Karina Fransiska Arnold tidak pernah menyangka jika dirinya akan dijadikan kambing hitam atas meninggalnya Gloria calon tunangan adik iparnya oleh wanita yang dicintai suaminya. Masyarakat berlomba-lomba mengutuknya dan menghujaninya dengan kalimat-kalimat umpatan dan sumpah serapan. Hingga membuat hidup Karina tidak tenang. Ia meninggalkan kota kelahiran ibunya dan kembali menjadi wanita yang paling dihormati di negaranya.
Kepergian Karina membuat hidup Ocean Dirgantara Gultom berubah 160 derajat.
10 tahun kemudian mereka dipertemukan kembali dalam keadaan tak terduga. Namun, kebencian dari putra-putrinya merupakan penyesalan terbesar kedua yang ia rasakan setelah kehilangan wanita yang selama ini menjadi istrinya.
"Mungkin caraku salah dalam melindungi mu. Tapi, aku sadar menyesal pun tak ada gunanya." Ocean Dirgantara Gultom
"Sejauh apa pun aku bersembunyi. Tapi, takdir justru selalu memihak pada mu." Karina Fransiska Arnold
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Bukannya tersentuh dengan penuturan Karina. Ocean malah menatap Karina dengan tatapan yang sangat tajam hingga membuat bulu kuduk Karina ikut berdiri.
"Aku tidak pernah main-main dengan ucapan ku, Karina. Cukup sepuluh tahun lalu aku bertindak bodoh." kata Ocean sebelum berlalu dari sana.
Karina menatap kepergian Ocean dengan perasaan cemas. Ketakutan yang selama ini mengganggu hati dan pikirannya kembali hadir menghantuinya.
Karina langsung mengejar langkah Ocean keluar dari bandara. Ia yakin Ocean tidak akan main-main dengan ucapannya.
"Ocean! Berhenti!" teriak Karina membuat semua pasang mata kembali menatap kearahnya.
Ocean mengabaikan teriakan Karina. Ia langsung masuk ke dalam mobil Jeep milik perusahannya.
Karina langsung membuka pintu samping pengemudi dan masuk ke dalam Jeep yang dikemudikan oleh Ocean.
"Turun!" bentak Ocean dengan nada yang sedikit geram melihat Karina masuk ke dalam mobilnya.
"Tidak! Aku tidak akan keluar dari mobil mu sebelum menarik kembali kata-kata mu barusan!" teriak Karina dengan tubuh gemetar.
"Aku tidak akan menjilat lidahku sendiri, Karina!" balas Ocean menatap dalam wajah ketakutan Karina.
Ocean menghela napas berat menatap wajah ketakutan mantan istrinya. Ia tahu Karina pasti takut anak-anaknya diambil oleh Ocean. Ocean bukanlah orang sembarangan yang memiliki belas kasihan. Pria itu tidak akan segan-segan melakukan apapun yang ia ingin lakukan. Walaupun harus menyakiti perasaan orang lain sekalipun.
"Kau masih saja lemah seperti dulu. Tidakkah didik keras ayahmu harusnya bisa mengubah mu menjadi lebih kuat lagi di lingkungan yang tidak pernah kau pahami bagaimana keadaan didalamnya."
"Terkadang air yang terlihat tenang juga bisa melukai orang lain." tambah Ocean menatap dalam wajah mantan istrinya.
Karina menatap bingung saat mendengar penuturan mantan suaminya. Karena Karina tidak tahu apa maksud dari mantan suaminya itu.
"Apa maksud mu?" tanya Karina dengan wajah bingung.
Ocean mengabaikan pertanyaan Karina. Ia kemudian mengemudi mobil Jeep nya kearah bandara lain. Ia akan menggunakan jet pribadi miliknya kembali ke Jakarta.
Ocean mengeluarkan ponselnya dan kembali menghubungi Charles.
"Halo, Charles! Apa kau masih di bandara?" tanya Ocean dengan wajah datar.
[Benar, Tuan. Sebentar lagi pesawat akan take off.]
"Tunggu aku! Karena aku juga mau kembali ke Jakarta!"
Meskipun bingung dengan kepulangan Ocean yang terasa sedikit cepat dari jadwal yang sudah ditentukan. Charles langsung mengiyakan perkataan pria itu. Ia takut Ocean mengamuk saat bertanya mengenai kebingungannya disaat yang tidak tepat.
[Baik, Tuan.]
Dua puluh menit kemudian Ocean dan Karina sampai di bandara yang lain. Ocean langsung memarkirkan mobilnya beberapa meter dari jet pribadi miliknya.
Karina dengan cepat mengikuti langkah Ocean keluar dari mobil.
"Ocean... aku ingin ikut kembali ke Jakarta juga." kata Karina dengan wajah terpaksa.
"Cih! aku tidak akan membawa mu bersama ku!" ketus Ocean dengan tegas. Ia masih sangat kesal dengan sikap Karina sebelumnya.
"Apa karena Giselle ada disana hingga kau enggan berada satu pesawat dengan ku? kau ingin menjaga perasaannya?" balas Karina menahan kekesalan di hatinya.
"Kalau iya kenapa? kalau tidak kenapa? aku punya hak mengijinkan mu ataupun tidak mengijinkan mu ikut bersama ku!" sarkas Ocean dengan sinis kembali melanjutkan langkahnya.
