NovelToon NovelToon
She'S Become Untouchable

She'S Become Untouchable

Status: tamat
Genre:Tamat / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Ratna Jumillah

Amora Tithania Genovieve atau sering di panggil Mora, telah mati karena pembulyan yang di terimanya di sekolah.
Tiba - tiba sosok jiwa bergentayangan yang kebetulan bernama Mora juga, masuk kedalam tubuh Mora yang mati.

Mora yang kembali hidup itu akhirnya bertekad untuk membalaskan dendam atas pembulyan yang di terima oleh Mora yang telah mati, sebelum dia membalaskan dendamnya sendiri.

Akankah orang - orang sadar bahwa Mora bukanlah Mora?? Dan bisakah Mora mendapatkan keadilan atas Mora yang sudah mati?

BACA A GIRL ENTANGLED IN MEMORIES, untuk mengikuti kisah ini dari awal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPS. 13. Harus tegas.

Keesokan harinya..

Mora sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan hendak bergabung di meja makan, terlihat di meja makan Aby dan ibunya yang tidak tahu malu itu sudah duduk di sana dengan tebal muka setelah kejadian kemarin.

Dan yang lebih membuat Mora kesal adalah Aby duduk di tempat duduknya, jika dia adalah Mora tang dulu, mungkin dia hanya akan diam dan tersenyum bodoh melihat itu, tapi tidak dengan Mora yang sekarang.

'Sepertinya dia memang harus di beri pelajaran.' Batin Mora. Mora langsung berdiri di tempat dimana Aby duduk dan menatap Aby.

"Mora, maaf aku sudah lebih dulu duduk di sini. Aku sudah terbiasa duduk di sini jadi aku lupa." Ujar Aby, dengan senyum di buat - buat.

"Kalau begitu pindah sekarang." Ujar Mora dengan nada datar.

Aby yang mendengar itu hanya bisa tersenyum kaku sendiri, tapi dia juga enggan untuk bangun.

"Mora, tapi aku sudah memulai sarapanku." Ujar Aby beralasan.

"Mora, itu hanya sebuah kursi, kenapa harus berebut. Kamu bisa duduk di sebelah Aby." Ujar Roseline.

"Aku anak papa, dan bibi tidak memiliki hak untuk mengatur di rumah ini." Ucap Mora tanpa perasaan. Roseline sampai kesal mendengarnya.

"Kamu mau pindah sendiri atau aku pindahkan?" Ujar Mora kembali pada Aby.

"Mora aku sudah memulai sarapan." Ujar Aby.

Mora akhirnya bergerak dan menggeser kursi di samping Aby, Aby pikir Mora akan dengan patuh duduk di sampingnya tapi ternyata tidak..

"SRRET!!"

"Kya!" Aby terkejut. Rupanya dengan sekali tarik, kursi yang Aby duduki berpindah ke samping.

"Ada baiknya tahu diri dan tahu batasan ketika kau berada di tempat orang lain, silahkan berbuat semaumu jika ini rumahmu sendiri." Ujar Mora, lalu dia dengan tenang duduk di kursinya.

Aby sampai kehabisan kata - kata melihat itu. Dia terkejut bagaimana bisa Mora memiliki kekuatan untuk menggeser kursi yang ada dirinya di atasnya, dan dia kesal sekarang.

"Mora, apa aku membuat kesalahan padamu? Kamu seperti memusuhiku setelah kejadian perundungan itu." Ujar Aby dengan isakan kecil, karena sekarang Andreas muncul di sana.

'Nah, dia mulai berdrama lagi. Astaga, aku yang kesabarannya setipis tisue ini rasanya ingin membunuhnya langsung di tempat.' Batin Mora.

Mora bahkan memutar bola matanya kesal melihat Aby yang menggelikan itu. Andreas tampak duduk dan dia heran mengapa Aby menangis, dia pun bertanya..

"Kenapa kamu pagi - pagi sudah menangis, Aby?" Tanya Andreas.

"Papa, menurut aturan keluarga, siapa urutan kedua setelah kepala keluarga duduk di meja makan?" Tanya Mora, dia tidak membiarkan Aby memulai perangnya lebih dulu.

"Kenapa jadi mempertanyakan silsilah keluarga?" Tanya Andreas.

