Setiap manusia punya jalan kisah cinta sendiri, dimana ia tidak dapat memilih dengan siapa dan dimana Allah menyuratkan episode perjalanan kita.
Begitupula yang Aliza alami, ia tidak pernah menyangka jika sosok yang diam-diam ia kagumi teryata menaruh hati yang sama bahkan berniat menikahinya. Gus Asfhan Syarfiq Al Ghazali, putra Kyai Nya, yang menarik hati Aliza.
Tetapi, teryata sang maha cinta memiliki takdir lain dimana Aliza harus kehilangan Asfhan, namun tanpa di sangka Asfhan meninggalkan pesan kepada Alfhan untuk menikahi Aliza.
namun perjalanan mereka tak semulus yang di bayangkan di mana berbagai lika liku mengguncang hubungan Meraka.
hingga kedatangan pak Rahmad yang membuka semua rahasia dan merubah kebahagiaan mereka, bersama fitnah tentang kematian Sang pengasuh Ponpes Abu Abbas, hingga membuat Alfhan membenci Aliza.
Namun, di balik semua luka, sebuah kata masih terpatri di hati Aliza, bahwa dia tetap mengakui Alfhan sebagai suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anafitrotun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIMA BELAS
"Di habisin makananya," ujar Aliza melihat Alfhan yang lahap memakan makanan yang baru saja ia bawakan.
Alfhan yang merasa di perhatikan menghentikan kegiatan makanya.
"Kenapa?, Pingin makan lo?" tanya Alfhan melihat Aliza yang menggeleng pelan.
"Nggak aku udah makan,"
"Terus kenapa, ngeliatin Gua kek gitu?"
"Seneng aja liatin kamu makan, lapar apa enak si Fhan?"
"Ooo gitu, gua emang asli laper sih dari pagi belum makan, tapi di sisi lain masakan lo enak, gua suka, sambelnya, mantul,"
Puji Alfhan melahap makanan di depannya membuat Aliza tersenyum menghembuskan nafasnya.
Aliza hanya diam duduk di sisi Alfhan sesekali tangannya menepuk-nepuk kasur.
"Nih udah habis, tolong lo bawa ke bawah ya, kaki gua masih sakit buat jalan,"
Alfhan menyodorkan piring kosong di depan Aliza.
"Iya, habis ini kamu sholat terus istirahat,"
"Gua sholatnya besok aja, ngantuk, lagian kaki gua masih sakit,"
Aliza menghela nafasnya mendengar ucapan Alfhan yang mulai merebahkan tubuhnya.
"Sambil tidur kan bisa, lagian jalan pelan-pelan buat wudhu bisa kan,"
"Nggak, kaki gua sakit!"
"Gus Alfhan_"
"Panggil gua Gus, Gua lempar lo!"
Alfhan membulatkan matanya mendengar Aliza memanggil namanya dengan sebutan Gus. Gelar yang Alfhan tidak pernah inginkan.
Aliza hanya menggeleng pelan lalu duduk di sisi Alfhan, perlahan ia mulai terbiasa dengan sikap Alfhan.
"Sholat ya, aku bantu wudhunya, habis itu kamu mau minta apa aku turuti,"
Alfhan menaikan satu Alisnya saat mendengar ucapan Aliza. Lalu sebuah senyuman miring muncul di bibir Alfhan.
"Gua pingin enak-enak boleh nggak?"
"Geprek, pizza, kopi susu, apa makanan apa?"
Tanya Aliza polos seraya mengabil sarung dan kemeja Alfhan di lemari.
Alfhan berdecak kesal mendengar jawaban Aliza, karena tidak paham maksud Alfhan.
"Pingin enak-enak apa, yang jelas kalau ngomong!"
Aliza memberikan satu stell pakaian kepada Alfhan. Aliza agak kesal karena permintaan Alfhan yang tidak jelas di tambah perubahan wajah saat ia tidak memahami apa yang Alfhan maksud.
