NovelToon NovelToon
Lily ( From The Hill To The Valley)

Lily ( From The Hill To The Valley)

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Careerlit
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Meg Yorah

Lily, gadis muda yang menjadi tulang punggung keluarga. Lily adalah anak kedua dari keluarga Brown, seorang pengusaha yang bangkrut dan meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri. Tidak ada harta yang ditinggalkan. Semua dijual untuk menutupi utang perusahaan. Nyonya Hannah, nenek Lily adalah wanita yang tidak bisa menerima keadaan. Dia tetap merasa kaya walau harus mengontrak di kawasan kumuh di pinggiran ibu kota. Begitu juga kakak Lily, Amber Rose yang tidak bisa melepaskan kehidupan hedon masa remajanya. Dia melakukan apa saja demi uang walau itu salah. Lily berjuang sendiri menghidupi keluarganya dengan cara halal. Adik Lily dan Rose, Corey yang masih SMA bisa dibilang berandalan. Tapi dia sangat menyayangi dan menghormati Lily walau sering membuat masalah yang membuat pusing keluarga itu.

Lily jatuh cinta pada Jared Watson, anak pengusaha kaya yang ternyata hanya memanfaatkan Lily sebagai bahan taruhan. Bagaimana akhir kisah Lily? Kita ikuti bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meg Yorah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pindah ke Apartment

(POV Amber Rose)

"Ahhh...Finally."

Setelah membereskan barang-barangku, aku merebahkan tubuhku di kasur King Size di apartment berkamar dua yang mulai malam ini akan kutempati.

Tidak kusangka akan semudah itu meluluhkan hati Antoinne Numa, menantu keluarga Watson. Aku mungkin sedikit kejam, memanfaatkan Amélie demi bisa dekat dengan ayahnya. Tapi kalau ayahnya benar-benar tergoda padaku, tentu itu bukan sepenuhnya salahku.

Giorgina Watson adalah seorang wanita cantik yang sangat lembut tapi ambisius. Dia melimpahi Lily dengan kasih sayang dan materi. Nampak sempurna bukan?

Sayangnya mereka tidak sedekat itu. Lily bercerita bahwa dia sebenarnya hanya ingin ibunya ada di rumah bersamanya. Menemaninya belajar dan bermain. Lily juga sangat ingin ibunya hamil lagi sehingga dia punya adik. Tapi sang ibu hanya bilang iya tanpa pernah membuktikannya.

Aku membuka ponselku, seperti biasa, aku melihat-lihat potret keluargaku yang dahulu ketika kami masih lengkap. Air mataku meleleh tanpa kumau ketika melihat wajah ayah.

"Sorry, Dad."

Aku meminta maaf karena tidak bisa lagi menepati janjiku pada ayahku.

Aku janji dulu akan berhenti menjadi gadis yang bisa dibayar.

Tapi ternyata aku sudah tidak sanggup lagi.

Aku yang pertama kali jatuh cinta pada seorang laki-laki bernama Bagas harus merasakan sakitnya, dikhianati dan dibohongi. Lebih parah lagi, aku dipermalukan dan disakiti.

"Emang breng sek si Bagas." Aku memukul kasur empuk tempatku berbaring. Aku mulai memejamkan mata, ingin istirahat sejenak di kasur nyaman ini.

Tidak lama setelah itu, ponselku berdering. Dengan mata yang setengah terpejam menahan kantuk aku lihat di layar Antoinne menelepon.

"Ma Belle Fleur.." sapanya manis. Saat bersamanya dan mendengar suaranya, kadang hatiku berdebar. Aku bertekad mengeraskan hati. Tidak boleh jatuh cinta lagi. Tapi itulah yang harus kulakukan, berlembut-lembut padanya.

"Oui Mon Tresor." kataku.

Selama menjalani hubungan ini kami memang lebih sering berbicara dalam Bahasa Perancis kadang-kadang Inggris dan sering juga memakai Bahasa Indonesia.

Antoinne yang memintaku mengajarinya Bahasa Indonesia. Dia bilang agar lebih mudah berbaur dengan para karyawannya. Sepertinya Antoinne mencoba menjadi boss yang rendah hati.

Perusahaan tempat Antoinne bekerja di Indonesia bergerak di bidang industri aerodinamika. Perusahaan tersebut dan 21 perusahaan lain sudah 1 tahunan ini menjamin kerjasama dengan pemerintah.

Mungkin Antoinne bukan pemilik saham di perusahaan itu, tapi dia adalah orang nomer satu. Dan itu sudah lebih cukup untukku.

Selama 3 bulan kami berhubungan tidak sekalipun Antoinne dan aku terlihat berdua. Karena walaupun keluarganya tidak mempunyai mata-mata dimana-mana seperti kebanyakan orang kaya di dalam drama, kami berdua benar-benar menjaga hubungan ini agar tidak ketahuan siapapun.

