NovelToon NovelToon
PESUGIHAN BAPAK

PESUGIHAN BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu / Tumbal
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vie Junaeni

Ratu tinggal di panti asuhan sejak kecil. Ia tak pernah menyangka kalau akan menjadi pewaris harta berlimpah milik Hadinata Praditha dari Desa Gandasturi. Akan tetapi, gadis itu malah disambut cibiran dan dikucilkan oleh para warga desa yang curiga kalau kedatangannya akan menambah musibah. Apalagi di desa tersebut tengah dilanda teror makhluk kerdil yang dianggap “peliharaan” pesugihan bapaknya.

Kedatangan Adam yang tengah melakukan kegiatan KKN di desa, membuat secercah kebahagiaan bagi Ratu. Adam yang juga menyukai Ratu, berusaha membela gadis itu. Namun, kejadian mengerikan yang menyisakan sebuah misteri muncul silih berganti menghantui.

Ratu dan Adam mulai curiga bahwa ada rahasia besar di balik pesugihan keluarga Praditha. Apalagi ketika nyawa mereka malah terancam menjadi sasaran makhluk kerdil dan juga seseorang yang misterius.

Mampukah Ratu dan Adam bertahan hidup untuk menghentikan teror makhluk kerdil di Gandasturi?


Note : Buat yang plagiat, ATM, auto kutilan sebadan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 - Penerus Pesugihan Biduri

...Bab 23 - Penerus Pesugihan Biduri...

...***********...

Dua sosok makhluk kerdil terlihat di hutan jati. Mereka mengikuti sosok gadis yang tengah berjalan gontai menuju kediaman keluarga Hadinata.

“Kenapa kita belum minta tumbal seperti biasa?” tanya salah makhluk kerdil pada makhluk satunya.

“Biarkan dia mencicipi daging hewan dulu. Nanti setelah semuanya sudah siap untuknya, baru kita minta anak manusia seperti biasa untuk kita makan bersama,” tutur makhluk kerdil satunya.

“Ah, terlalu lama. Kalau dia tidak siap juga bagaimana?” tanyanya.

“Kita habisi saja lalu cari penerus Biduri lagi.”

“Mencari penerus Biduri itu tidak mudah,” kata makhluk yang tingginya lebih pendek dari makhluk satunya.

“Sudah ikuti saja perintah paduka kita,” sahutnya.

Sosok dua makhluk kerdil itu menghilang ketika gadis yang mereka ikuti sampai di rumah Hadinata. Gadis itu menatap rumah besar di hadapannya dengan tatapan kosong. Ia membuka pagar belakang menuju ke rumah utama.

...***...

Pagi itu di pasar desa, Adam sedang menikmati semangkuk mie ayam bersama Adit. Tampak Siti dari kejauhan menenteng keranjang berisi sayuran dan daging ayam.

“Siti!” panggil Adit.

Gadis berkepang dua itu menoleh. Senyum mengembang langsung terbit di wajahnya. Ia menghampiri para pemuda tersebut.

“Mas Adit sama Mas Adam lagi ngapain di sini?” tanyanya.

“Lagi gali kubur!” sahut Adit asal sampai membuat Adam tersedak.

“Ditanya baik-baik jawabnya gitu,” ucap Siti memajukan bibir beberapa senti.

“Lihat kan kita lagi makan bakmie, masa pake nanya kita ngapain,” sahut Adit.

Setelah meneguk air mineral dalam kemasan botol, Adam memukul pelan kepala belakang Adit.

“Elu paham kan basa-basi, tinggal jawab aja lagi makan mie. Gue keselek tau!” keluh Adam.

Adit langsung tertawa menanggapi.

“Ya, maksudku tuh tanya tumben jam segini udah ada di pasar. Apa sengaja cari sarapan mie ayam, ya?” tanya Siti.

“Kita lagi nunggu Sule belanja. Karena lama jadi kita sarapan duluan,” sahut Adam.

“Belanja? Tumben amat?” Siti duduk di samping Adam.