"Aku tidak peduli tentang hubungan kalian, sialan!" teriak Karina mengeluarkan isi hatinya dan berhenti beberapa menit di belakang Ocean.
Ocean menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan Karina. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Karina dengan dahi berkerut.
Karina kemudian langsung berlari mendahului Ocean masuk ke dalam jet pribadi milik keluarga Gultom. Saat melihat sebuah celah untuknya masuk ke dalam jet pribadi Gultom. Ia tidak peduli dengan kemarahan mantan suaminya. Yang penting Karina bisa sampai di Jakarta dan mendapatkan lokasi keberadaan anak-anaknya.
Ocean menatap aneh dengan sikap Karina. Namun, ia mengacuhkan tindakan mantan istrinya itu. Yang penting sekarang fokus utamanya adalah menemukan keberadaan anak-anaknya. Ocean melanjutkan langkahnya masuk ke dalam jet pribadi milik keluarga Gultom.
Giselle mendengus kesal saat melihat Karina masuk ke dalam jet pribadi milik Gultom. Ia pikir hanya Ocean seorang yang akan kembali ke Jakarta. Namun diluar dugaannya. Mantan istri pria yang dicintainya juga ikut bersama mereka.
Giselle dengan pedenya melangkah mendekati Ocean dan memeluk lengan pria itu dengan sedikit posesif hingga membuat Ocean risih.
"Jangan bertingkah diluar batas! aku belum memaafkan tindakan mu yang tadi." kata Ocean dengan wajah datar mendorong tubuh Giselle agar menjauh darinya.
Karina mengalihkan pandanganya kearah jendela saat melihat kemesraan kedua orang itu.
Ocean langsung duduk di kursi dan memejamkan kedua matanya mengurangi rasa pusing dikepalainya melihat tingkah Giselle maupun Karina.
Giselle mendengus kesal melihat sikap Ocean yang tak seperti biasanya. Pria itu terlihat semakin acuh dengan keberadaan Giselle.
"Aku harus menyingkirkan wanita itu sebelum Ocean kembali padanya! Aku lelah harus berpura-pura baik di depan mereka." gumam Giselle dalam hati menatap sinis kearah Ocean.
#
#
Disisi lain
Seorang wanita tertawa terbahak-bahak melihat ketiga tawanannya. Setelah bertahun-tahun menanti. Akhirnya rencananya berjalan dengan mulus. Siapapun akan kesulitan menemukan identitas aslinya. Karena Ia menggunakan silikon wajah untuk menutupi wajah aslinya.
Tak beberapa lama ketiga anak Karina tersadar dari obat bius yang mempengaruhi kesadaran mereka. Saat mereka menikmati cemilan dan minuman yang maid sajikan di ruangan tamu. Tiba-tiba mereka merasa mengantuk dan tertidur pulas disembarang tempat tanpa mereka sadari.
"Hey nenek lampir! mengapa kau menculik kami!" ketus Oscar tanpa rasa takut sedikitpun melihat wanita itu memegang sebuah senjata api.
"Nenek lampir!" ulang wanita itu dengan wajah meradang menatap Oscar dengan tatapan membunuhnya.
"Ya! Kau terlihat seperti Nenek lampir yang terlihat sangat jelek!" ketus Oscar berusaha memancing amarah penculik itu sembari melepaskan tali yang mengikat kedua tangannya.
Dor
Dor
Wanita itu langsung menembakkan dua peluru kearah Oscar.
Oscar dengan cepat mengindari tembakan itu. Meskipun usianya masih kecil. Tapi, mereka memiliki bakat ilmu bela diri yang cukup baik. Karena mereka sedari kecil sudah dilatih ilmu bela diri oleh Kakek mereka.
Oscar menatap sinis wanita itu. Ia sama sekali tidak takut melihat tatapan membunuh wanita itu.
"Cih! kau terlalu payah menjadi lawan seorang tuan muda Prince Oscar Arnold seperti ku." kata Oscar meremehkan wanita itu. Oscar sedang berusaha mengulur waktu menunggu kedatangan ibunya. Ia tahu ibunya pasti akan melacak keberadaan mereka menggunakan GPS ponsel yang masih tersimpan rapi di dalam pakaian Ocean kecil.
"Hahahaha."
Wanita itu terbahak-bahak mendengar penuturan Oscar. Ia tidak menyangka kalau Oscar memiliki keberanian untuk melawannya.
Sementara Nica meringkuk ketakutan di dal pelukan Ocean kecil. Ia benar-benar takut mendengar suara tembakan itu. Ocean kecil juga sebenarnya takut. Hanya saja statusnya sebagai kakak membuatnya harus berpikir jernih untuk melindungi adik-adiknya disaat seperti itu.
Disela-sela obrolan Oscar dan wanita itu. Ocean kecil berusia melepas ikatan yang mengikat tangan dan kakinya tanpa sepengetahuan wanita itu.
Setelah ikatannya terlepas. Ocean kecil membantu adiknya melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya.
Nica langsung memeluk tubuh Ocean kecil dengan mata berkaca-kaca.
"Kakak, Nica takut." lirih Nica dengan suara bergetar.
"Nica, jangan takut. Kakak akan melindungi mu." kata Ocean kecil dengan lembut mendekap tubuh bergetar adiknya.
"Dasar bocah sialan!"umpat wanita itu kembali menembakkan satu peluru kearah Oscar.
Dor
"Ah!
ini yg paling sulit kupahami jalan critanya