NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Keesokan harinya, pukul delapan pagi, semua murid dan guru berkumpul di kantin penginapan. Senyum kebahagiaan dan keceriaan terpancar di wajah mereka, tidak sabar menanti waktu luang mereka selama satu hari penuh.

“Apa aku boleh bergabung bersama kalian?” Ucap kak Isabella, menghampiri meja makan kelompokku.

“Ah, boleh kok kak,” jawabku sambil tersenyum.

Kak Isabella kemudian duduk di sebelahku, di sudut meja.

“Apa kalian menikmati makanannya?” Tanya kak Isabella.

“Iya kak! Makanannya sangat enak,” jawabku.

“Benarkah? Syukurlah!” Ujar kak Isabella dengan lega.

Arvin terus menyendok makanannya dengan lahap, sementara Nada dari tadi terus memperhatikan kak Isabella.

“Apa kalian saling kenal?” Tanya Reno.

“Ah, kami bertemu tadi malam,” jawab kak Isabella.

“Oh ya, kita belum berkenalan, kan? Namaku Erina!”

“Aku Reno!”

“Nada.”

“Erina, Reno, dan Nada, ya? Salam kenal ya,” ucap kak Isabella sambil tersenyum.

“Ah, kalau yang di depan kakak itu namanya Arvin!” Ujarku.

“Hmm… salam kenal ya,” ucap kak Isabella sambil tersenyum.

Kami lalu melanjutkan makan kami, sambil berbincang-bincang ringan dan menikmati suasana yang penuh kehangatan di kantin penginapan.

Pukul sembilan pagi, sebagian besar murid telah pergi bersama kelompok mereka masing-masing. Kelompokku juga bergabung untuk berkeliling dengan kak Isabella yang turut serta bersama kami. Kami menjelajahi berbagai tempat menarik di sekitar kawasan Candi Borobudur, mulai dari menikmati keindahan arsitektur candi hingga merasakan kekayaan budaya yang tersembunyi di setiap sudutnya.

Selama perjalanan, kami tidak hanya mengunjungi berbagai tempat bersejarah, tetapi juga mencoba berbagai makanan khas daerah yang lezat dan unik. Kami berbincang-bincang ringan, berbagi cerita, dan tertawa bersama, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat dan penuh keceriaan. Setiap momen dihabiskan dengan penuh kegembiraan, mulai dari menjelajahi situs-situs bersejarah hingga menikmati keindahan alam sekitar.

Perjalanan kami juga diisi dengan berbagai kegiatan menyenangkan lainnya, seperti bermain permainan tradisional, mengikuti sesi foto bersama, dan menikmati pertunjukan seni lokal. Setiap detik yang kami habiskan bersama menjadi kenangan berharga yang akan selalu terukir dalam ingatan kami.

Pukul empat sore. “Eh? Reno dan Nada mana?” Tanyaku, menyadari bahwa mereka tidak ada.

“Hm? Bukankah mereka ada di belakang kita tadi?” Tanya Kak Isabella.

“Biarkan saja mereka!” Ujar Arvin.

“Eh? Tapi kan…” ucapku. “Hm? Apa mungkin… kamu sudah merencanakan semua ini?” Tanyaku, menyadari bahwa Arvin merencanakan sesuatu.

“Ayo pergi!” Ujar Arvin.

Wah, aku tidak percaya ini. Tapi, jika dipikirkan lagi, semuanya akan masuk akal. Tidak mungkin Arvin akan mengajak orang lain ke kelompok kami tanpa merencanakan sesuatu. Tapi, mengapa dia melakukannya? Apakah mungkin karena Reno yang memintanya?

Yah, tidak masalah siapa yang memulai. Mungkin ini juga merupakan hal yang baik untuk Nada. Akan kutanyakan nanti detailnya padanya.

Aku, Arvin, dan Kak Isabella kemudian melanjutkan perjalanan kami setelah beristirahat beberapa menit.

Pukul sembilan malam, beberapa murid telah kembali ke penginapan. Begitu juga dengan aku dan kak Isabella. Arvin bilang dia mau pergi ke suatu tempat sendirian, sedangkan Nada dan Reno belum juga kembali.

“Apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan langsung tidur?” Tanya kak Isabella.

“Tidak, aku akan menunggu Nada,” jawabku sambil tersenyum.

“Hmm… kalau begitu, apa aku boleh ke kamarmu?”

“Boleh saja! Tapi, apa yang akan kita lakukan?”

“Tentu saja… kita akan membahas kisah cinta!” Ujar kak Isabella dengan semangat.

“Kisah cinta?”

“Ya, itu adalah percakapan yang harus dilakukan antar perempuan ketika menginap.”

“Yah, baiklah…”

“Siapa kalian?”

Belum habis kalimatku, tiba-tiba terdengar teriakan seorang pria.

“Apa itu tadi?” Tanya kak Isabella.

Sebelum aku sempat menjawab, tiga sosok berpakaian serba hitam muncul di ujung lorong. Mereka mengarahkan pistol ke arah semua orang yang berada di hadapan mereka.

Belum genap beberapa detik, mereka melepaskan tembakan dengan suara redup dari pistol yang dilengkapi peredam, mengakibatkan dua hingga tiga orang siswa terluka parah dan jatuh tersungkur dengan darah mengalir dari tubuh mereka.

“Kyaaaaaaa…” sorak salah seorang siswi.

“Si-siapa kalian? Kenapa ka…”

Belum selesai ucapan siswa laki-laki yang gemetaran melihat teman-temannya terluka, kepalanya tiba-tiba mengeluarkan darah akibat tembakan salah satu dari orang-orang berpakaian serba hitam.

Tidak sampai disitu, mereka membunuh siapapun yang mereka lihat. Suara jeritan dan minta tolong terdengar, dan bahkan, ada yang memohon ampun. Namun, mereka tetap saja dibunuh tanpa terkecuali.

“Ayo cepat pergi, Erina!” Ujar kak Isabella sambil menarik tanganku.

“Tapi, bagaimana dengan mereka?” Tanyaku dengan panik.

“Tidak ada yang bisa kita lakukan! Jadi, lebih baik kita fokus menyelamatkan diri kita sendiri!”

Aku tertegun, lalu melihat ke belakang, menyaksikan semua orang dibunuh. Suara teriakan keputusasaan semakin keras. Aku sangat ingin menolong mereka. Namun, seperti yang kak Isabella katakan, aku tidak bisa melakukan apapun. Aku hanya bisa pasrah melihat mereka terbunuh satu persatu dan hanya bisa melarikan diri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!