“Kata bundaku, kita disuruh cari daun bidara dan kemangi. Terus cari lidah buaya juga buat bantu atasi penyakit kulit anak-anak yang terkena wabah,” sahut Adam menjelaskan membuat Siti merespon dengan membentuk bulatan di bibirnya.

“Tumben Ratu nggak ikut?” tanya Adam setelah menghabiskan semangkuk mie ayam lalu menyerahkan pada si penjual.

“Non Ratu belum bangun. Semalam tuh aku lihat dia dari luar rumah sekitar jam sebelas. Katanya Non Ratu, dia dari makam orang tuanya,” ucap Siti.

“Ngapain malam-malam ke makam?” Adam bertanya dengan menurunkan nada bicaranya.

“Katanya kangen, Mas. Belakangan ini Non Ratu sering murung. Dia mau balik aja ke kota tapi nggak berani. Lagian nggak boleh sama Nyonya Mira. Terus ya, kemarin itu Non Ratu pernah berantem sama Nyonya Mira soal pesugihan,” bisik Siti.

“Hah? Pesugihan?!” Adit yang tak sengaja mendengar mulai tertarik mendekat.

Siti langsung menarik daun telinga Adit dengan gemas, “aduh, jangan kenceng-kenceng ngomongnya!”

“Tau Luh, ini masalah sensitif, Bro!” bisik Adam.

“Ya, ya, maaf. Tadi kata elu pesugihan, Ti?” Adit makin penasaran begitu juga Adam.

“Kalian nggak usah pura-pura, deh. Pasti kalian udah pernah denger gosip kalau keluarganya Non Ratu melakukan pesugihan, iya kan?” tanya Siti.

Adam dan Adit saling bertatapan, keduanya lantas mengangguk ketika menolehkan pandangan pada Siti.

“Pernah denger, sih. Tapi itu bukannya cuma gosip? Mas Karyo juga pernah bilang itu gosip,” kata Adam.

“Kata mbok ku juga itu semua gosip. Tapi pas Non Ratu marah-marah ke Nyonya dia bilang kalau dia akan menghentikan pesugihan bapaknya. Dia gak mau ditumbalkan buat jadi penerus pesugihan keluarga bapaknya,” bisik Siti.

“Jadi, bapaknya Ratu pelaku pesugihan sebelumnya, gitu?” bisik Adam.

“Tapi, kata mbok buka gosip, Mas. Duh, aku kok jadi merinding gini ya,” sahut Siti.

Wajah Siti, Adit, dan Adam semakin mendekat ketika pembicaraan tersebut menjadi semakin lebih serius.

“Ciluk, Ba! Lagi pada ngobrolin apa?”

Wajah Sule muncul dari bawah mengejutkan ketiganya yang langsung menjauh karena terkejut.

“Astaghfirullah, Sule! Mbok ya jangan ngagetin, gitu!” Siti menepuk bahu kawannya itu.

“Siapa yang ngagetin?! Elu tuh pada serius banget bisik-bisik kayak gitu. Pada cerita apaan, sih?” tanya Sule.

“Tuh, si Siti lagi nanyain kabar elu. Katanya dia naksir elu.” Adam asal bicara seraya memberi kode pada Siti untuk membantunya berbohong.

“Hah? Elu naksir gue, Ti? Kok, nggak bilang-bilang? Kan gue jadi mau gitu,” sahut Sule.

“Eh, sembarangan! Kenapa jadi Siti yang naksir Sule? Harusnya elu bantuin gue, Dam, karena gue yang naksir Siti!” cetus Adit.

Pengakuannya yang blak-blakan sontak saja membuat wajah Siti merona.

“Haduh, aku jadi malu direbutin dua cowok gini,” ucap Siti.

“Udeh Luh pulang aja, Ti! Tuh, andongnya udah nungguin!” ucap Adam.

“Oh iya, aku jadi kelamaan ngobrol di sini. Aduh, si mbok bisa marah ini. Kalau gitu aku pamit dulu, ya.”

Siti segera angkat kaki menghampiri andong yang telah menunggunya.

“Dam, serius si Siti naksir gue?” tanya Sule.

“Kaga, kaga, si Adam bohong itu. Inget ya, Siti itu inceran gue,” sahut Adit menatap tajam pada Sule.