Karena itulah, walau nenek memohon-mohon untuk ikut tinggal bersamaku, aku tidak mengijinkannya. Jangan sampai waktuku dengan Antoinne terganggu sehingga dia merasa tidak nyaman dan akhirnya menyuruhku angkat kaki dari sini.

Tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku sudah menantikan ini sejak lama. Kemewahan yang sudah lama tidak aku rasakan, kini sudah kudapatkan lagi.

Walau sekarang hidupku sudah dijamin oleh Antoinne, aku masih terus bekerja untuk keluarga Watson, mengajar Lily Bahasa Inggris dan Indonesia. Gadis kecil itu sangat cerdas. Tidak membutuhkan waktu lama untuknya menguasai basic Bahasa Inggris dan Indonesia.

"Malam ini aku kesitu ya?"

"Tentu, ini kan apartmentmu. Masa iya aku mau larang." kataku memanis-maniskan suaraku.

"Kamu mau dibawain apa?"

"Apa ya? Aku nggak terlalu lapar, sih. Terserah kamu aja." jawabku.

"Rose, kamu tahu kan aku paling nggak suka jawaban terserah."

Aku memutar bola mataku.

"Okay, tolong bawain gultik yang di blok M ya?"

"Apa itu gultik?"

"Itu sup khas Indonesia. Nanti aku share lokasinya dan nama tempatnya."

"Ohh alright. Aku jalan dulu. Bye, Ma Belle Fleur."

"Bye Mon Tresor."

Aku mengirimkan alamat gultik yang kumaksud lalu kembali memejamkan mata. Aku tidak sabar membayangkan gulai itik kesukaanku.

Sebenarnya aku ingin memasak steak untuk membuat Antoinne makin terkesan padaku. Tapi aku tidak begitu pandai memasak. Berbeda jauh dengan adikku Lily yang bahkan dia bisa membuat telur ceplok berkuah kecap naik kelas.

Entah berapa lama aku tertidur, hapeku berdering lagi. Dan lagi-lagi Antoinne yang meneleponku.

"Yes, Honey."

"Dimana gultik yang kamu maksud?"

"Kan alamatnya udah aku kirim tadi."

"Tapi tidak ada restaurant yang kutemukan."

Aku menepuk jidatku. Mencari gambar di Goodle lalu menyimpan beberapa tangkapan layar dan mengirimkannya pada Antoinne.

"It's a street food,dear. You can find it in the street stall." Aku menjelaskan padanya.

"Hold on." katanya.

Tidak berapa lama Antoinne terdengar berbincang dengan pedagang gultik itu. Untunglah dia sudah belajar Bahasa Indonesia jadi aku rasa dia tidak kesulitan berkomunikasi dengan sang pedagang.

"Aku sudah mendapatkannya. Aku tidak menyangka kau bisa makan makanan seperti ini, Rose."

"Aku tumbuh besar dengan makanan seperti itu." kataku.

Karena aku harus merasa lapar, aku mengingatkan Antoinne untuk membeli 2 porsi.

Well, aku memang sedikit anti dengan street food tapi untuk gultik ini, aku memang suka sekali. Ini favorit ayahku dulu. Walau ibuku sangat pandai memasak tapi kalau untuk gultik, ayahku akan selalu membelinya di sekitaran blok M.

"Okay. À tout à l'heure."

"Take care."

Aku mandi agar lebih segar. Tidak perlu sok-sokan tampilan cantik karena kami hanya akan makan dengan gulai yang bersantan dan sangat mungkin meninggalkan noda kalau kena baju.

Mematut diri di cermin, kaos oversized berwarna pink dan celana longgar hitam selutut cukup pantas untukku. Aku tidak perlu menunjukkan banyak kulit di hadapan Antoinne.

Pintu apartment terdengar terbuka. Sudah pasti itu Antoinne.Dia tentunya punya akses masuk kesini. tapi jujur saja aku kesal. Bagaimanapun juga aku merasa punya privacy.

Dan kalau dia memang orang yang di didik dengan sopan santun, harusnya dia menunggu diluar sampai aku membukakan pintu untuknya.

Aku menyambutnya dengan senyuman.

"Kamu bisa kan makan ini?" aku menuangkan gulai itu ke mangkok besar.

"Belum pernah, tapi akan kucoba."

Dua buah piring sudah ada di hadapan kami. Antoinne tampak ragu untuk mengambil sup dekat di hadapannya.

"Coba dulu sedikit." Aku menyuapkan sesendok gulai ke mulutnya.

