Alisha (22) gadis malang yang dibuang oleh keluarganya sendiri. Awalnya Alisha pasrah akan takdirnya yang mengenaskan. Tapi, tiba-tiba Ansel (27) Miliarder tampan yang datang mengejutkan Alisha dan langsung mengajaknya menikah.
Ansel adalah pria tampan yang sukses membangun perusahaan keluarganya. Ia juga memiliki saham di beberapa perusahaan besar. Ansel dikenal sebagai Miliarder tampan yang sukses. Tak sedikit kaum Hawa yang mengincarnya.
Lalu, bagaimana nasib Alisha, jika Miliarder tampan itu menikahinya? Apakah pernikahan mereka akan dibumbui cinta yang manis atau sebaliknya?
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 17
"Saat jam makan siang nanti, datanglah ke kantor dan bawa makanan untukku," ucap Ansel. Ia menunduk menatap wajah ayu Alisha yang sedang memasangkan dasi untuknya.
"Tidak biasanya," ujar Alisha dengan nada heran. Karena selama ini, Ansel tidak pernah menyuruhnya ke kantor untuk mengantarkan makan siang.
"Mulai hari ini kau harus biasakan itu," sahut Ansel dengan cepat. "Yang paling penting, makanan itu harus kau yang memasaknya," lanjutnya.
Alisha sedikit merapikan dasi suaminya sebelum menyahuti. "Kau ketagihan dengan masakan ku?" tanyanya dengan senyum mengejek. Ia berbalik mengambil jas Ansel yang ia letakkan di atas kasur dan menyerahkannya pada suaminya.
"Memasak untuk suami adalah kewajiban seorang istri," jawab Ansel sambil memasang jasnya.
"Lalu apa tugas pelayan mu jika aku yang memasak?" tanya Alisha.
"Kau hanya akan masak jika aku yang menyuruhmu," jawab Ansel.
Alisha berdehem, "Baiklah. Menu apa untuk makan siang hari ini?"
"Terserah. Apapun yang kau masak, akan ku makan," jawab Ansel. Tangannya menyelipkan rambut Alisha ke belakang telinga.
"Termasuk rumput?"
Ansel berdehem mengiyakan saja. Matanya menatap lurus ke arah Alisha. Tatapan tenang dengan senyum tipis yang tersemat di bibir tipisnya. Tangan beruratnya mengelus surai lembut itu dengan pelan. Pagi ini Alisha sangat cantik, padahal dia belum mandi. Entah setan apa yang merasuki Ansel.
"Jangan menatapku seperti itu," ucap Alisha membuat Ansel berkedip sekali.
"Ini mataku. Aku bebas menatap siapapun," ucap Ansel tak mau kalah.
Alisha berdecak lalu menepis pelan tangan Ansel yang masih bertengger di kepalanya.
"Cepatlah berangkat," usir Alisha. Ia menggantung handuk yang tadi digunakan untuk mengeringkan rambut Ansel.
"Tidak ada morning kiss?" Ansel membuntuti Alisha dan berdiri di belakang istrinya.
"Tidak ada."
Ansel berdecak. Alisha tidak seperti wanita di luaran sana yang suka mencari perhatian padanya. Jika dijabarkan dalam bahasa kasar, Alisha itu selalu jual mahal pada Ansel. Tapi, itulah yang membuat Alisha terlihat berbeda dengan wanita di luar sana. Sebab itu juga Ansel tidak akan pernah melepaskannya. Alisha adalah miliknya sampai kapanpun.
"Kalau dipikir-pikir, kita belum pernah berciuman," ujar Ansel. Ia berdiri di depan Alisha, menghalangi jalan gadis itu.
"Kalau begitu, jangan dipikir," sahut Alisha dengan enteng.
"Kau tidak ingin mencobanya?" tanya Ansel. Kedua alisnya naik turun.
"Tidak!"
"Minggir. Aku ingin mandi dulu." Alisha berusaha menyingkirkan tubuh kekar suaminya.
"Tidak mau. Kalau tidak kiss, aku tidak akan minggir," ujar Ansel. Kini kedua tangannya ditempelkan di dinding mengukung tubuh Alisha.
Kalau tidak ingat ucapan Ansel tempo lalu, Alisha pasti akan memutar matanya setiap mendengar ocehan pria itu.
"Jangan memaksa ku jika kau masih ingin selamat," ancam Alisha dengan wajah serius.
Bukannya takut, Ansel malah terkekeh geli. "Kau mengancam ku, heh? Berani sekali kucing kecil ini," gumamnya di akhir ucapannya.
"Kau tidak mau minggir?" tanya Alisha menantang.
"Kiss dulu!" sahut Ansel memaksa.
Dugh!
"Arggh!"
"Itu kiss dariku!" Alisha langsung lari terbirit-birit menuju kamar mandi. Meninggalkan Ansel yang bertekuk lutut sambil memegang pusakanya yang ditendang Alisha.
"Gadis itu benar-benar!" geram Ansel diiringi ringisan.
Padahal salahnya sendiri. Alisha kan sudah memperingatkannya tadi, jadi itu bukan salah Alisha.
****
Tok tok tok
Suara pintu diketuk dari luar ruangan. Ansel langsung berseru mempersilakan seseorang itu masuk.
