NovelToon NovelToon
Mission In Disguish

Mission In Disguish

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satria

Bocah yang belum genap berusia enam tahun bersiap untuk berangkat sekolah. Terlahir dari keluarga kaya raya membuatnya tidak bisa bebas melakukan hal sesuka hatinya.

Dia sudah bersekolah sejak bayi. Mendapatkan pendampingan pengasuhan dari pengasuhnya. Pengasuhnya adalah tenaga terlatih perawat sekaligus pengasuh anak yang menguasai tidak hanya seluk beluk perawatan melainkan juga pengasuhan anak. Sekolah sejak bayi dilatih oleh tutor pribadinya, memasuki play group A pada usia 2,5 tahun. Play group B usia 3,5 tahun. TK A usia 4,5 tahun. Setelahnya dia akan melanjutkan ke TK B sebelum memasuki sekolah dasar.

Tingkah laku, tutur kata serta emosinya tertata dengan baik. Dia juga sudah memiliki jadwal sejak dilahirkan.

Dia merasakan kebebasan pada saat ibunya menstruasi. Rutinitasnya berubah lebih santai dan ibunya menjadi lebih perhatian. Selalu berusaha meluangkan waktu dan perhatian padanya.

Mengikuti les berenang sejak bayi. Dibiasakan dengan beragam aturan, dilindungi sekaligus dilayani dengan sebaik mungkin.

Kedua orang tuanya memiliki kesibukan yang luar biasa. Hampir tidak memiliki waktu dengannya. Sehari-hari dia bersama pengasuhnya. Tutornya, guru serta teman-teman sekolahnya.

Setiap kali berada di rumah. Dia merasakan kesepian yang sangat luar biasa. Bermain hanya ditemani pengasuhnya.

Seringkali dia merasa iri dengan Malik. Saudara seayah berbeda ibu. Selalu bersama dengan ibunya, Mima Miranti. Belum lagi om Raka yang selalu mendampingi mereka berdua.

Sedangkan dia seperti anak yatim piatu dengan kesibukan kedua orang tuanya. Yang nyaris tidak pernah ada bersama nya. Mereka tidak akur walaupun mereka saudara seayah. Malik yang selalu didampingi ibunya membuatnya tidak bisa berbuat apa pun.

"Itu mainanku!" Ujarnya pada Malik yang tengah berkunjung bersama ibunya ke kediamannya.

"Lalu kenapa?" Ujar Malik dengan wajah menantang.

"Kau harus minta ijin padaku jika kau ingin memainkannya. Dan tidak boleh kau sentuh jika aku tidak mengijinkan mu."

"Kata siapa?" Tanya Malik.

"Apakah kau tidak sekolah?" Tanya Satria dengan wajah heran.

"Usiaku belum tujuh tahun!" Ujarnya lantang.

"Ibumu tidak mengajarkanmu?"

"Mengajarkan apa?"

"Harus meminta ijin jika kau ingin memakai atau meminjam barang orang lain."

Malik mengambil mainan Satria tanpa mempedulikan perkataan Satria.

Satria merasa marah dengan sikap Malik. Mengejarnya dan merebut mainannya dari tangannya . Membuat Malik menangis kencang.

Ibunya bergegas mendatangi putranya. Berusaha membujuknya.

"Ada apa sayang? Mengapa kau menangis?" Tanya ibunya berusaha mendiamkan anaknya yang tengah menangis.

"Satria tidak mau meminjamkan mainannya padaku!" Teriaknya sambil menangis kencang.

"Dia mengambil mainanku, Mima! Dia tidak mau minta ijin terlebih dahulu dan itu salah!" Tukas Satria.

"Mengapa kau tidak mau mengalah pada adikmu? Dia masih kecil! Apakah sekolahmu mengajarkanmu untuk bersikap egois?" Ujar Miranti dengan nada tinggi.

"Mima! Dia tidak mau meminta ijin padaku. Dia mengambil mainanku begitu saja!" Ujar Satria dengan suara tinggi.

"Kau persis seperti ibumu! Kau tahu apa yang dia lakukan padaku? Dia juga tidak meminta ijin padaku! Mengambil ayahmu begitu saja dari sisiku!" Miranti memandang kepada Satria dengan wajah marah, "berikan mainan itu pada adikmu!"

"Dia harus meminta ijin dan tidak boleh memaksa jika aku tidak mau meminjamkan mainanku padanya!"

"Bocah kurang ajar!" Bentak Miranti meradang," kau dan ibumu adalah pencuri sesungguhnya! Maling teriak maling! Ibumu mengambil ayahmu sedangkan kau mengambil apa yang seharusnya menjadi hak putraku!"

Satria menggenggam mainannya dengan erat.

Miranti berjalan mendekatinya. Merebut mainan yang ada di tangan Satria, "berikan apa pun yang adikmu inginkan! Kau dengar aku?"

Tangis Satria pecah. Pengasuhnya yang mendengar tangisannya tergopoh mendatanginya.

"Ada apa, den?" Tanya Karina.

"Jangan terlalu memanjakannya. Dia tidak mau mengalah pada adiknya!" Tukas Miranti,"sebagai hukumannya. Agar kau tidak bersikap egois lagi maka mainan ini menjadi milik adikmu!" Tangis Satria semakin kencang dan memilukan hati.

