana bergegas mengambil handuk di kamar Rayana dan memberikannya pada Pak Yudi.

  "Ini Pak, kompresnya." Bu Dina memberikan kompres beserta benda lain yang diminta Pak Yudi tadi, disusul Rayana menyodorkan handuk.

  "Kompres seluruh permukaan tubuhnya yang terbuka, lalu keringkan dengan handuk dan tutupi," titahnya lagi seraya meraih minyak kayu wangi lalu diletakkan di dekat hidung Latifa, berharap bisa terendus dan Latifa bangun.

  Bu Dina sigap, sementara Rayana masih berdiri panik menatap sang kakak setelah memberikan handuk tadi. Bagaimana tidak, Latifa yang sejak tadi pagi pergi dan pamit untuk menghadiri acara perpisahan sekolahnya, kini pulang dengan tubuh berubah bentuk.

  Bajunya kotor berlumpur dan sebagian ada yang sobek, memancing tanya dalam benak masing-masing ketiga manusia di dalam rumah panggung itu.

  Satu jam kemudian, Latifa sadar dari pingsan. Di sinilah dimulai perubahan hidupnya yang baru.

***

  Sebulan berlalu setelah kejadian di malam petaka yang masih misteri bagi keluarga Latifa itu, kini Latifa sering mengurung diri di kamar. Setiap kali ditanya tentang apa yang terjadi di malam itu, Latifa sama sekali tidak menjawab, dia justru terlihat takut dan berteriak.

  Pak Yudi dan Bu Dina berputus asa, lalu membiarkan Latifa tenang dengan tidak menginterogasinya lagi. Pak Yudi, menunggu waktu yang tepat di mana Latifa bisa tenang dan mampu menjawab saat ditanya.

  Keadaan Latifa seperti itu, mengundang rasa khawatir kedua orang tua dan adik Latifa, terlebih saat ini tubuh Latifa demam, wajahnya pias dan muntah-muntah.

  Pak Yudi dan Bu Dina menduga, Latifa masuk angin. Lalu mereka berinisiatif membawa Latifa ke puskesmas.

  Tiba di puskesmas dan mendapat giliran diperiksa. Latifa yang diperiksa dan ditanyai apa keluhannya oleh Dokter Hani, hanya diam saja tanpa menjawab.

  Tatapan Latifa yang kosong, membuat Dokter Hani yang memeriksa, memutuskan memeriksa Latifa tanpa bertanya, dengan feeling dan keahliannya sebagai Dokter, akhirnya Dokter Hani menemukan biang masalah dalam diri Latifa.

  "Sepertinya anak ibu mengalami gangguan secara psikis. Apakah anak Ibu pernah mengalami sesuatu hal yang mengakibatkan trauma?" Bu Dina menggeleng mendapat pertanyaan seperti itu.

  "Saya hanya bisa menyimpulkan berdasarkan hasil pemeriksaan saya barusan. Ibu usahakan bawa anak ibu ke psikiater atau bisa juga dibawa ke tempat yang membuat pikirannya tenang. Sepertinya trauma yang dirasakan anak ibu trauma ringan, jadi masih bisa disembuhkan dengan keadaan lingkungan yang tenang dan damai," terang Dokter Hani menatap Bu Dian yang risau.

  "Baik, Dok." Bu Dina menyahut.

  "Terlebih kondisi anak Ibu saat ini sedang hamil, jadi cara yang tepat dan bagus untuk kondisi psikisnya supaya lebih baik, adalah, seperti yang saya anjurkan tadi," lanjut Dokter Hani membuat Bu Dina terkesima tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

  Bu Dina keluar dari ruang pemeriksaan, lalu menghampiri Pak Yudi dengan lunglai seraya menuntun lengan Latifa.

  Tiba di rumah, Bu Dina bercerita pada suaminya tentang semua yang disampaikan Dokter Hani tadi di ruang pemeriksaan.

  "Hamil? Anak kita hamil?" kejutnya sampai terdengar oleh Rayana yang tanpa sengaja mendengar pembicaraan kedua orang tuanya saat dia melewati kamarnya menuju dapur.

Bagaimana kisah Latifa setelah mengetahui dirinya hamil?

Terpopuler

Comments

mama Al

mama Al

aku mampir kak

2024-08-22

1

Dayang Rindu

Dayang Rindu

aku mampir Dek...