Antoinne tersedak. Mungkin dia tidak siap dengan rasa rempah yang cukup keras. Aku memberikan segelas air untuknya yang langsung tandas dalam sekali tegukan.

Wajahnya memerah dan matanya nampak berair. Aku sedikit kasihan padanya.

"Kamu baik-baik saja, kan?" aku harus memastikan dia baik-baik saja.

"Yeah, I'm good I'm good. Cuma sedikit kaget tadi. Sup ini rempahnya keras dan rasanya pedas. Tapi enak. Aku mau makan."

Aku tersenyum melihat Antoinne mengambil sendiri gulai itu dan menuangkannya ke piringnya.

Kami mengobrol banyak hal. Dia adalah laki-laki yang mencintai keluarganya. Dulu, dia sangat mencintai istrinya. Tapi entah kenapa rasa itu makin memudar. Mereka tidak berpisah karena tidak mau menimbulkan scandal yang sangat mungkin berdampak pada bisnis mereka.

Itu sepertinya sudah menjadi rahasia umum untuk kalangan konglomerat.

Antoinne bukan laki-laki biasa. Dia tampan, berambut pirang dan bermata biru. Aku hampir saja tenggelam dalam pesona matanya kalau saja aku tidak ingat bahwa aku tidak boleh lagi jatuh cinta.

Antoinne adalah ayah yang luar biasa. Cintanya pada Lily bahkan bisa membuat istrinya iri. Begitu juga aku. Tapi aku tidak berhak cemburu. Setiap kali ada yang berdebar saat bersamanya, aku mencoba menepis rasa itu.

Antoinne tidak menginap. Dia langsung pulang malam itu.

Tepat, setelah Antoinne pulang, adikku meneleponku.

"Kenapa, Ly?"

"Nenek pengen ngomong nih."

"Capek gue, besok aja lah ya." Aku coba menghindari nenek. Tidak mau mendengarnya merengek. Dia pasti akan memaksakan kehendaknya agar bisa pindah ke apartment ini.

Aku dengar Lily menjelaskan ke nenek bahwa aku sedang capek dan akan menelepon pagi besok. Tapi nenek sepertinya tidak mau tahu. Dia tetap memaksa Lily agar menyampaikan padaku bahwa nenek ingin bicara denganku malam ini juga.

"Ayolah, Kak. Bentar aja, please." suara Lily terdengar memohon.

"Yaudah mana buruan." Walau kesal akhirnya aku setuju untuk bicara dengan nenek.

Nenek meminta video call katanya dia rindu padaku.

Yang benar saja. Aku baru meninggalkan rumah tadi sore.

"Rose, coba lihat apartment kamu." pinta nenek begitu aku menerima panggilan video call nya.

"Aku lagi capek, Nek. Besok aja ya." kataku coba memberi alasan.

"Nenek pengen liat bentar aja Rose." desaknya.

Jujur saja aku jengah. Nenek selalu seperti itu. Semua keinginannya harus dituruti.

Biasanya Lily yang jadi korban keegoisannya. Sekarang aku yang harus merasakan keras kepalanya.

Aku turun dari ranjang dengan malas. Menunjukkan setiap ruangan di apartment ini.

"Kamarnya kan ada dua itu, Rose. Satu kamar buat Nenek ya."

"Nggak bisa, Nek. Kan aku udah bilang tinggal di apartment ini bareng ma temen aku. Dia yang banyak bayar dibanding aku. Cuma dia jarang kesini, aku dimintain tolong buat jaga, makanya bayarku ngga sebanyak dia."

Aku sudah mengatakan alasan ini sebelumnya. Tapi nenek sepertinya susah untuk percaya.

Aku memang bohong, sih. Tapi itu demi kenyaman dan kemananku.

"Udah ya, Nek. Aku capek. Bye."

Aku menutup sepihak panggilan ini. Pusing denger mau Nenek.

Aku membasuh muka dan memakai skincare rutinku. Tidur.

1
Ratna Shinta Dewi
Saran aja ni kak. Untuk bahasa asing dan bahasa daerah dikasih terjemahan. Semangat
Ratna Shinta Dewi
nama panjang Mpok Odah, Saodah bukan wkekwk
Meg Yorah: Bukan Kak..
Raudah nama panjangnya mah..hehe
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
secara wajar, manusia menyukai keindahan, nenek lebih sayang ke Rose krn cantik, tp ketulusan Lily memenangkan hati nenek
Ratna Shinta Dewi
jangan makan daging rendang nenek, gak baik buat nenek2, buat saya aja xixixi
Meg Yorah: Hehehe... Makasih komentarnya, Kak. Alhamdulillah, ini komentar pertama yang saya dapat. Tolong terus dukung saya ya, Kak. Terimakasih.
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
warga kok baik bgt sih, masak ada tetangga begitu 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!