"Ayo kita pergi dari sini! " Ujar Miranti menarik tangan anaknya berlalu dari kediaman Satria.

"Den..." Ujar Karina dengan nada lembut,"atur pernafasan. Hitung sampai 10."

Sambil menangis. Satria menghitung sampai sepuluh.

"Apakah kau masih marah dan tidak nyaman?"

Satria mengangguk. Mainan kesayangannya. Ayahnya membelikannya sebagai hadiah karena menemani ayahnya mengunjungi perusahaan-perusahaannya. Perjalanan yang sangat membosankan tetapi semua terbayar dengan hadiah mainan yang diberikan ayahnya. Mainan yang dipilihnya sendiri. Ketika mereka mengunjungi toko mainan terbesar di luar negeri.

Satria menghitung kembali. Menghitung lagi, lagi dan lagi. Sampai dengan 100.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Aku masih menginginkan mainanku kembali!"

"Coba kau menghitung sampai sepuluh lagi..."Pinta Karina.

"Aku ingin menelpon Mimi!"Pintanya pada pengasuhnya.

Pengasuhnya menuruti keinginannya. Menyambungkannya pada ibunya.

"Mimi! Malik merebut mainanku lagi!" Curhatnya pada ibunya.

"Mimi sedang sibuk. Apakah bisa kita berbicara nanti?"

"Mimi selalu sibuk!" Rengeknya.

"Baiklah! Apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin mainanku kembali!"

"Lebih baik beli lagi saja. Bagaimana?" Gayatri malas berurusan dengan Malik dan Miranti. Kesibukannya membuatnya enggan terlibat drama yang membuatnya emosi jiwa.

"Aku tidak tahu dimana tempat membelinya."

"Siapa yang memberikanmu mainan?"

"Papa!"

"Baiklah aku akan menanyakan pada ayahmu dimana tempat membelinya. Kau beli bersama Karina. Mau kan?"

"Terima kasih, Mimi!"

Karina menyiapkan pakaian dan keperluan Satria. Mereka akan membeli mainan menggunakan jet pribadi milik ibunya. Membeli mainan yang direbut Malik.

Satria memasuki jet pribadi milik ibunya. Berlari menuju kamar pribadi ibunya. Menyalakan televisi di kamar pribadi ibunya dan menikmati perjalanan.

Pengasuhnya menyiapkan jus buah untuk Satria dan cemilan yang disukai Satria. Meletakkannya pada meja yang ada di dalam kamar.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Karina.

"Aku sudah merasa nyaman." Sahutnya menonton acara televisi kesukaannya.

"Baguslah! Kau ingin ku temani atau tidak?"

"Terserah!" Jawabnya.

"Aku menonton televisi di luar tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa!"

"Kalau kau butuh sesuatu. Panggil aku, ok?"

"Ok!"

Satria tertidur lelap saat tengah asyik menonton televisi. Di dalam mimpinya dia melihat Malik mendatanginya.

Mainan yang Malik rebut darinya hilang. Dan Malik menginginkan mainannya yang baru dibelinya.

"Kau tidak boleh mengambil mainanku!" Teriak Satria marah.

"Aku hanya meminjamnya. Kau pelit sekali! Mima!" Teriak Malik memanggil ibunya.

Satria bersiap lari tetapi Mima berhasil mengejarnya dan menjewer telinganya kuat-kuat.

"Tidak!!!" Teriaknya. Terbangun dengan peluh mengucur di sekujur tubuhnya.

Pintu kamar ibunya terbuka. Pengasuhnya tergopoh mendatanginya.

"Kau kenapa?" Tanyanya cemas.

"Malik ingin mengambil mainanku lagi!" Ujarnya dengan nada marah.

"Kau hanya mimpi."Jelas Karina dengan nada lembut. Memeluk Satria. Tangis Satria pecah.

"Aku benci Malik dan Mima!" Ujarnya dengan suara sesenggukan.

"Itu cuma mimpi. Tenanglah. Kita akan membeli mainan yang sama dan tidak akan ada yang merebutnya lagi. Bagaimana?"

Satria menganggukkan kepalanya.Menghabiskan tangisnya di dalam pelukan pengasuhnya.

Setelah jet mereka mendarat dan mereka masuk ke dalam mobil yang menjemput mereka. Gadgetnya berbunyi. Ibunya.

"Bagaimana keadaanmu? Kau masih marah dan sedih?"

"Aku bermimpi, Malik dan Mima merebut mainan yang akan ku beli."

"Jangan terlalu banyak berpikir. Lupakan Malik dan Mima. Bisa kan? Atau kau ingin menemui psikiater mu?"

"Tidak usah. Aku tidak apa-apa. Aku hanya merasa kesal dengan Malik dan Mima. Aku membenci mereka berdua."

"Jika kau tidak bisa mengontrol emosimu. Kau harus menemui psikiater mu."

" Tapi aku tidak apa-apa!"

"Baiklah!"

1
Salsabila Arman
lanjut
Eka Lita: Terima kasih kakak...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!