NovelToon NovelToon
Rahim Sengketa

Rahim Sengketa

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.

"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng

"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo

Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?

Haruskah Ajeng terima?

Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Abi kembali mengemudikan fortuner miliknya menuju apartemen. Menghiraukan panggilan Vivi yang nampak meraung dan mengamuk.

"Brengsek! Lihat saja Mas, aku ikuti semua kemauanmu. Pergi sana!" umpat Vivi penuh emosi. Gagal meraih hatinya, tak jua mengapa, toh selama ini ia bertahan dengan bergelimang harta dan hidup serba berkecukupan. Terlalu lelah menyikapi pria otoriter yang dingin nan menyebalkan.

Kesal sekali rasanya, malam ini ia harus merelakan suaminya tidur di ranjang istri muda.

"Awas kamu, Ajeng! Semua ini harus kamu bayar mahal!" batinnya penuh dendam.

"Lihat saja nanti, setelah anak itu lahir, kamu akan menangis dan merana kehilangan keduanya. Suami dan anakmu adalah milikku," sambung Vivi bergumam penuh emosi.

Berusaha berbesar hati, melupakan kejadian malam ini. Percuma juga menyela kemauan Abi, toh dia tidak akan menang berdebat dengannya. Kesal sekali malam itu, membawa dirinya pergi mencari kesenangan sendiri.

Sementara Abi, hanya butuh ketenangan, kenyamanan untuk membersamai sisa malamnya. Hatinya mendadak tak menentu arah. Ia akui, antara Vivi dan Ajeng mulai membelah mengisi sepotong hatinya yang bertaut.

"Kalau hanya suami sementara, biarlah aku juga berbuat baik padanya yang telah mengandung anakku," gumamnya mencari pembelaan. Walaupun terlampaui tidak suka karena Ajeng melakukan demi uang. Biarpun untuk adiknya, tetap saja Ajeng menukar harga dirinya dengan rupiah, miris.

Pria itu menekan sandi pintu yang belum terganti semenjak dulu. Abi langsung melenggang masuk tanpa hambatan. Menuju kamar dengan percaya diri. Terlihat Ajeng sudah terlelap damai. Membuatnya tak sengaja berpuas diri menatapnya lama-lama.

Tak salah pria itu memilih Ajeng untuk menjadi wadah dari benihnya. Ia mempunyai garis wajah rupawan yang cukup menawan.

Diam-diam pria itu menempati ranjang, mencari kenyamanan dan kehangatan di sisa malamnya. Cukup sadar sepenuhnya untuk malam ini. Hingga ia merasa damai dan terlelap begitu saja.

Ajeng yang merasa terusik langsung terjaga, merasakan sesuatu menerpa wajahnya. Pria itu berada dalam dekapan hangatnya, hingga embusan napas itu menerpa pipi.

"Astaghfirullah ... Mas Abi?" pekik Ajeng langsung terbangun. Tidak sekaget dulu seperti pertama kalinya. Namun, cukup membuat shock therapy baginya yang baru terjaga.

"Eh, kebangun?" tanya pria itu santai tanpa dosa.

"Kenapa tidur di sini? Bukannya tadi udah pulang?"

"Iya, memang tadi aku pulang untuk meminta izin khusus pada Vivi bermalam di sini," jawabnya santai maksimal.

"Apa?" Ajeng hampir tidak percaya ada jenis suami yang begitu santai membuat pernyataan dengan begitu terbuka.

"Kenapa ekspresi wajahmu seperti itu, kasihan anakku nanti kaget. Iya kan Sayang," sapanya sembari mengulurkan tangannya menyentuh perut Ajeng.

Sebenarnya Abi ini jenis pria seperti apa? Kenapa ia tega sekali meninggalkan istrinya dan lebih memilih tidur di sini. Tidak jelas sekali!

Ajeng menepis tangan Abi yang dengan seenak jidat menyentuhnya. Walaupun berniat menyapa bayi yang ada di dalam kandungannya, tentu saja itu membuat Ajeng risih dan tidak nyaman bila mendadak sentuh-sentuh begitu saja.

Entah mengapa perlakuan Ajeng membuat seonggok dagingnya tersentil hingga terasa ngilu.

"Aku hanya kangen, merasa nyaman bila di dekatnya," ucap Abi seolah membenarkan karena mengatas namakan anak.

"Kamu nyaman, tapi aku nggak. Tolong jangan tidur di sini, aku tidak mau berbagi ranjang," tolak Ajeng terang-terangan. Jelas membuat Abi menahan kesal, namun ia cukup baik menguasai emosinya.

