Isteriku, Canduku
"Kita sudah tiba Nona," Pardi membuyarkan lamunan Lisa. Sepanjang perjalanan gadis itu terus meratapi nasib malangnya semenjak ditinggal oleh mendiang ibunya.
Ya, hanya ibunya yang sayang dan begitu perduli padanya. Ayahnya? Pria itu hanya perduli pada isteri keduanya dan kartu-kartu judinya, membuat pria itu harus berhutang pada rentenir dan menjual putri semata wayangnya dari isteri pertama yang sudah berpulang karena tekanan batin rumah tangganya.
Lisa mengangguk pelan lalu menyeka air matanya dengan satu punggung tangannya hingga mengering. Perlahan ia bergeser mendekati pintu, dan menurunkan satu kakinya dengan hati-hati, sementara Pardi menutup pintu mobil dibelakangnya ketika dirinya sudah keluar dari sana.
Bangunan mewah nan megah bak istana berlantai empat dihadapannya, membuat Lisa merasa dirinya yang miskin begitu kecil. Bahkan menjadi seorang pelayan dirumah gedongan itu ia merasa tidak layak.
Lisa mengalihkan pandangannya pada dirinya sendiri. Ia menyentuh pelan rambut ikal bergelombangnya yang tidak pernah bisa rapi walau selama apapun ia menyisirnya.
Pernah suatu ketika mendiang ibunya membeli minyak rambut berbahan minyak Zaitun yang cukup mahal dengan menghabiskan satu celengan tabungan supaya rambutnya tidak mengembang sesuka hatinya kesana kemari. Hanya bertahan hingga dua jam saja, setelah itu kembali mengembang sehingga ia memutuskan untuk selalu mengepangnya setiap hari agar tidak mengganggu aktifitasnya.
Lisa menurunkan pandangannya, memperhatikan gaun yang ia kenakan. Ia tersenyum, walau terasa hambar.
Ini adalah gaun andalan peninggalan mendiang ibunya, warnanya memang sudah terlihat pudar karena dimakan usia dan selalu ia kenakan bila ada hajat penting tetangganya, karena gaun itu saja yang terbaik yang ia punya. Ada sedikit koyakan pada pundak kirinya dan ia menyembunyikannya dengan rambutnya. Ternyata rambut ikal bergelombangnya sangat berguna disaat-saat seperti ini selain sebagai mahkota pada kepalanya.
Dari gaun yang ia kenakan, kini pandangannya turun pada sepasang kakinya yang mengenakan sandal jepit swallow usang, dengan warna merah disebelah kanan dan hijau disebelah kiri.
Seketika pandangan Lisa berkunang-kunang, ia gegas berpegangan pada dinding mobil, tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada didirinya kemudian setelah ini. Ia bak seorang pengemis yang masuk istana raja minta dikasihani.
"Nona baik-baik saja?" tanya Pardi khawatir, ingin memegangi tapi sungkan.
"I-iya, saya baik-baik saja," Lisa mengatur napasnya yang mendadak sesak, entah kejutan apa yang akan ia dapatkan setelah ini.
Gadis itu hanya bisa pasrah diperlakukan apa saja, dan sadar dirinya berada disini sebagai pelunas hutang ayahnya yang hobi berjudi tapi malas berkerja, dan ibu tirinya yang bergaya hidup mewah.
"Nona yakin?" Pardi memastikan, menelisik perempuan yang ia bawa dari pemukiman kumuh dipinggiran kota.
"Iya Pak, saya yakin," sahut Lisa yang sudah bisa menguasai dirinya kembali. Ia berdiri, memandang sendu pada Pardi yang melihat iba padanya.
"Baiklah. Kalau begitu, mari ikutlah dengan saya Nona," Pardi berjalan lebih dulu menuju rumah mewah nan megah dihadapan mereka, sementara dua pria lainnya berjalan dibelakang Lisa yang melangkah sedikit menunduk, tidak berani menegakkan kepalanya.
...***...
"Siapa tuh?" Dirly menunjuk dengan isyarat wajahnya. Tampang pria blasteran itu nampak serius menatap pada satu arah.
Rocky, pria dewasa berpenampilan macho itu mengikuti arah pandangan sahabat sekaligus asisten pribadinya itu.
Tidak jauh dari mobil mereka diparkir, nampak beberapa orang suruhan maminya tengah mempersilahkan seorang wanita turun dari mobil mewah keluarga mereka dengan begitu hormatnya.
"Kenapa tertawa? Apanya yang lucu?" tanya Dirly menatap Rocky dengan raut bingung, ketika sang bos-nya itu terkekeh dengan raut begitu geli tanpa dibuat-buat.
