NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenyataan Pahit Di Alami Herman

"Pak, aku hamil."

"Astaghfirullah!" Lelaki yang berdiri di hadapan Ayu terlonjak kaget. Gelas teh yang ia bawa terlepas dari tangan, jatuh berserak di dekat kakinya. Herman melompat mundur dengan wajah meringis. Tampak kepanasan oleh tumpahan air teh yang melebar menyentuh kaki telanjangnya.

"Astaghfirullah." Ia kembali mengusap-usap dadanya dengan wajah luar biasa kaget. Juga kecewa.

Ya. Ayu tahu kenapa lelaki tampan ini begitu kecewa. Dan wajahnya ... kini terlihat luar biasa geram. Baru satu bulan dia menghalalkan Ayu. Bahkan belum pernah sekalipun dirinya melakukan hubungan suami istri dengannya.

"A-Adek hamil sama siapa?" Tanya Herman dengan bibir bergetar, masih shock mendengar pengakuan istrinya.

Tubuh Ayu bergetar karena takut dan panik.

"Jawab Dek! hamil sama siapa?!" Herman membentak sambil mengusap dadanya dengan wajah murka.

"Maafkan Ayu ...hiks ..."

Malam ini adalah malam yang tak akan pernah dilupakan bagi seorang Herman, kala istrinya, Ayu mengungkap kehamilannya.

"Ayu tidak pantas menjadi istri Bapak, Ayu sudah kotor, maafkan Pak. Ayu tidak bisa jadi istri yang baik, meski Ayu sudah berusaha untuk mencintai Bapak. Tapi Ayu tidak bisa Pak, sekali lagi maafkan Ayu ...hiks ..."

Herman pun terduduk lemas di lantai , dengan punggung yang menyandar ke tembok. Duda anak satu ini, yakin. Sejak dulu Ayu memang mencintai seseorang di luar sana, ini lah penyebab dari keretakan rumah tangganya.

Dari awal, Herman sudah bisa membaca raut wajah tidak bahagia yang di tunjukkan istrinya, meski dirinya sudah melakukan berbagai cara untuk membuat istrinya bahagia, tapi tetap saja. Ayu tidak pernah sedikitpun menampilkan cintanya.

Bahkan Herman sampai saat ini, tidak pernah menyentuh istrinya. Gadis itu hampir setiap hari mengunci diri di kamar.

"Katakan sama Bapak, siapa ayah dari janin yang ada di rahimmu?" Tanya Herman putus asa.

Alih-alih menjawab pertanyaannya, tangisan Ayu semakin menjadi, membuat Herman geram.

"Talak Ayu Pak ..." tiba- tiba, Ayu meminta sesuatu yang membuat batin Herman terkoyak, hancur dan perih.

"Tapi Dek... Bapak salah apa? Adek begitu tega berbuat keji pada Bapak. Bapak kurang apa, Dek? tolong kasih tahu .... " Herman masih berharap ada secercah harapan untuk biduk rumah tangga yang sudah hampir satu bulan dia jalani.

"Bapak nggak salah apa-apa, Bapak nggak kurang apa-apa. Cuma Ayu tidak pantas jadi istri sebaik dan sesabar Bapak, Ayu jijik dengan diri Ayu sendiri ...hiks ..."

"Apa ada seseorang yang Adek cintai?"

"Tolong ngerti Pak! Ayu hamil! Dan ini bukan darah daging Bapak!" Ayu menaikkan suaranya satu oktaf.

Herman hanya bisa menunduk sambil menyeka bulir bening yang tak kunjung berhenti mengalir dari pelupuk mata.

"Apa Bapak mau menerima anak ini?"

Herman membisu ...

Herman harus menelan kecewa karena kebohongan Ayu. Kini Herman sadar, mengapa istrinya menolak di sentuh. Rupanya sudah ada pria lain di hati istrinya jauh sebelum pernikahan terjadi.

Tidak ada sakit melebihi sakit dan perih yang saat ini ia rasakan. Herman pun pergi meninggalkan Ayu sendiri di kamar, tanpa menoleh. Deru mobil terdengar semakin menjauh, tanda Herman telah pergi. Meninggalkan luka di dada.

Ayu hanya bisa memandangi kepergian suaminya dari balik tirai. Meski perih, hatinya masih dipenuhi tanya.

Lelehan air mata tak mampu lagi Ayu bendung. Sambil terduduk lunglai di sofa, kembali otaknya memutar potongan adegan kebersamaannya bersama Devan. Dimana peristiwa keji itu terjadi, kesuciannya direnggut paksa malam itu. Dan kini, buah dari nafsu keji Devan sudah menjadi janin yang tumbuh di dalam rahimnya di saat dirinya sudah sah menjadi istri Herman.

Sejujurnya, sampai detik ini. Ayu tidak bisa melupakan lelaki itu, Devan yang selalu hadir dalam mimpinya, Devan yang selalu mengusik pikirannya, Devan, Devan, trus saja ingatannya tertuju pada Devan.

Malam- malamnya selalu di penuhi bayangan wajah Devan, lelaki itu sudah memporak porandakan batinnya dan itu sangat menyiksa.

Meski Ayu sudah berusaha keras untuk melupakan wajah itu, tapi Ayu malah tertekan. Bayangan cintanya selalu bermain dalam pikirannya.

****

Herman mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.