2024-08-14

1

Arlingga El Mustafa🇮🇩🇹🇷

Arlingga El Mustafa🇮🇩🇹🇷

mangaaat,,, 💪💪😴😴😴

2024-06-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Malam Petaka
2 Bab 2 Diungsikan
3 Bab 3 Empat Tahun Kemudian
4 Bab 4 Kembali ke Jakarta
5 Bab 5 Kekecewaan Pradika
6 Bab 6 Asal Mula
7 Bab 7 Bayang Masa Lalu
8 Bab 8 Pertemuan Kembali dan Goresan Luka Lama
9 Bab 9 Memulai Hidup Baru dan Tinggal di Mess
10 Bab 10 Penemuan Baju dan Foto Anak Kecil
11 Bab 11 Permintaan Kakek Danial
12 Bab 12 Bocah Yang Mirip Dika
13 Bab 13 Bolu Keladi
14 Bab 14 Diam-diam Dika Menemui Gaza
15 Bab 15 Kedatangan Dika dan Nafas Buatan
16 Bab 16 Pengakuan Pradika
17 Bab 17 Tekad Pradika
18 Bab 18 Mendatangi Mess Lagi
19 Bab 19 Ajakan Menikah Demi Gaza
20 Bab 20 Latifa Masih Dilanda Bingung
21 Bab 21 Pernikahan
22 Bab 22 Akte Kelahiran Gaza
23 Bab 23 Kepergok Sihni
24 Bab 24 Hukuman Dika
25 Bab 25 Papa
26 Bab 26 Fakta Mencengangkan
27 Bab 27 Siasat Dan Rayuan Dika
28 BAB 28 Malam Yang Panjang Sampai Pagi
29 Bab 29 Kembali ke Jakarta
30 Bab 30 Jebakan Sihni
31 Bab 31 Bukti Rekaman CCTV
32 Bab 32 Dika Membawa Gaza Ke Jakarta
33 Bab 33 Khasiat Teh Cinta Dari Nenek
34 Bab 34 Malam Yang Syahdu Dan Romantis
35 Bab 35 Kalung Liontin
36 Bab 36 Kunjungan Mendadak Bu Salina
37 Bab 37 Provokasi Sihni
38 Bab 38 Arda Menculik Latifa
39 Bab 39 Siapa Peneror Itu? (Sudah Revisi)
40 Bab 40 Interograsi Bu Salina (Sudah Revisi)
41 Bab 41 Bosku, Mertuaku
42 Bab 42 Dika Berterus Terang (Sudah Revisi)
43 Bab 43 Penerornya Terungkap (Sudah Revisi)
44 Bab 44 Pertengkaran Sengit Dika dan Kakek Danial (Sudah Revisi)
45 Bab 45 Kekecewaan Latifa (Sudah Revisi)
46 Bab 46 Kekecewaan Kakek Danial, Membatalkan Perjodohan (Sudah Reivisi)
47 Bab 47 Kemarahan Rangga (Sudah Revisi)
48 Bab 48 Pertemuan Kakek Danial dan Gaza (Sudah Revisi)
49 Bab 49 Kehamilan Latifa dan Permintaan Maaf Kakek Danial (End)
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Malam Petaka
2
Bab 2 Diungsikan
3
Bab 3 Empat Tahun Kemudian
4
Bab 4 Kembali ke Jakarta
5
Bab 5 Kekecewaan Pradika
6
Bab 6 Asal Mula
7
Bab 7 Bayang Masa Lalu
8
Bab 8 Pertemuan Kembali dan Goresan Luka Lama
9
Bab 9 Memulai Hidup Baru dan Tinggal di Mess
10
Bab 10 Penemuan Baju dan Foto Anak Kecil
11
Bab 11 Permintaan Kakek Danial
12
Bab 12 Bocah Yang Mirip Dika
13
Bab 13 Bolu Keladi
14
Bab 14 Diam-diam Dika Menemui Gaza
15
Bab 15 Kedatangan Dika dan Nafas Buatan
16
Bab 16 Pengakuan Pradika
17
Bab 17 Tekad Pradika
18
Bab 18 Mendatangi Mess Lagi
19
Bab 19 Ajakan Menikah Demi Gaza
20
Bab 20 Latifa Masih Dilanda Bingung
21
Bab 21 Pernikahan
22
Bab 22 Akte Kelahiran Gaza
23
Bab 23 Kepergok Sihni
24
Bab 24 Hukuman Dika
25
Bab 25 Papa
26
Bab 26 Fakta Mencengangkan
27
Bab 27 Siasat Dan Rayuan Dika
28
BAB 28 Malam Yang Panjang Sampai Pagi
29
Bab 29 Kembali ke Jakarta
30
Bab 30 Jebakan Sihni
31
Bab 31 Bukti Rekaman CCTV
32
Bab 32 Dika Membawa Gaza Ke Jakarta
33
Bab 33 Khasiat Teh Cinta Dari Nenek
34
Bab 34 Malam Yang Syahdu Dan Romantis
35
Bab 35 Kalung Liontin
36
Bab 36 Kunjungan Mendadak Bu Salina
37
Bab 37 Provokasi Sihni
38
Bab 38 Arda Menculik Latifa
39
Bab 39 Siapa Peneror Itu? (Sudah Revisi)
40
Bab 40 Interograsi Bu Salina (Sudah Revisi)
41
Bab 41 Bosku, Mertuaku
42
Bab 42 Dika Berterus Terang (Sudah Revisi)
43
Bab 43 Penerornya Terungkap (Sudah Revisi)
44
Bab 44 Pertengkaran Sengit Dika dan Kakek Danial (Sudah Revisi)
45
Bab 45 Kekecewaan Latifa (Sudah Revisi)
46
Bab 46 Kekecewaan Kakek Danial, Membatalkan Perjodohan (Sudah Reivisi)
47
Bab 47 Kemarahan Rangga (Sudah Revisi)
48
Bab 48 Pertemuan Kakek Danial dan Gaza (Sudah Revisi)
49
Bab 49 Kehamilan Latifa dan Permintaan Maaf Kakek Danial (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!