Sekuel novel Rain & Sunny
Cinta itu berhak memilih kepada siapa ia akan berlabuh dan juga cinta itu tidak memandang status.
Begitulah yang dirasakan pemuda bernama Cyril Orion Stevenson. Ya, ia merasakan cinta itu tumbuh dalam hatinya secara tak sadar.
Jantungnya seakan digedor paksa oleh sesuatu yang bernama cinta kala melihat Irene Cassiopeia Jonathan sang sepupu.
“Jika cinta berhak memilih, lantas mengapa cinta kita seolah ada yang menghalangi?"
- Cyril Orion Stevenson -
“Aku tahu bahwa aku juga mencintaimu, tapi aku juga tahu bahwa perasaanku padamu adalah sebuah kesalahan."
- Irene Cassiopeia Jonathan -
Akankah mereka dapat bersatu?
Atau justru menemukan cinta yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Claudia Diaz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkenalan Dengan Pria Asing
Semilir angin yang bergerak dengan lembut, mampu memberi kesejukan bagi setiap manusia. Begitu pula Cassie, di bawah pohon rindang dirinya duduk nyaman di hamparan rumput taman. Tangannya yang ramping dan lentik itu memegang sebuah novel bergenre romansa. Novel yang menjadi favorit para gadis.
Setiap kata yang memiliki makna dalam, ia hayati.
Indahnya cinta itu ....
Mampu membuat langit kelabu menjadi biru
Membuat hujan menjadi cerah
Indahnya cinta itu ....
Membuat hatimu selalu bernyanyi kidung-kidung cinta, dengan melodi-melodi yang mengalun merdu
Indahnya cinta itu
Seperti kamu melihat pelangi setiap hari
Penuh dengan warna
Yang menghiasi harimu
“Jadi begitu ya, rasanya jatuh cinta? Hah ... aku jadi ingin merasakannya," Cassie bergumam lirih, berharap sang angin mendengar keinginan hati kecilnya.
“Angin aku mohon dengarkanlah isi hatiku
Sampaikanlah permintaanku pada Sang Pencipta ... kirimkanlah seseorang yang menjadi pendamping hidupku yang menerima aku apa adanya," Cassie memohon dalam hati berharap sang angin membawa suara hati kecilnya.
“Apakah di sini memang ada seorang bidadari, kenapa ada sosok dewi yang begitu rupawan di bawah pohon rindang? Seolah ada sebuah magnet tak kasat mata yang menarikku untuk kemari," suara yang terdengar berat itu mengembalikan kesadaran Cassie di tengah lamunannya.
Memandang sekeliling, netranya tak jua menemukan atau pun melihat seseorang yang berbicara.
“Siapa di sana?" tanya Cassie entah pada siapa, seolah ia bicara pada langit biru yang menaunginya. Namun, hanya keheningan yang ia dapatkan.
Bulu kuduk meremang tanpa diminta, rasa takut mulai menggerogoti hatinya. Kalau-kalau ada hantu di siang bolong begini.
Karena tak ingin hal buruk menimpa dirinya, Cassie segera bangkit dan mengambil langkah seribu, meninggalkan taman. Membuat sosok pemuda itu tersenyum kecil dalam diamnya, “Lucu sekali."
Langkah kaki yang bergerak cepat beradu dengan kerasnya paving block membawa Cassie ke arah koridor fakultas bisnis.
Karena tak fokus, Cassie menabrak Orion yang baru saja keluar dari kelasnya.
Bruk!
Duagh!
Kejadiannya terjadi begitu cepat, keduanya terjatuh dengan Cassie yang menimpa tubuh Orion dan ....
Cup
Tak sengaja bibir seksi Orion bertemu dengan pipi yang putih, mulus, dan kenyal milik Cassie.
“Oh, wow!"
“Oh my eyes!"
“Aku tidak polos lagi."
“Orion-ku."
Dan masih banyak lagi tanggapan mahasiswa lainnya mengenai kejadian mendadak itu. Sementara kedua insan yang menjadi bintangnya hanya memerah malu. Kalau saja manusia dapat menyublim, mungkin Cassie sudah melakukannya saat ini juga.
