NovelToon NovelToon
Kepingan Puzzle

Kepingan Puzzle

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Khabar

"Lima bersaudara dengan kedua orang tuanya adalah sebuah keluarga bahagia tenang dan damai, ibarat puzzle yang sudah sempurna sudah dipecahkan. Namun, insiden yang mengerikan terjadi, keluarga itu menjadi kelam karena ulah oknum yang jahat.
Tiga potongan puzzle hilang di tumpukan puzzle yang berbeda. Aku Glantea Albar berusaha menemukan tiga potongan puzzle itu. Tapi, takdir berkata lain aku tidak pernah menemukan tiga puzzle itu. Aku memutuskan menggantikan puzzle lain yang bentuknya sama dan jelas tidak pernah bisa sama dengan warna dari puzzle sebelum nya."
Kata Glantea di sebuah alat perekam kakinya mengalami patah karena insiden jatuh dari helikopter. setalah itu ada seorang yang membuka gubuk tua dimana dia berada sekarang lalu tiba-tiba dia bangkit tanpa peduli rasa sakit itu menghampiri seseorang dibalik pintu sambil menangis memegangi tangan orang tersebut "hiks... Hiks... ayahhh..... " Kata itu keluar dengan begitu tulus mengenali orang itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khabar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesal atau Terpikat

Albar merasa kebingungan saat suara lonceng berdentang di koridor sekolah. Tanpa berpikir panjang, dia berlari menuju pintu kelas. Namun, saat akan memasuki kelas, dia terdiam. Pintu kelas sudah tertutup rapat dan di luar jendela, dia melihat seorang guru dikelasnya itu sedang menatap ke arahnya dengan tatapan tajam beliau adalah Mrs. Lestari.

Albar menelan ludah. Dia tahu dia terlambat. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Waktu di WC tadi lebih lama dari yang dia perkirakan. Dia telah mengabari Naranda teman sebangkunya dikelas bahwa dia akan sedikit terlambat masuk kelas, tapi tampaknya pesan itu tidak sampai kepada guru.

Dengan hati yang berat, Albar membuka pintu perlahan untuk masuk ke kelas. Namun, di depan pintu, dia sudah bisa merasakan hawa dingin yang keluar dari dalam ruangan. Mrs. Lestari langsung membukakan pintu dengan ekspresi yang tak ramah.

"Albar, mengapa kau terlambat?" tanya Mrs. Lestari dengan suara yang tajam.

Albar menelan ludah. "Maaf, Bu. Saya ke WC sebentar tadi, tapi waktu saya lebih lama dari yang saya perkirakan."

Mrs. Lestari mendengus. "Kau tahu bahwa kedisiplinan itu penting, Albar. Ini bukan pertama kalinya kau terlambat masuk kelas. Aku sangat kecewa."

Albar merasa kecil di hadapan guru besar itu. Dia berharap dia bisa merubah waktu, bisa kembali dan mempercepat langkahnya ke kelas. Tapi semua sudah terlambat. Mrs. Lestari melanjutkan ceramahnya, membuat Albar semakin terpuruk. Dia mencoba menahan emosinya, tapi rasa tak adil itu terasa begitu menyakitkan. Mengapa guru hanya memperhatikannya? Mengapa dia selalu menjadi target utama?

Mrs. Lestari mengangguk, wajahnya tak berubah serius. "Ini bukan yang pertama kali, Albar. Sudah berkali-kali saya ingatkan kamu tentang pentingnya kedisiplinan. Dan kau masih saja membuat kesalahan yang sama."

Albar merasa napasnya terhenti sejenak. Dia tahu, Mrs. Lestari tidak akan pernah memberinya dispensasi untuknya. "Saya sungguh-sungguh minta maaf, Guru."

"Tidak cukup dengan permintaan maaf, Albar. Kau harus bertanggung jawab atas tindakanmu, sekarang duduk ke tempat dudukmu." Mrs. Lestari menatapnya tajam, membuat Albar merasa seperti diremas ke dalam sebuah lubang hitam tanpa dasar.