"Udah lupain, gua sholat besok aja, paha gua sakit banget, tolong urutin lagi ya, Za,"
Aliza menatap Alfhan tajam.
"Sholat dulu baru aku urutin kalau kamu nggak sholat ya udah serah mau sakit mau patah urus sendiri!"
Kecam Aliza meletakkan pakaian Alfhan lalu berlalu kluar.
Emosi Aliza benar-benar meledak dengan sikap Alfhan yang sangat susah di suruh sholat.
"Cuma gara-gara aku nggak paham apa yang dia minta ngambek, nggak mau sholat, habis itu dengan PD nya minta di pijiti, kalau bukan putra Abah Azzam udah aku kasih badak itu manusia!"
Omel Aliza seraya pergi menuju dapur membawa piring dan gelas kotor bekas Alfhan.
"Gila serem juga ya dia kalau ngamuk,"
Alfhan bergumam melihat satu set pakaiannya yang Aliza letakkan secara kasar.
Alfhan meringis pelan, berjalan menuju kamar mandi. Setelah mengambil air wudhu Alfhan segera mengenakan sarung dan kemeja yang sudah Aliza siapkan lalu memulai sholatnya dengan duduk di atas kasur.
...****************...
Di dapur Aliza kini hanya diam melihat langit malam dari jendela yang mengarah ke taman. Emosinya perlahan mulai menyusut.
"Alfhan udah sholat belum ya?"
Tanya Aliza pada dirinya sendiri tepat bersamaan dengan suara notifikasi dari Hpnya.
"Alhamdulillah,"
Gumam Aliza setelah membaca pesan WA dari Alfhan lalu segera naik menuju kamar.
...****************...
"Assalamualaikum,"
Sapa Aliza memasuki kamar, dimana Alfhan baru saja melepas pecinya. Aliza duduk di sisi Alfhan yang melihatnya dengan sebuah senyuman.
"Udah nggak marah?"
"Nggak,"
Jawab Aliza singkat seraya mengabil minyak urut dari laci meja.
"Mana kakinya yang mau di pijat?"
Aliza melihat Alfhan yang memegang pahanya.
"Udah nggak usah, udah mendingan tadi habis Gua pakai sholat, lagian juga udah malem, Lo tidur aja,"
Alfhan menahan tangan Aliza yang menyentuh kakinya.
"Beneran?"
"Iya beo, udah malem nggak usah bawel lo!, Nurut!"
"Yaudah, aku tidur ya,"
"Hmm, wudhu dulu sana,"
Aliza mengangguk lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Setelah selesai wudhu Aliza segera kembali ke tempat tidurnya. Mengabil mushaf Al-Qur'an lalu menderes surat Al Mulk. Yang merupakan rutinitas Aliza sebelum tidur.
"Gua pindah sofa ajalah,"
Gumam Alfhan dalam hati. Lalu dengan langkah tertatih Alfhan beranjak dari spring bad.
"Mau kemana?"
Aliza menghentikan bacaan Al Qur'annya saat melihat Alfhan yang berjalan tertatih.
"Gua tidur sini aja, lo belum terbiasa tidur ama Gua kan,"
Jawab Alfhan menaikan kakinya lalu mulai merebahkan tubuhnya. Aliza menatap nanar Alfhan berpadu dengan rasa tidak tega. Namun di sisi lain Aliza memang belum terbiasa untuk tidur bersama dengan Alfhan.
"Beneran?"
"Iya beo, udah ah Gua ngantuk, lo cepetan tidur,"
Sahut Alfhan seraya memejamkan matanya. Sementara itu Aliza hanya terdiam mendekati Alfhan.
"Kamu tidur kasur aja, aku yang tidur sini,"
Ucap Aliza memegang pundak Alfhan yang membuka matanya melihat Aliza di depannya.
"Gua aja yang tidur sini, udah nggak apa-apa, gua oke kok,"
Alfhan tersenyum menyakinkan Aliza yang terlihat tidak enak hati.
Aliza hanya diam memegang lengan Alfhan.