"Adalah Istri. Setelah suami, maka di sebelah kanan suami adalah istri dan di sebelah kiri adalah anak pertama. Tapi jika figur istri tidak ada, maka anak pertama yang menggantikan posisi duduk si ibu, yaitu di sebelah kanan si ayah." ( Jeda )

"Dalam artian aku lah yang seharusnya duduk di sebelah kanan ayah, benar?" Ujar Mora pada Andreas.

"Benar. Sebenarnya ada apa?" Tanya Andreas.

"Aby, kau dengar itu?? Setidaknya sadar posisimu ada di mana, dan jangan selalu mendebat aku." Ujar Mora.

Aby yang mendengar itu hanya bisa diam menunduk dengan air mata yang sesekali menetes, dia masih memainkan perannya sebagai gadis lemah lembut. Tiba - tiba Aby bangun dari duduknya dan berlari pergi dari sana.

"Aby.." Panggil Roseline, tapi Aby sudah keluar dari rumah.

"Mora, apa kamu harus bersikap kasar seperti itu pada Aby hanya karena sebuah kursi meja makan? Aby sudah katakan dia lupa, dan lagi pula dia sudah memulai sarapannya, kamu kasar sekali menyeret kursinya begitu saja." Ujar Roseline.

"Segarusnya dia ingat dan jangan sampai lupakan itu. Hal kecil akan menjadi terbiasa jika kita bisa mengingat - ingatnya." Ujar Mora.

"Apa di sini papa sudah tidak memiliki peran lagi, Mora? Sejak tadi papa bertanya padamu ada apa." Ujar Andreas.

"Karena aku tahu papa tidak akan bisa memberi mereka ketegasan, papa selalu kalah dan mengalah karena rasa bersalah papa, jadi mereka bertindak semau mereka. Apa papa tidak sadar di rumah ini siapa yang lebih mendominasi?" Ujar Mora.

"Kakak, sepertinya Mora sudah tidak menyukai kehadiranku dan Aby, mungkin lebih baik aku dan Aby pindah ke rumah kami sendiri." Ujar Roseline.

"Itu lebih bagus." Ujar Mora.

"Mora! Yang sopan dengan bibimu." Ujar Andreas.

"Satu hal kecil yang mengikat papa pada mereka, yaitu rasa bersalah. Dan mereka memanfaatkan rasa bersalah papa untuk terus berbuat semau mereka, dan jika papa tidak melakukan yang mereka mau, maka mereka akan mengungkit kelemahan papa dan membuat papa lagi - lagi mengalah." ( Jeda )

"Kebiasaan kecil itu, membuat mereka besar kepala dan berambisi. Aku tahu mereka keluarga kita, tapi bukan berarti mereka bisa terus menjerat kita seperti itu. Yang kehilangan bukan hanya mereka, kita juga kehilangan mama, pa!" Mora mulai menaikkan nada suaranya.

"Mora!" Andreas lagi - lagi membentak Mora.

"Aku berangkat." Mora akhirnya bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan Andreas dan Roseline.

'Kenapa anak itu semakin banyak bicara sekarang, sejak dia kecil sampai besar aku yang memupuknya untuk selalu menjadi diam dan penakut, agar selalu di bawah kendaliku dan Aby tapi kenapa sekarang tiba - tiba dia memiliki taring.' Batin Roseline.

"Rose, maaf kan ucapan Mora." Ujar Andreas. Tapi nada suara Andreas tidak seramah biasannya.

"Dia masih anak - anak, kak. Aku bisa mengerti kekhawatirannya, dan memang benar yang Mora katakan, yang kehilangan bukan hanya aku, tapi kakak dan Mora juga kehilangan kak Gisel." Ujar Roseline.

Roseline adalah ahlinya tarik ulur, dia pandai memainkan situasi dan tahu kapan dirinya harus mengalah lebih dulu agar menguntungkan dirinya.

"Aku ada meeting, jadi tidak bisa sarapan." Andreas kembali bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan Roseline.

Berpindah ke sisi Mora, Mora sedang kesal dan menatap jalanan sembari menuju ke sekolah saat ini, tapi tiba - tiba mobil yang dia naiki seperti tersendat - sendat dan mati.

"Aduh, non Mora mobilnya mogok." Ujar supir.