Mrs. Lestari melanjutkan, "nanti sepulang sekolah kali ini Saya akan memanggil orangtuamu untuk membicarakan masalah ini. Mereka harus tahu apa yang terjadi di sekolah, kamu selalu membuat masalah."

Albar mengangguk, tak berani melawan. Dia tahu, tak ada gunanya melawan otoritas guru di sekolah itu. Ketika kata memanggil orangtuanya terucap, Albar merasa dunianya hancur. Semua siswa dikelasnya tau bahwa Albar anak panti asuhan yang jelas tidak punya orang tua.

Kelas pun berlanjut dengan Albar yang terus menjadi kambing hitam, padahal kesalahan sederhana itu tidak pernah dilakukan Albar berkali-kali, bahkan kesalahan kecil lainnya selalu menjadi sorotan bagi Mrs. Lestari kalau Albar yang melakukan kesalahan.

Semua siswa dikelas itu tau bahwa Albar adalah anak pintar karena selalu berada di antara 3 rangking dikelas entah itu rangking 1, 2 atau 3 dan tidak pernah mendapatkan peringkat dibawah itu. Kebanyakan guru juga baik kepada Albar yang pintar di kelas walaupun pendiam, tapi entah kenapa cuma Mrs. Lestari yang tidak begitu ramah dengan Albar.

Kelas berakhir dengan penuh kelam bagi Albar, dari sudut matanya, dia melihat Naranda memberinya tatapan penuh dukungan. Teman sebangkunya itu pasti sudah tahu bahwa dia tidak sengaja terlambat. Tapi dia merasa tak berdaya untuk membela diri di hadapan Mrs. Lestari.

Naranda menepuk bahunya dengan lembut. "Kita akan melaluinya bersama, Bar. Jangan khawatir."

"Da, aku benar-benar kesal dengan Mrs. Lestari. Mengapa dia selalu menargetkan aku?" keluh Albar, suaranya penuh dengan kekesalan.

Naranda menggelengkan kepala dengan simpati. "Mungkin dia melihatmu sebagai contoh, Bar. Atau mungkin ada sesuatu yang membuatnya lebih sensitif terhadap tindakanmu."

Seorang siswi duduk di hadapan mereka, matanya tertuju pada Albar yang terlihat sedang dalam keadaan yang sulit. Dengan suara lembut, dia menyapa Albar.

"Albar, kamu baik-baik saja?"

Albar menoleh ke arahnya dengan senyuman lemah. "Iya, Suja. Cuma masalah kecil di kelas tadi."

Suara yang tidak asing lagi di telinganya, siswi itu adalah anak jenius yang lompat kelas dari kelas 3 SMP ke kelas 2 SMA hanya dalam kurun waktu 6 bulan, nama yang tidak asing 'Suja Arbela' dan sekarang satu kelas dengan Albar, anak itu baru saja bergabung beberapa minggu, walapun Albar sempat terkejut ketika anak itu pertama kali muncul sebagai anak baru dikelasnya.

Suja mengangguk, merasa lega melihat Albar masih bisa tersenyum. "Jangan terlalu dipikirkan, Albar. Semua orang pasti pernah mengalami hal seperti itu." Albar mengangguk, tetapi dia merasa ada yang berbeda dalam cara Suja menyapanya hari ini. Dia merasa ada kehangatan khusus dalam tatapan dan suara Suja.

"Tapi serius deh, Mrs. Lestari terlalu keras pada kamu. Dia selalu menargetkanmu."

Albar mengangguk setuju. "Iya, kadang rasanya kayak dia gak suka sama aku. Padahal aku udah berusaha."

Suja menatap Albar dengan penuh simpati. "Aku tahu, Albar. Tapi jangan biarkan itu merusak semangatmu, ya? Kamu hebat, Albar. Banyak yang kagum sama kamu, termasuk juga aku."