Ia masih tak percaya dengan kejadian yang baru saja di alaminya. Sekian tahun menduda sampai akhirnya dia bisa membuka hati hingga terbitlah cinta yang tulus untuk gadis itu.

Tapi apa yang terjadi? Penghianatan keji yang di lakukan Ayu sudah menggores hatinya.

Ingatannya kini beralih saat Widia almarhum istrinya melahirkan buah cinta pertamanya, betapa ia merasa Widia begitu mencintainya. Namun, kenyataan pahit harus ia telan saat ini, di mana Widia menghembuskan nafas terakhir di pangkuannya.

Dan kini, setelah dia mendapat pengganti istrinya. Bukan kebahagiaan yang ia rasakan, malah hidupnya semakin sengsara.

Untuk sesaat Herman menghentikan kendaraannya. Herman melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Herman merenung sejenak.

"Ya Allah ....ujian apa ini ya Allah ..." Herman menghela nafas dalam- dalam.

begitu mudah Ayu mengucap kata talak dengan alasan tidak mencintainya, tanpa mempedulikan perasaannya.

Hatinya begitu sakit dan terluka.

Di saat batinnya terkoyak, hanya satu orang yang ingin ia temui malam ini.

Ibu!

Ya, hanya kepada ibunya lah, dirinya bisa mencurahkan segala gundahnya.

Alangkah baiknya, dia bicarakan masalah ini dengan ibunya terlebih dahulu sebelum ia mengungkap kehamilan Ayu kepada Pak Sugeng, ayah mertuanya.

Herman berharap ibunya bisa memberi solusi yang terbaik sebelum ia memutuskan masa depan rumah tangganya dengan Ayu nanti.

Tepat pukul satu malam, Herman tiba di kampung ibunya.

Berjalan lemas, ia mengetuk pintu rumah ibunya.

"Herman?" Seorang perempuan tua menatap heran wajah putranya kala pintu sudah terbuka.

"Ibu!" Di rangkulnya tubuh ringkih itu dengan erat.

Herman menumpahkan lelehan air matanya di sana.

"Ada apa Nak?" Tanya ibunya kaget, putra kesayangannya tiba- tiba menangis.

Tubuh itu luruh, lalu memeluk kedua lutut perempuan renta itu.

"Bu, maafkan Herman," lirih Herman semakin mengeratkan pelukannya.

Tubuh renta itu membungkuk, meraih tubuh putranya.

"Ada apa Nak? Katakan ada apa?" Ibunda Herman bingung dengan sikap putranya.

Tangan hangat perempuan tua itu lantas membingkai wajah putranya.

"Katakan? Apa istrimu menyakitimu?"

Herman tidak lantas menjawab, tapi kedua matanya mengatakan segalanya.

"Ayo duduk."

Perempuan renta itu, lalu menuntun tangan Herman membawanya masuk ke ruang tengah. Kemudian mendudukkan Herman di kursi yang terbuat dari kayu rotan.

Herman duduk tertunduk sambil menyusut air matanya.

"Katakan, ada apa?" Kembali ibunya menanyakan hal yang sama, tapi Herman malah merenung dengan wajah menunduk.

Saat sedang termenung, sayup-sayup Herman mendengar suara rengekan. Gegas Herman segera menuju kamar ibunya.

Herman menghampiri Salsa, putri si mata wayangnya.

Terlihat Salsa menggeliat. Perlahan, Herman naik ke atas kasur dan mengusap lembut punggung Salsa agar kembali lelap.

"Maafin Ayah Nak, Ayah nggak bisa mencarikan ibu yang baik untukmu." Herman mengelus rambut tipis Salsa yang baru genap lima tahun.

"Ayah janji akan selalu ada buat kamu Nak, Ayah akan terus berjuang buat kamu."

Herman kembali mengusap kepala putrinya.

Malam ini, Herman memutuskan untuk tidur di kamar ini, menemani buah hatinya. Berharap semua yang ia alami barusan adalah sebuah mimpi yang buruk dan berdoa esok mimpi buruk itu akan sirna.

Ibunda Herman membeku. Melihat pemandangan menyedihkan di depan mata.

Istri baru putranya, merasa keberatan mengasuh dan membesarkan Salsa. Dengan alasan belum siap menjadi ibu.

Hati ibu mana yang tidak teriris mengahadapi kenyataan pahit yang menimpa putranya. Tujuan menikahi Ayu agar Salsa bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu, malah berakhir kecewa.

Malam ini, putranya tiba- tiba datang ke rumahnya sambil menangis, membuktikan kalau rumah tangganya sedang tidak baik- baik saja.

*****

Bu Hera sibuk menyiapkan sarapan, saat kedua anaknya masih lelap. Seperti hari-hari sebelumnya, pagi adalah waktu yang sibuk untuk ibu dua anak itu. Selesai masak, ia harus membangunkan Devan untuk bekerja dan putrinya Rani untuk bersekolah.

“Ayo, habiskan dulu nasi gorengnya, Rani,” tegur Bu Hera pada Rani yang sudah terlihat malas untuk makan.

“Udah kenyang, Mah,” protes Rani.

“Kamu harus makan banyak, kan hari ini pelajaran olah raga, biar kamu kuat. Ayo, yang bener makannya.”

Selesai sarapan, Rani bersiap ke sekolah menggunakan sepeda motor.

Saat akan melajukan motornya, tiba-tiba Rani melihat seorang gadis berdiri di depan halaman rumahnya.

Rani tertegun.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!