“Astaga Dragon. Sudahi perbuatan kalian itu, Nak. Kalian itu belum terikat dalam ikatan yang sah. Ini termasuk perbuatan dosa, ingat itu, Nak. Ingat!" Arche yang tiba-tiba datang membelah kerumunan mahasiswa bicara layaknya orang tua.
“Sesungguhnya dosa itu sangatlah nikmat, tetapi juga berbahaya," Michael menimpali ucapan sang sahabat.
“Kak Rion, apa yang kau lakukan terhadap Cassie?!" Vega memekik histeris, tak rela bila Cassie diajak yang iya-iya oleh sang kakak sepupu.
“Demi kakakku yang cantik jelita. Kau apakan kakakku, Kak Rion. Kakak ayo bangun, kakak jangan langsung mengiyakan ajakan Kak Rion yang iya-iya?!" Leo langsung sigap membantu kakaknya berdiri dan menyingkir dari tubuh Orion. “Lain kali jangan mau diajak yang iya-iya, pilih saja yang tidak-tidak!"
Semua orang yang di sana terpaku mendengar perkataan Leo. Mungkin mereka berpikir Leo sedang mengalami korsleting pada otak jeniusnya.
“Dasar adik bodoh, apa maksudmu menyarankan kakakmu sendiri untuk berbuat yang tidak-tidak?!" Vega dan Beatrice mulai murka. Mereka malah menarik telinga Leo dengan tidak berperasaan.
“Kak Vega lepaskan telingaku, ini sakit!" Leo berusaha menjauhkan tangan Vega dari telinganya. Namun, Vega bersikap tak acuh akan pekikan Leo. Vega terus menyeret Leo dan menjauh dari kerumunan. Sementara Cassie hanya memandang sang adik dan sahabatnya dengan raut kebingungan.
“Bos, kau tidak cosplay jadi gelandangan, bukan?" Arche bertanya dengan hati-hati.
“Bantu aku bangun dasar otak udang, kepalaku pusing!" Orion membentak sahabatnya yang sedang diserang penyakit loading lama itu. Dengan segera Michael dan Arche membantu Orion bangun dari posisi telentangnya.
“Wow, sobat. Kau memiliki telur ayam di belakang kepalamu, sungguh mengagumkan!" Michael melihat bagian belakang kepala Orion.
“Bung, itu bukan telur ayam. Itu benjolan, baka!" dengan santainya Arche memukul kepala belakang Michael.
“Princess, kau ikut dengan kami atau pergi sendiri?"
“Aku ke perpustakaan saja," jawab Cassie dengan cepat. Oh, ia tengah malu rupanya.
Dengan mengambil langkah seribu, ia melesat cepat ke perpustakaan, mengabaikan pandangan orang-orang yang ditujukan padanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lain halnya dengan Orion yang masih sedikit lemas dan mata berkunang-kunang. Maka dari itu Arche dan Michael membawanya ke ruang kesehatan. Kebetulan sang adik yang sedang bertugas jaga hari ini.
“Ada apa denganmu?" Leander mengernyitkan kening saat melihat saudara kembarnya itu dipapah oleh kedua sahabatnya yang lain.
“Kakakmu sedang memiliki sebutir telur ayam di kepala bagian belakang, setelah tadi melakukan adegan-adegan di sebuah novel romansa yang sering dibaca Carina," Arche menerangkan pada Leander.
“Apakah kau berpelukan, lalu mencium bibir hatinya, dan menggapai kenikmatan semanis madu?" Leander bertanya sambil mengompres kepala bagian belakang sang kakak.
Orion mendesis, dinginnya air es menyapa kulit hingga membuatnya terdiam sesaat seakan membeku.
“Cassie berlarian di sepanjang koridor, entah apa yang membuatnya seperti itu, aku menangkap raut panik yang terlukis di wajahnya, seperti ketakutan," Orion menjelaskan dengan mata terpejam. Ingin rasanya memejamkan mata yang terasa berat seperti memikul sebuah tanggung jawab besar. Namun, ia urungkan.