"Hah? Seriusan pak? Aku sudah hampir telat." Ujar Mora.

Mobil itu berhenti persis di pinggir jalan, beruntungnya itu di sebelah kiri jalan jadi tidak mengganggu pengendara yang lain.

"Iya non, ini mesinnya mati." Ujar supir.

'Mobil mewah bisa mogok, ya? Ini pasti kerjaan seseorang.' Batin Mora.

"Coba aku lihat." Ujar Mora dan turun dari mobil.

"Loh, non! Tunggu non." Supir itu langsung ikut turun dari mobil.

Mora dengan lincah membuka kap mobil, dan benar mobil itu sedikit berasap.

'Sial. Kalau aku perbaiki akan memakan waktu lama.' Batin Mora.

"Saya panggil derek saja non, non Mora mungkin harus pakai taksi." Ujar supir.

"Ya sudah." Sahut Mora.

Mora akhirnya menatap ke arah jalanan untuk mencari taksi, tapi sangat kebetulan jalanan itu tidak lewat taksi, 'benar - benar hari yang sial.'

Sampai tiba - tiba sebuah motor Ducati warna merah berhenti tepat di depan Mora, lalu pengemudi motor itu membuka helmnya.

"Mogok ya? Mau bareng aku tidak?" Rupanya itu adalah Brandon.

"Nggak, makasih." Sahut Mora datar.

"Daerah sini jarang ada taksi lewat, dan sekarang sudah mepet jam nya." Ujar Brandon.

'Jelas - jelas dia ikut merundung Mora dulu, kenapa jadi berubah begini baik? Oh.. aku tahu, anak ini kan memandang fisik, bagaimana bisa aku lupa.' Batin Mora.

"Nggak mau ni? Ya sudah aku jalan." Ujar Brandon.

"Tunggu, aku ikut." Ujar Mora. Dia terpaksa ikut Brandon. Tapi selain itu, dia juga ingin membuat kehebohan di sekolah dengan kedatangannya bersama Brandon nanti.

'Sekalian saja aku mau lihat reaksi Leah.. Xixixi...' Batin Mora.

...TO BE CONTINUED.. ...

1
Helen Nirawan
keluarga gk beres isshh
Helen Nirawan
penyakit mesti di basmi , isshh
Helen Nirawan
emak gk tau diri , najiss 😡😡
Helen Nirawan
jgn lebay mora , gk bs liat tangan kamu yg pegang , baju kamu lengkap , lama2 ngeselin
gaby
Setuju sm Mora. Mau seberkuasamya Leah dkk, tp kalo di keroyok sluruh murid di sekolah, pastilah kalah. Sayangnya mreka malah jd penonton aja.
gaby
Aq sih ngarep kalo ayahnya Mora & Brandon di kasih tau kalo Mora asli dah mati. Biar rasa penyesalan menghukum mreka berdua. Brandon bersalah karena dia tdk mengulurkan tangan sewaktu tau Mora di rundung. Andreas jelas paling bersalah karena memperlakukan anak kandung secara tdk manusiawi. Terlalu enak kalo mreka ga dpt hukuman jg, ckup hukuman penyesalah seumur hdp karena ketidak pedulian mreka, Mora asli mati.
gaby
Bukannya di bab2 sblmnya Mora dah beberapa kalo merekam aksi perundingan mreka y?? Knp skrg malah harus mencuri ponsel Kyomi??
Helen Nirawan
byan mo bantu mora bla dendam ma mantan ny yg penuh bakteri tuh
Helen Nirawan
mang susah untuk di percaya seh , tp mo gmn itu kenyataan , kamu (Byan)pikir lg blh jelas , cinta mora yg mana ?
Julia Jeans
/Smile/
gaby
Gile, reinkarnasi pembunuh bayaran main jambak2an🤣🤣
gaby
Wah, inikah namanya Pamanku saingan cintaku😅😅
zxyaa!!
Buset
zxyaa!!
bapak nyah pun tolol
lily yerusa
Biasa
nacho
Luar biasa
nacho
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
D̶͔̭̪̻Hͥ̽ͣ̃̔A̷͙ͭͫ̕N̺̻̔̆ͅI̍̅̀̎̊
keren
Aflona Sero
bagus ceritanya
Hikam Sairi
baca
Ratna Jumillah: Selamat membaca kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!