Albar terkejut mendengar kata-kata itu. Dia tidak pernah menduga bahwa Suja melihatnya dengan cara seperti itu dan jantungnya yang berdetak sedikit lebih kencang. Dia menundukkan kepalanya tersenyum malu-malu, tidak tahu harus berkata apa. Naranda, yang mendengar percakapan mereka, tidak bisa menahan tawa. "Eh, Suja, kamu kayaknya suka sama Albar ya?"

Tiba-tiba saja muka Suja memerah, berusaha menyangkal. "Ah, gak kok, Naranda. Aku cuma bilang yang sebenarnya."

Albar merasa hangat di dalam hatinya. Dia mengangguk, merasa beruntung memiliki Suja sebagai teman, kebaikan dan dukungan Suja sudah membuatnya merasa lebih kuat dalam menghadapi kesulitan di sekolah. dia juga merasa bersyukur atas dukungan dan perhatian yang diberikan Suja padanya, terlepas dari perasaan cinta diam-diam yang Suja sembunyikan, juga Albar yang tidak tau bahwa apa itu persaan suka.

Saat Suja pergi, Albar tersenyum pada Naranda. "Kayaknya aku punya teman yang luar biasa, ya?"

Naranda mengangguk setuju. "Iya, Suja memang luar biasa, dia anak kecil yang jenius. Kamu beruntung punya teman seperti dia."

Albar, yang masih belum menyadari perasaannya sendiri, tersenyum melihat reaksi keduanya seorang yang menyukai lawan bicara diam-diam dan seorang lagi bodoh dan tidak peka pada perasaannya sendiri.

Mungkin Albar menganggap Baginya, Suja adalah teman yang baik dan perhatian, tanpa menyadari bahwa ada perasaan lebih dari itu di balik kata-kata dan tindakan Suja, dalam sekejap Albar melupakan apa yang sudah terjadi dia tidak lagi merasa keadaan sulit barusan dia alami.

Selang beberapa saat kemudian dia mulai merasa cemas ketika mengingat kata Mrs. Lestari akan memanggil orang tuanya, pikirannya kembali campur aduk dia memikirkan dengan keras siapa yang akan datang setelah dihubungi oleh Mrs Lestari, apakah itu Ibu Ina yang secara tidak langsung menjadi orang tuanya untuk sekarang atau kakaknya Farel yang akan datang.

...֎֎֎...

Suja Arbela : wanita yang pernah muncul di bab 5 Pertemuan Clasic, wanita cantik, jenius, dan masih muda kira-kira sekitar 15 atau 16 tahun umurnya sekarang

1
Lil Moonlight
nangis bombay ni thor, gantian sih ga mau tau 😜😜😜
Lil Moonlight
mengatan? 🤔
Khabar: salah dikit ngak ngaruh
total 1 replies
🍒⃞⃟🦅🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ
semangat nulisnya kak ceritanya bagus 👍👍
Khabar: thanks🙏
total 1 replies
🎀
Awal aja udah sedih
piyo lika pelicia
hedeh 😮‍💨 mengapa harus menyusup jika kamu bisa masuk dengan mudah
piyo lika pelicia: hhhhh 😂
Khabar: Albar be like: apa itu kesetrum, ke sambar petir aja udah /CoolGuy/
total 4 replies
piyo lika pelicia
jangan lah telanjang kau bahaya nanti 😂
piyo lika pelicia
Weh itu bahaya lepasin aja 😫
piyo lika pelicia
adik nya kenapa
piyo lika pelicia
woh belut listrik ya 😦
piyo lika pelicia
ular tikar kah 🤔
piyo lika pelicia
"Sepertinya
piyo lika pelicia
orang yang baik ☺️
piyo lika pelicia
heem sedih yah hidup nya.🙁
piyo lika pelicia
"Iya
piyo lika pelicia
"Bunda
piyo lika pelicia
"Cepatlah
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
"Ahkk.... sial,
piyo lika pelicia
aduy 😫
piyo lika pelicia
semangat kak ☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!