“Apa dia sedang syuting film India?" Leander bertanya-tanya.
“Acha-acha. Duh, kalau benar begitu romantis sekali, tapi dia syuting dengan siapa. Tidak mungkin Shahrukh Khan terdampar di kampus ini?"
“Hentikan pemikiran konyol kalian, mana ada syuting film romantis wajahnya seperti dikejar hantu begitu? Sudahlah aku ingin tidur, kepalaku masih pusing dan kalian jangan berisik!" final Orion, yang membuat mereka bungkam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di ruangan serba putih dengan tumpukan berkas berisi riwayat kesehatan yang menjadi penentu keselamatan nyawa seseorang, yang menjadi penghias ruangan tersebut, Triton menunggu info dari Jupiter. Ya, setelah ia mengirimkan sebuah foto pemuda yang seperti tengah mengawasinya, ia langsung mengirimkan gambar itu pada pria bermata rusa untuk diselidiki.
Jarinya mengetuk-ngetuk meja, samar-samar terlihat kecemasan yang terlukis di wajah tampannya.
Tring!
Suara notifikasi pesan dari ponsel Triton berhasil memecah lamunan sang pemilik. Jarinya terus mengotak-atik dan membuka pesan yang ia dapat dari Jupiter. Sebaris kalimat demi kalimat yang membuat jantungnya berpacu dengan cepat, ia baca perlahan.
“Pedrosa Música acústica, anak seorang petani sukses di Spanyol?" Triton mengerutkan kening, entah mengapa terasa janggal dengan informasi ini. Dirinya yakin data informasi ini sudah dimanipulasi.
Tangannya bergerak dengan lincah men-dial nomor Jupiter.
“Yo, Jupiter!"
“Ada apa?"
“Kau tidak percaya begitu saja pada informasi yang kau dapatkan, bukan?"
“Ini juga masih terasa janggal. Aku juga mengetahuinya."
“Kalau kau merasa janggal, pasti kau sudah tahu apa yang akan kau lakukan selanjutnya."
“Memata-matai anak itu, bukan?"
“Exactly!"
“Aku tunggu informasi darimu, Jupiter."
Sambungan terputus, Triton membalikkan kursinya, memandang gedung rumah sakit yang berada di seberang gedung di mana ruangannya berada.
“Entah mengapa, aku merasa mimpiku akan menjadi kenyataan," Triton bergumam pada langit.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hening dirasakan Cassie saat dirinya termenung di sudut perpustakaan. Kejadian tadi bagai sebuah film yang terus terekam di otaknya. Rasa panas menjalar, menyebabkan wajahnya merona merah seperti terbakar.
Sungguh hatinya diselimuti oleh rasa malu, bagaimana mungkin dirinya sangat ceroboh hingga menabrak Orion dan berakhir adegan yang seperti itu?
“Kau benar-benar bodoh, Cassie. Bagaimana mungkin kau bisa bertindak ceroboh seperti itu?" makinya pada diri sendiri, “argh! Jika bertemu dengan Rion nanti, aku harus bagaimana?"
“Aku baru tahu jika gadis cantik itu memiliki hobi yang unik, yaitu bicara sendiri," sebuah suara mengejutkan Cassie.
Cassie memandang seseorang yang entah sejak kapan sudah berada di depannya.
“Siapa dia, apa dia mahasiswa di sini. Jika iya mengapa aku baru melihatnya?" pikir Cassie.
“Siapa kau, sepertinya aku tidak mengenalmu?" Cassie spontan bertanya.
“Perkenalkan namaku Pedrosa Música acústica. Ya, aku belum lama ini menjadi mahasiswa di sini jurusan ilmu komunikasi, senang berkenalan dengan gadis cantik sepertimu," Pedrosa tersenyum semanis mungkin pada Cassie.
Sementara Cassie sendiri? Entahlah ia tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini.
ak bacanya nyicil hehe
aku suka banget gaya bahasanya