“Gue jadi kasian sama Siti kalau dapat suami kayak elu. Badan dia kecil mungil gitu, lah elu–”

Celetukan Sule langsung berhenti ketika Adit sudah berkacak pinggang seraya melotot ke arahnya.

“Maksud elu badan gue kenapa? Gendut gitu?” tantang Adit.

“Udah ya udah. Kita mau buat racikan herbal sesuai arahan bunda gue. Ayo, kita pulang!” Adam langsung menenangkan kedua sahabatnya.

Mereka beranjak menuju mobil yang terparkir dekat pos kamling yang tak jauh dari pasar.

...***...

Sore itu, selepas Adam dan kawan-kawan mengunjungi para pasien yang terkena wabah, ia tak sengaja mencuri dengar pembicaraan Karyo yang sedang berkomunikasi via telepon genggam di kebun belakang. Adam segera mematikan air keran selepas mencuci tangan. Ia bersembunyi di belakang daun pintu belakang rumah Karyo.

“Perkembangan kesehatan anak-anak sudah mulai membaik. Sule sama kawannya itu sangat berguna membantu kesembuhan anak-anak bahkan sampai desa sebelah,” tutur Karyo.

Sayangnya, Adam tak bisa mendengar pembiaran rekan komunikasi dari Karyo saat itu. Namun, ada penuturan Karyo yang membuat Adam tercengang.

“Ya, saya tahu. Jika mereka mulai membaik maka akan ada korban jiwa seperti saat Bapak Hadi masih hidup. Apalagi mulai ada hewan ternak yang kembali hilang,” ucap Karyo.

Adam mencoba mendengar kembali dengan saksama. Meski perbuatannya itu tak baik, tetapi rasa penasarannya untuk menguping pembicaraan Karyo membuatnya tak mau beranjak dari persembunyiannya.

“Entahlah, saya akan lebih waspada lagi. Sepertinya memang penerus Biduri sudah ditentukan,” tutur Karyo.

“Dam, elu ngapain di situ?” Sule memanggil Adam dan mengejutkannya.

Membuat Karyo menoleh dan menghentikan komunikasinya. Ia lalu menyimpan gawai dalam saku celana kala itu dan membuka pintu belakang.

“Gue lagi cuci tangan,” sahut Adam yang sudah ada dalam posisi di depan wastafel mencuci tangannya.

“Kalian udah pada makan?” tanya Karyo.

“Belum, Pak Lek. Nanti kita mau makan di warung Yu Darmi,” sahut Sule.

Adam mengangguk seraya tersenyum. Karyo membalas dengan senyuman juga, tetapi tatapannya hanya tertuju pada Adam.

...*******...

...To be continued…...

1
Zuhril Witanto
lanjut....
Zuhril Witanto
lanjut lah ....
Zuhril Witanto
kok gak pernah up thor
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
up dong kak ...
Ainun Asya Rzky
/Cry//Cry/ kak ve.... kngeeeeen
.. novel2 horor kak ve... emang terbaik.... 👍👍
Zuhril Witanto
semangat up kak....
Zuhril Witanto
lanjut thor
Hati Yang Terkilan
si Ratu yg ngalami mimpi buruk...kok aku yg tegang gini../Facepalm//Facepalm/...

Salam Asli Sabahan.Malaysia😘😘
Hati Yang Terkilan
mohon maaf Thor...aku mo nanya gimana tu nasi kucing...kurang ngarti aku Thor...

Salam Asli Sabahan.Malaysia.😘😘😘😘
𝓿𝓪𝓷𝓲𝓪
semangat up nya kak vie
Bunda silvia
Bagus cuman nunggu up lama
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
Karyo mencurigakan...
Mama Jasmine
ishhhh si karyo ganggu aja
rodiah
hadeuuuh mas karyo juga misterius itu...
Haryati
wih mas Karyo selalu muncul....curiga nih curuga
Mama Jasmine
mengerikan 😖😖😖
Haryati
haduh Adam hayoook cepat bertindak sebelum banyak korban lagi
Zuhril Witanto
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!