"Maaf mengganggu waktu anda, Pak. Saya ingin mengantarkan karyawan baru sesuai yang anda minta tadi," ucap seorang wanita berjas hitam, kemeja putih dan rok span berwarna hitam.
Ansel hanya berdehem sebagai jawaban. Wanita itu langsung pergi setelah berpamitan.
Ansel mengalihkan pandangannya dari lembaran kertas yang ia baca tadi. Matanya langsung bertubrukan dengan iris abu-abu milik karyawan baru yang sedang berdiri tak jauh darinya.
Keningnya mengerut kala mengingat sesuatu.
"Ansel, kita bertemu kembali," ucap Veronica si karyawan baru.
Ansel mengangguk singkat lalu menunjuk kursi yang ada di hadapannya, menyuruh Veronica agar duduk di sana.
"Sebelumnya kau sudah mendatangi manager, kan? Sekarang, aku minta data yang kau bawa," ujar Ansel tetap profesional.
Perempuan dengan rambut kecoklatan itu langsung menyodorkan map berisi data yang dimaksud Ansel. Ia tersenyum melihat Ansel yang begitu fokus membaca dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Terlihat semakin tampan.
"Berikan ini pada manager untuk disimpan. Hari ini kau bisa langsung bekerja," ujar Ansel setelah membaca semua data milik Veronica dan kembali menyerahkan map itu.
"Baik, terimakasih," ucap Veronica.
Bukannya langsung pergi, wanita itu masih berada di sana. Terlihat ragu ingin mengatakan sesuatu.
"Umm... Ansel, bisakah nanti kita makan siang bersama di restoran yang dekat dari sini?" Veronica meminta izin. "Aku ingin kita berbicara di luar jam kantor. Sudah lama sekali kita tidak bertemu, kan?" lanjutnya masih berusaha membujuk Ansel.
Ansel fokus pada tabletnya tanpa melihat lawan bicaranya, tapi, ia tetap menyahut dengan tenang. "Tidak bisa. Aku ada janji," ucap Ansel.
Tentu saja ia tidak lupa dengan Alisha yang akan datang membawakan makan siangnya. Tidak mungkin Ansel akan memilih wanita lain dan melupakan Alisha. Itu bukan prinsipnya.
"Aahh... Benarkah? Kalau begitu, weekend saja. Nanti aku akan mengunjungi kediaman mu, bagaimana? Please..."
"Terserah," jawab Ansel acuh.
Meski Ansel terlihat sangat tidak peduli, Veronica tetap senang saat Ansel mengijinkannya mengunjungi kediaman pria itu. Sudah lama mereka tidak bertemu, dan kali ini Veronica tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya.
Sedikit informasi tentang Veronica. Dia adalah teman dekat Ansel. Teman dekat bukan berarti sahabat, berbeda dengan Lionel dan kawan-kawannya. Dulu, Ansel sering mengikuti lomba bersama Veronica, karena mereka sama-sama pintar waktu sekolah. Hampir tiap tahun mereka mengikuti olimpiade untuk mewakili sekolah mereka.
Jika Ansel ranking satu, maka Veronica ranking dua. Waktu sekolah, mereka adalah primadona atau most wanted di sekolah. Sangat terkenal. Bahkan saat memasuki perguruan tinggi, mereka tetap terkenal, meskipun mereka tidak satu kampus. Perpisahan keduanya dimulai dari kelulusan sekolah, karena mereka tidak masuk jalur universitas yang sama dan berbeda negara.
Veronica bukanlah perempuan yang haus belaian. Waktu sekolah pun, Veronica adalah gadis lugu dan sopan. Banyak laki-laki yang mengejarnya. Tapi, Veronica selalu menolaknya.
Meski dulu Veronica adalah gadis lugu, entah kenapa, Ansel malah tidak suka dan tak nyaman jika berada di sampingnya. Jika bukan karena olimpiade pun, Ansel tidak ingin kenal dengan sosok Veronica ini.
Dan sekarang, entah apa yang dicari Veronica hingga menyebabkan perempuan itu kembali datang. Tapi, Ansel tidak mempermasalahkannya. Selagi tidak mengusik Alisha, Ansel akan diam.
Ansel menghela nafas saat Veronica sudah keluar dari ruangannya. Keberadaan perempuan itu membuatnya sulit bernafas.
Ia melirik jam tangannya. Sebentar lagi jam makan siang akan tiba.
"Kenapa lama sekali?" kesal Ansel sambil menatap jarum jam tangannya yang teras lambat.
***
cha yo
diajak ngomong terus sama perawatnya agar tidak bablas bgtu.
naek ambulan dilarikan dari puskesmas daerah ke r.s. umum kota.
qodarullah, sama kl pas tidak sampai kekuranagn darah
ben kayak ank kucing ku..
orang2 yang keras kemauan sebetulnya.. tp semua dikembalikan lagi kepribadian yg berbeda
bisa ampe tanda tubuh..
ga ad anak.. ga ada yg komen..
ahhhhh..
ga bs lagi..
🤔🤨🤔🤨🤨
7 des 24 # 20.30 cha yo
otak yg pinter jangan ditaruh didengkul demi nafsu..
jadilah elegan untuk yang memang hal yang perlu dipertahankan
ga sok an..
emang pale loe..ga pusing apa, bila ga '' dg yg halal, aneh