Perenggut Malam Pertamaku
Tepat pukul sepuluh malam pesta pernikahan Ingrid dan Bastian selesai. Ingrid merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
Bastian dan Ingrid pun masuk ke dalam kamar pengantin yang di sewa di hotel tempat mereka mengadakan resepsi pernikahan.
"Grid, kamu bersihin diri dulu, ya? Aku mau keluar sebentar," pamit Bastian setelah membaca pesan masuk di handphonenya.
"Hum," sahut Ingrid dengan seulas senyum di bibirnya.
Setelah Bastian pergi, Ingrid membersihkan diri dengan berendam di dalam bathtub yang dipenuhi dengan bunga. Aura kebahagiaan terlihat jelas di wajah cantik gadis berambut panjang itu. Setelah merasa tubuhnya rileks, bersih, segar dan harum, Ingrid pun mengakhiri ritual mandinya.
"Bastian sudah kembali apa belum, ya? Ah, aku jadi grogi dan deg-degan sekali," gumam Ingrid seraya memakai lingerie berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus.
Ingrid menatap penampilan dirinya di depan cermin seraya menggigit bibir bawahnya.
"Seksi banget. Ah, aku malu," gumam Ingrid menutup wajahnya yang bersemu merah dengan kedua tangannya. Sesaat kemudian Ingrid memakai baju tidur kimono untuk menutupi lingerie seksi yang dikenakannya.
Ingrid keluar dari dalam kamar mandi dan terpesona saat melihat kamar pengantin itu terkesan romantis dengan cahaya lilin yang redup. Ruangan itu nampak remang-remang, namun terkesan semakin romantis dengan dekorasi khas pengantin baru.
"Bastian menyiapkan ini semua? Romantis banget, sih!" batin Ingrid dengan hati yang berbunga-bunga.
"Greb"
Ingrid tersentak saat tiba-tiba ada yang memeluk tubuhnya dari belakang.
"Bas, ini kamu, 'kan?" tanya Ingrid memastikan.
"Hum," sahut pria yang memeluk Ingrid.
Saat Ingrid ingin menoleh ke belakang, pria itu langsung memegang kedua pipi Ingrid, agar gadis itu tidak menoleh ke arahnya.
"Eh, Bas, kenapa kamu menutup mataku?" tanya Ingrid saat tiba-tiba pria di belakangnya itu menutup matanya dengan kain.
"Ssstt.. menurut lah!" bisik pria itu dengan suara yang terdengar pelan, tepat di telinga Ingrid.
Ingrid merasakan tubuhnya di sentuh dengan lembut dan ciuman-ciuman lembut di lehernya membuat tubuh Ingrid meremang. Wanita itu diam dan pasrah saat merasakan tali baju tidur kimononya ditarik. Ingrid memejamkan matanya yang tertutup kain itu saat baju tidur kimononya di lepas dan lehernya kembali di ciumi dengan lembut. Detak jantung Ingrid berdetak kencang saat tangan besar itu merayap menyusuri tubuhnya.
"Ah... Bas.." desaah Ingrid yang tubuhnya semakin meremang merasakan setiap sentuhan di tubuhnya dan ciuman-ciuman lembut di lehernya.
Pria itu memutar tubuh Ingrid perlahan, kemudian mencium bibir Ingrid dengan lembut. Perlahan tangan kiri Ingrid pun terulur melingkar di leher pria itu, sedangkan tangan kanannya memegang dada pria itu yang ternyata sudah bertelanjang dada. Ingrid dapat merasakan dada itu begitu padat dan berotot. Akhirnya secara naluriah Ingrid membalas ciuman lembut yang semakin lama semakin agresif, memabukkan dan menggelora itu.
Tubuh Ingrid diangkat, lalu dibaringkan di atas ranjang dengan perlahan dan lembut seolah takut melukai Ingrid. Wanita itu kembali terhanyut dalam ciuman yang memabukkan, Ingrid tidak sadar saat helai demi helai kain yang menempel di tubuhnya terlepas. Pria itu menikmati setiap jengkal tubuh Ingrid tanpa terkecuali dan membuat banyak tanda di kulit yang putih dan mulus Ingrid. Ingrid menggeliat dengan suara seksi yang keluar dari mulutnya.
"Ughh.. Bas.."
Ingrid melenguhh dan menjambak rambut pria yang sedang menikmati dan memainkan dua buah benda lembut dan kenyal di dadanya itu.
Hasrat sepasang insan itupun semakin lama semakin terbakar. Pria itu melepaskan celana boxer yang dikenakannya, lalu menutup tubuhnya dan tubuh Ingrid dengan selimut. Ingrid memekik dan mencakar punggung pria itu saat merasakan ada yang memaksa memasuki tubuhnya. Namun mulut Ingrid langsung di bungkam dengan bibir pria itu.
Hingga akhirnya Ingrid sudah tidak lagi merasakan sakit dan perlahan-lahan mulai merasakan kenikmatan yang semakin lama semakin luar biasa. Rasa nikmat yang baru kali ini dirasakan Ingrid. Ingrid hanya bisa meracau dan bergerak gelisah saat tubuhnya terus diombang-ambingkan dalam kenikmatan yang tidak bisa dideskripsikan olehnya.
"Ini nikmat sekali. Aku merasa melayang ke langit ke tujuh. Kenikmatan ini terasa menjalar ke seluruh tubuhku menciptakan sensasi yang tidak bisa aku deskripsikan," batin Ingrid yang benar-benar dibuat melayang-layang merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya seumur hidupnya.