"Itu calon pembantu Mami yang baru, Dir," Rocky kembali tertawa, kali ini tawanya sedikit lebih lebar dan kencang, namun Dirly masih tidak mengerti maksud ucapan bos-nya itu, pria itu menampakan raut bingungnya.
"Apa ada pembantu diperlakukan sebegitu hormatnya dirumah sang majikan bagai seorang putri?" Dirly masih menatap bingung pada perempuan yang berjalan sedikit menunduk, mungkin takut tersandung pikirnya.
"Mami memang paling jago cari pembantu. Seleranya tidak ada duanya," Rocky masih tertawa, dan berusaha menjelaskan apa yang telah membuatnya tertawa dan merasa geli seperti itu.
"Perhatikan alas kakinya," Rocky menunjuk perempuan yang tengah menjadi pembahasan mereka.
Dirly ikut memperhatikan, pandangannya tertuju pada kaki sang perempuan yang mengenakan sandal jepit merek swallow dengan warna tali berbeda.
Entahlah, mungkin saja pasangan sandal jepitnya hilang, lalu memasangkan dengan pasangan warna yang berbeda, Dirly membatin, dan terus memperhatikan dengan perasaan iba, sangat berbeda dengan Rocky yang terus saja tertawa geli disampingnya.
"Tidak perlu dilepas sandalnya Nona, bawa saja masuk," ucap Pardi, orang kepercayaan Marta -- mami Rocky -- kala Lisa melepas sandal bututnya dibawah teras yang bersih, licin, dan mengkilat.
"Kamu tau Dir, saking piawainya Mami memilih pembantu rumah ini, aku pernah diajak temanin kesuatu tempat yang mirip runway, disana ada puluhan wanita cantik, anggun, dan juga gemulai yang berjalan diatas catwalk."
"Aku pikir Mami akan memilih salah satu dari mereka. Ternyata diluar dugaan, Mami memilih seorang perempuan yang terakhir keluar dari tirai dengan gaya cupu. dan kulit yang tidak terawat. Perempuan itu yang Mami pilih," sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan sisa-sisa tawanya yang masih mengudara.
"Kamu tau apa alasannya?"
Dirly ikut menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Rocky yang dilontarkan padanya.
"Supaya Papi tidak selingkuh sama pembantu. Mamikan suka tuh nonton-nonton sinetron yang berkisah majikan pria dan pembantu seksi selingkuh dibelakang," tawa Rocky kembali mengudara membuat Dirly ikut tertawa mendengar alasan sang Mami Rocky yang memang cukup masuk akal.
"Yuk masuk," ajak Rocky setelah keluar dari mobil.
"Lain kali saja, aku lelah. Mau istirahat," sahut Dirly beralasan, padahal dirinya sudah ada janji kencan dengan pacar barunya malam ini.
"Nggak terima penolakan. Kamu makan malam disini saja, sekalian aku mau buktikan tebakanku tadi benar kalau perempuan itu adalah pembantu baru dirumah ini. Biasanya Mami akan mengenalkannya saat makan malam," paksa Rocky.
"Tapi Bos, aku lelah sangat," dengan menampilkan wajah memelasnya.
"Besok pagi-pagi kita ada rapat penting. Jadi aku perlu menyiapkan energiku malam ini dengan tidur yang cukup, please ya bos gantengku," rayu Dirly masih dengan raut memelasnya, berharap bisa meluluhkan hati sang bos.
"Nggak ada tapi-tapian. Ayo masuk," perintah Rocky memaksa.
"Kalau tidak, aku laporin Mami kalau kamu tidak mau makan malam disini. Kamu tau kan gimana Mami kalau sudah marah?" imbuhnya dibumbui ancaman.
"Heuh," Dirly mendesah pelan. Bukan rahasia lagi, kalau si nyonya besar rumah mengomel, semua telinga tidak akan tahan mendengarnya.
"Baiklah," setujunya kemudian dengan nada terpaksa.
"Nah, gitu dong. Kamu memang cocok jadi anak Mamiku," Rocky tersenyum menang, lalu bergegas masuk diikuti Dirly.
Bersambung...👉
Hai Pembaca terhormat, jumpa lagi dengan novel baru Dewi Payang. Mohon dukungannya untuk karya baru ini. Bila berkenan, berikan like, komentar, hadiah, bintang 5, vote untuk penyemangat Author.
Terima kasih sebelumnya atas segala dukungannya🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Delita bae
hadir mangat pagi😁😇💪💪💪🙏
2024-11-04
1
👁Zigur👁
ane ikut nyengir😄
2024-07-17
1
👁Zigur👁
sendal antik. anti maling2 kl soljum😁
2024-07-17
1