Rocky, si anak mami dari keluarga konglomerat, dipaksa menikah dengan Lisa, gadis yang tidak sesuai ekspektasinya.
Kehadiran seorang pengusaha tambang diantara mereka telah menumbuhkan rasa cemburu dihatinya, sehingga dengan segala upaya ia berusaha membuat sang isteri jatuh cinta padanya.
Ikuti kisahnya ; ISTERIKU, CANDUKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Seorang Pekerja Pantas Menerima Upahnya
"Tadi aku diberi ini Bu," Lisa mengeluarkan semua uang tip pemberian Mathias padanya.
"Banyak sekali," Ribka tersenyum, melihat tangan penuh Lisa.
"Diberi Pak Mathias?" tanya Ribka menduga. Lisa langsung mengangguk mengiyakan.
"Buat Ibu saja," ucapnya, seraya menyodorkan semua uang ditangannya pada wanita paruh baya itu.
"Kok buat Ibu, ini kan punya non Lisa?" Ribka mengernyitkan keningnya, heran.
"Kata Mami, tugasku disini hanya belajar, tidak boleh menerima pemberian apapun apalagi dari laki-laki, kecuali makan di restoran ini. Lagi pula Mami sudah memberiku lebih banyak dari ini," kembali menunjukan semua uang kertas ditangannya.
Ribka tertegun mendengar ucapan sang menantu majikannya, sangat berbeda dengan para pegawainya yang lain.
"Pantas saja Nyonya begitu melindunginya, gadis ini begitu patuh, dan juga polos." batinnya terharu.
"Begini saja, simpan saja uang ini Non, nanti saya bicara pada Nyonya." Ribka menekuk jari-jemari Lisa dengan lembut, supaya gadis itu menggenggam erat uang kertasnya.
"T-tapi--" Lisa mengerjap cemas.
"Sudah, jangan takut. Seorang pekerja pantas mendapat upahnya. Non Lisa sudah membuat tamu restoran senang dengan pelayanan restoran kita, sehingga sang tamu mau bermurah hati berbagi rejeki lebih buat Non--" Ribka berusaha memberi pemahaman.
"Kamu pasti berpura-pura kan tidak mau menerima uang pemberian dari laki-laki itu?" terdengar suara bernada cibiran.
Lisa menoleh begitu pula Ribka, menemukan presisi Rocky yang tengah menyandarkan punggung kirinya pada daun pintu sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Laki-laki itu tertawa sinis diambang pintu ruang kerja Ribka, memandang remeh pada isterinya.
Sedari tadi dia memang ada disana begitu Dirly meninggalkannya untuk membayar dikasir.
Melihatnya, hampir saja Ribka hilang kendali. Bayangan sang mantan suami seketika terlintas dalam benaknya melihat tingkah Rocky yang memperlakukan Lisa serupa dengan suaminya dulu memperlakukan dirinya.
"Aku tidak sama dengan wanita-wanitanya Mas Rocky, menerima sembarang uang dari laki-laki yang bukan suami," pungkas Lisa datar.
Ribka menoleh kearah Lisa, melihat sisi berbeda dari gadis yang ia kira begitu polos.
"K-kamu!" Rocky terkesiap, ucapan Lisa sangat menyinggung perasaannya. Laki-laki itu gegas menegakan tubuhnya dari sandaran seraya menurunkan kedua tangannya yang terkepal dengan wajah geram.
"Perkataanku itu benar kan Mas? Bisa jadi wanita-wanita Mas itu juga menerima uang dari banyak laki-laki lain juga selain dari mas Rocky!" lantang Lisa dengan suaranya yang sedikit meninggi.
"Cukup! Siapa yang memberimu izin mengata-ngatai mereka seperti itu?" Rocky menatap tajam dengan intonasi tinggi.
"Status pernikahan kita Mas. Bahkan lebih dari sekedar mengata-ngatai mereka--, mengambil semua yang sudah Mas berikan pada mereka aku berhak! Wanita-wanita Mas itu tidak lebih dari para pengemis!" pekik Lisa terbawa emosi.