Sudah beberapa kali Ingrid dan pria di atas tubuhnya itu mendapatkan pelepasan, namun pria dia atas tubuhnya itu seolah tak kenal lelah dan kembali membuai tubuh Ingrid lagi dan lagi. Ingrid dan pria di atasnya itu pun semakin menggila merasakan kenikmatan yang terus menerus meningkat.
"Dia sangat perkasa.." batin Ingrid membalas ciuman di bibirnya dengan agresif. Sedangkan tangannya menyusuri dada dan perut yang terasa padat dan berotot itu.
Pria di atas tubuh Ingrid semakin bergerak cepat membuat Ingrid merasakan sesuatu yang ada di dalam tubuhnya kembali ingin meledak.
"Ceklek"
Dua insan yang masih berada di bawah selimut yang sama itu hampir sampai di puncak saat suara pintu di buka. Keduanya tidak menyadari ada yang melihat dan mendengar aktivitas mereka yang sedang panas panasnya itu.
"Hahh.."
"Hahh.."
"Tak"
"Eghh.."
"Ughh.."
Suara lenguhaan panjang dua insan yang sedang mencapai puncak kenikmatan itu terdengar sedetik setelah lampu menyala.
"Brengseek! Apa yang kau lakukan pada istriku!"
Suara teriakkan itu seketika membuat Ingrid terkejut karena Ingrid mengenali suara itu adalah suara Bastian, pria yang beberapa jam lalu resmi menjadi suaminya.
"I...itu suara Bastian. Lalu.. lalu siapa yang sedang berada di atas tubuhku?" batin Ingrid yang tiba-tiba wajahnya menjadi pias.
Dengan napas yang masih tersengal-sengal setelah mendaki bukit cinta, Ingrid melepas kain yang menutupi matanya. Kelopak mata Ingrid langsung melebar dan matanya membulat sempurna. Ternyata pria yang ada di atas tubuhnya bukan lah suaminya, tetapi adik iparnya yang bernama Marcell.
Selama bertunangan dengan Bastian jarang bertemu dan hanya saling pegang tangan. Bahkan pelukan pun hanya beberapa kali. Belum lagi parfum yang dipakai Marcell saat ini sama dengan parfum yang dipakai Bastian. Hal ini membuat Ingrid tidak curiga kalau pria yang bersamanya bukan Bastian, melainkan Marcell.
"Akkhh..!" pekik Ingrid bersamaan dengan pemuda itu melepaskan penyatuan mereka dan langsung turun dari atas tubuh Ingrid.
"Aku hanya ingin mencicipi barang baru milik kakak. Ternyata sangat nikmat," ucap Marcell dengan senyuman mengejek nampak tersungging di bibirnya menatap ke arah Bastian. Seolah puas melihat api kemarahan di mata Bastian yang datang bersama seorang pria itu.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Marcell, Ingrid yang menangis di balik selimut pun merasa sakit hati. Apakah Marcell menganggap dirinya sebagai barang atau mainan? Sungguh, hati Ingrid sangat terluka karena merasa kesucian dan ikatan pernikahannya hanya di anggap sebagai candaan oleh Marcell.
Sedangkan Bastian berjalan dengan cepat menghampiri ranjang yang beberapa saat lalu masih berderit dan bergoyang itu. Mata Bastian merah seperti api yang sedang berkobar.
Pria yang tadi datang bersama Bastian nampak mengepalkan kedua tangannya. Ekspresi marah dan kecewa terlihat jelas di wajah pria itu.
"Srakk"
"Bugh"
Marcell menarik selimut menutupi seluruh tubuh Ingrid hingga tubuh Ingrid tidak terlihat sama sekali bersamaan dengan tinju Bastian yang mengenai wajahnya.
Marcell terpental jatuh di samping ranjang, namun pemuda itu seperti tidak merasakan kesakitan dan bergegas memakai celana boxer-nya yang tergeletak di lantai.
"Ku bunuh kau! Beraninya kamu meniduri istriku di malam pertama ku!" teriak Bastian berjalan cepat ke sisi ranjang tempat Marcell terjatuh.
Dengan membabi buta Bastian meninju, menendang dan mengumpat Marchel. Marcell yang sepertinya kehabisan tenaga setelah menggoyang ranjang pengantin milik kakak tirinya itu pun nampak kesulitan menghindari serangan Bastian yang membabi buta.
Tapi apakah benar Marcell kehabisan tenaga karena bercinta, hingga tidak bisa lagi menghindari serangan Bastian? Hanya Marcell yang tahu.
"Dasar anak haram tidak tahu diuntung! Tidak tahu diri! Aku bunuh kau!" teriak Bastian penuh amarah menghajar Marcell.
...🌟...
...Terlalu lama bersandiwara menutupi segalanya membuatku lupa mana dusta, mana realita....
...Menolong mu dengan cara menjatuhkan mu, itu adalah kesalahan ku....
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Dreps
wuiiiidich berasa dalem juga makna kata yg terkandung di dalamnya...
lnjuut Thor...
aku suka
2024-10-03
1
novi 99
lagian lu kemana aja Tian
lama bener ... sampe mereka beronde-ronde
apa ngurusin wanita lain dulu.
2024-08-06
0
Rahmawati
makanya skrg para istri jgn maau diajak bercinta kalo di suruh tutup mata, biarpun alasannya biar romantis ato gmn, jgn mau yah
2024-07-29
1