"Baiklah, aku akan tidur di sofa," ujar pria itu mengalah. Membiarkan istrinya tidur nyaman di ranjangnya.

Nampak pria itu memboyong bantal dan mengambil selimut di lemari, lalu merebah di sofa begitu saja. Kegiatan pria itu secara refleks terpantau oleh Ajeng, membuat perempuan itu merasa aneh, dan pastinya giliran Ajeng yang tidak bisa tidur. Satu kamar dengan pria itu membuat Ajeng merasa waswas.

"Kenapa belum tidur? Ini sudah malam, istirahatlah, aku tidak akan pindah ke ranjang terkecuali kamu mengizinkan," ucap pria itu kembal duduk. Mengamati punggung Ajeng yang nampak gelisah.

Ajeng jelas tidak biasa, dalam satu ruangan dengan seorang pria. Walaupun berstatus sebagai suami yang sah, namun tetap saja Ajeng merasa takut, Abi tiba-tiba mendatangi ranjang kembali.

"Aku tidak akan pindah keluar kamar, tidurlah!" titahnya gemas.

"Kalau kamu berani keluar dan memilih tidur di sofa, aku akan menggendongmu dan juga menidurimu!" ancam pria itu demi melihat pergerakan Ajeng yang hendak keluar.

"Aku haus, butuh mengambil minum," dalihnya menghindari pernyataan Abi yang cukup membuat nyali Ajeng menciut.

"Biar aku yang ambil saja," sela pria itu beranjak.

Abi langsung bergegas keluar kamar mengambil air dingin untuknya. Namun, Ajeng ternyata menginginkan air hangat, hingga membuat Abi mendes@h pelan dan gemas.

"Aku bisa sendiri, jangan mengurusiku."

"Nggak usah GR, aku takut anakku kehausan di dalam."

"Dia tidak akan kehausan, tidak ada hubungannya sama sekali."

"Jelas saja ada, apa yang kamu makan, minum, semua berdampak pada bayi di perutmu. Jangan membuatku bad mood, sudah cukup larut, istirahatlah!" titahnya lembut.

Terlihat pria itu sudah terkantuk-kantuk lalu menempatkan posisi ternyamanya. Terlelap damai hingga menjelang pagi. Keduanya terjaga hampir bersamaan.

Abi tersenyum menatap wajah bantal Ajeng yang imut-imut di pagi hari. Membuat perempuan itu harus segera menghindari tatapan matanya yang tak biasa.

"Besok jadi mengadakan syukuran empat bulanan, sekalian barang-barang kamu dibawa, mulai besok, kamu tinggal bareng kami, aku ingin memastikan kandungan nutrisi baik-baik saja dan selalu merasa dekat!"

"Tinggal di rumahmu?" tanya Ajeng memperjelas.

"Ya, supaya aku lebih dekat, dan bisa memantau setiap waktu."

"Aku tidak mau," tolaknya cepat.

1
Naura Sintia
yaampun banjang banget Derama nya kasian Abi nya dong..TPI di tunggu aja deh..semangat Thor💪💪🤩
Naura Sintia
ko kaya bahasa Viki Prasetyo ya🤭😁
Effie
hai kakak author novelnya bagus banget, boleh mampir lah ke novel ku . hehe
Tini 89
harusnya panggil mbak jangan aku
MyFamily
melentangkan tangan = merentangkan tangan
ceritanya menarik tp bahasanya msh agak kaku antara kakak dgn adik
aryuu
ini harusnya JLEB/Chuckle/
MyFamily
Luar biasa
gita fafa
tata bahasanya agak amburadul. maaf tolong perbaiki
echa purin
/Good/
Rafinsa
Luar biasa
Rosmery Napitu
syukurin
Swinarni Ryadi
ya bukan kepitusan yg baik jg klu berpisah, kasih an ruby
Swinarni Ryadi
sebarkan ke media klu vivi td hamil, wanita gila
Swinarni Ryadi
biar lah nurut aja, yg jd istri benar jg belum tentu seperhatian itu
karyaku: hi kk transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y
total 1 replies
Devit Ruspenti
Luar biasa
Mei Prw
luar biasa
Nita Talia
Luar biasa
yuiwnye
nebak nih seblm ke episode lanjut nya: Vivi LG jln sama selingkuhannya waktu nabrak Hanan 🤔🤔😁
karyaku: hi kk transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Ndinlisaa
Luar biasa
echa purin
/Good//Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!