Bibir Rocky bergetar dengan wajahnya yang memerah, antara marah, kesal, dan juga malu.
Ribka yang sedari tadi menjadi pemerhati segera mendekati Rocky untuk menengahi, sebelum Rocky kembali melontarkan kata-katanya.
"Mohon maaf nak Rocky. Ini restoran, tidak baik didengar para karyawan saya, apalagi para pengunjung," lerainya. Walau ruang kerjanya cukup terlindungi dari jangkauan orang-orang yang tidak berkepentingan.
"Tapi bu Ribka, si rambut mekar itu berani meninggikan suaranya pada suaminya," protes Rocky dengan telunjuknya yang mengacung lurus kearah Lisa. Semua ucapan tajam Lisa benar-benar membuatnya kebakaran jenggot, terhina, dan tersinggung luar biasa.
"R-rambut mekar?" Ribka terlihat syok mendengar julukan Rocky pada isterinya sendiri.
"Tidak adakah nak Rocky menemukan panggilan sayang yang lebih bagus dari itu?" Ribka terbawa emosi, perlakukan buruk mantan suaminya kembali melintas dan berputar-putar dikepalanya.
"Enyahlah suami ke pa rat!" pekik Ribka marah.
Rocky terkesiap, begitu pula Lisa yang menyaksikannya dari dalam sana.
"Cepat enyah!" usir Ribka kembali memekik, membuat Rocky yang masih dalam mode kaget dan bingung berlari mundur tunggang langgang.
Brugh!
"Agh!" Rocky terjatuh dilantai, terlanggar Dirly yang tergesa-gesa masuk saat mendengar pekikan ibundanya.
"Bunda ada apa?" tanya Dirly yang berusaha bangkit dari jatuhnya, mengabaikan Rocky yang masih tersungkur disebelahnya.
"Bawa pergi suami ke pa rat itu dari sini Dirly!" titah Ribka, masih dengan intonasi tingginya.
Dirly kebingungan, menatap ibunya tak mengerti lalu beralih pada Rocky yang kini berusaha bangkit dari rebahnya.
"Cepat Dirly!" pekik Ribka lagi, tidak memberi kesempatan bagi putranya berfikir banyak.
"B-baik Bun!" Dirly gegas berbalik, menarik Rocky yang menurut dengan wajah takutnya, ini kali pertama Ribka yang ia kenal sangat baik selama ini bersikap seperti itu padanya.
"Ibu Ribka baik-baik saja?" Lisa gegas menghampiri, begitu Dirly dan Rocky sudah tidak terlihat.
"Iya, saya baik-baik saja Non," sahut Ribka kemudian, setelah berhasil mengatur nafasnya yang sempat memburu.
"Sebaiknya bu Ribka istirahat saja," Lisa memapah Ribka masuk keruangan wanita paruh baya itu.
"Non Lisa saja yang istirahat, saya tidak apa-apa. Ingat pesan Nyonya, non Lisa tidak boleh kelelahan. Istirahat dulu baru kembali berkerja," Ribka berbalik menuntun Lisa menuju ruang istirahat yang masih ada dalam area ruang kerjanya.
"Tapi--, bu Ribka sepertinya yang kelelahan?" Lisa memandang cemas wajah pemilik restoran tempat dirinya berkerja.
"Tidak Non, saya benar-benar tidak apa-apa. Percaya sama saya," Ribka tersenyum lembut lalu mendudukan Lisa ditepi pembaringan miliknya.
"Istirahatlah, setelah itu boleh kembali berkerja," selesai mengatakan itu, Ribka gegas beranjak pergi.
Lisa menatap Ribka yang menutup pintu dibelakannya.
"Sepertinya, ada kepahitan dimasa lalu bu Ribka yang masih ia simpan rapat." duga Lisa sambil membaringkan tubuhnya siang itu.
Bersambung...👉