"Batal wudhu lo,"
Bisik Alfhan saat merasakan tangan hangat Aliza di lengannya.
Aliza hanya diam memegang erat lengan Alfhan.
"Pindah ya, kamu lagi sakit-kan,"
Alfhan tersenyum mengusap tangan Aliza.
"Cuma kaki gua yang sakit, udah nggak apa-apa, sana tidur udah malem,"
Aliza hanya mampu diam mendengar ucapan Alfhan. Aliza menatap dalam mata Alfhan yang terlihat meneduh. Seakan jiwa beringasnya hilang begitu saja.
"Yaudah kalau ada apa-apa bangunin aku ya,"
"Iya cantik, udah sana tidur,"
Alfhan memutar bola matanya jengah.
"Aku kesana ya,"
Aliza meraih tangan Alfhan untuk dia cium membuat Alfhan terpaku diam lalu tertawa.
"Ngapain salaman?, Lo cuma mau kesana kan?"
"Ya nggak apa-apa kan cuma salim,"
Jawab Aliza lalu tanpa Aliza sangka Alfhan menarik kepalanya lalu mencium keningnya.
Aliza terdiam terkejut dengan perlakuan Alfhan.
"Kamu...,"
"Kenapa nggak boleh?, Udah sah kan?"
Alfhan menaikan satu Alisnya membungkam Aliza yang menahan perasaannya.
"Yaudah aku ke sana dulu ya,"
"Iya, good night cantik,"
Goda Alfhan yang semakin membuat Aliza salting dan memilih langsung merebahkan tubuhnya.
"Mimpi indah ganteng,"
Bisik Aliza berharap Alfhan tidak mendengarnya namun teryata Alfhan masih mendengar ucapan Aliza.
"Iya cantiknya aku, udah tidur sana,"
Sahut Alfhan yang berhasil membuat kupu-kupu terbang di perasaan Aliza.
...****************...
Hujan terlihat turun membasahi bumi sementara di asrama pesantren terlihat para santri yang baru saja pulang mengaji dengan Ustadz Hamid yang membasahi Kyai Azzam.
Di antara para santri itu terlihat sosok Aliza yang tengah berjalan bersama 3 orang sahabatnya.
"Enak nggak Za jadi istri Gus Alfhan?"
Tanya Zahra melihat Aliza dengan bingkai berkaca mata di matanya membuat ia terlihat anggun.
"Emmm, enak nggak ya..., Gitu deh,"
Jawab Aliza tersenyum melihat Zahra yang terlihat baper menati jawaban Zahra.
"Aku pingin deh kaya kamu Za,"
"Yee, lo Zah..pingin punya suami Gus, ngaca lo apalan aja kek siput,"
Cerca Nira yang berdiri di samping Zahra membuat Zahra memanyunkan bibirnya.
"Biarin kek siput gini gua cantik dari pada lo Gentong," balas Zahra mengejek Nira yang memang berbadan gempal.
"Ooo, berani lo ya ama gua, sini Gua jadiin pocky lo!"
Ancam Nira yang membuat Zahra pindah di sisi Aliza.
"Udah-udah, kalian semua bisa jadi istri Gus, yang penting doa,"
Lerai Aliza ,dan matanya menangkap mobil Kyai Azzam yang beru saja berhenti di depan ndalem.
"Doanya gimana Za?"
"Nanti aku kasih, aku kesana dulu ya Abah Ummah udah pulang,"
Aliza terburu-buru menuju ndalem meninggalkan 2 orang sahabatnya yang saling memandang.
"Parah, berati nanti malam udah mulai ngaji lagi nir, mana kitabku kosong lagi,"
"Iya, sama punya gua juga kosong, malah ada pulaunya,"
"Yaudah kita tambal yuk,"
"Ayuk,"
Sahut Zahra seraya berjalan menuju asrama putri yang terlihat ramai.
semangat terus nulisnya kakak😁/Smile/
bisa gak si it adi pa haji di karungin dulu
semangat nulisnya kakak☺