Suami Kedua Untuk Istriku

         " Sayang.." panggil Stanley.

         " Hmm.."

         " Mama bilang kita bisa sekolah lagi.. Ada sekolah yang bisa menerima kita " ucap Stanley .

.

.

' Sekolah?... jadi aku bisa sekolah lagi? '

.

.

          Reisya benar benar terharu. Ia senang sekali jika ia bisa melanjutkan pendidikannya lagi. Orang tua Stanley ternyata masih peduli nasib mereka agar tidak putus sekolah.

.

.

' Mertuaku memang hebat.. apapun bisa di beli pakai uang...

.

.

          " Tapi kabar buruknya, cuma aku yang bisa sekolah ...Karena kau hamil , mama melarangmu pergi sekolah. Dia tak ingin kehamilanmu terganggu " terang Stanley.

          Baru saja ia bersemangat namun sudah harus di buat kecewa lagi. Reisya tampak cemberut .

         " Tapi tenang saja sayang, kau tetap bisa sekolah . Kadang daring kadang guru yang datang kemari..home schooling " lanjut Stanley sambil tertawa.

       " Iiiiih..kau mengerjai ku ya  "Reisya tersenyum kembali sambil mencubit Stanley yang tertawa tawa.

        " Aku suka melihatmu manyun..hehe.."

       " Kau ini usil sekali "

.

.

.

********

.

.

.

             Sejak itu keduanya melanjutkan pendidikannya lagi, Stanley berangkat pagi dan pulang sore. Dan Reisya belajar secara daring.  Pertemuan mereka mulai berkurang. Kebersamaannya pun cuma sebentar.

           Hanya bertemu saat pagi sarapan bersama dan malam saat makan malam. Dan malam hari mereka memang tidur sekamar , namun Stanley kadang yang sudah terlalu lelah karena sekolah dan les sesudah makan langsung tidur. Mereka jarang bermesraan .

          Tak jarang pula Stanley main dengan  teman teman barunya. Nge mall, ngopi di cafe dan kadang juga pergi ke klub mabuk mabukan. Emang dasarnya , bad boy . Stanley kadang pulang larut malam dalam keadaan mabok. Kebiasaan lamanya mulai kambuh.

          " Sayang...aku mau..." Reisya merindukan Stanley yang sudah cukup lama tenggelam dalam kesibukannya . Hampir 2 minggu lebih Stanley tak menyentuhnya. Padahal awal mereka baikan  dua bulan lalu Stanley begitu menggebu gebu.

          " Besok saja ya sayang...aku capek " ucap Stanley .

          " Sudah 2 minggu sayang...aku ingin.." pinta Reisya.

         " Tapi aku capek sayang..." Reisya mendengus kesal. Ia tidur dengan memunggungi suaminya itu.

         ' Ting '

Sebuah pesan masuk ke hp namun itu bukan notifikasi hp Reisya melainkan hp Stanley. Karena Stanley mengacuhkannya saking ngantuknya , Reisya bangun dan membukanya.

.

' Apa kabar Stan...maaf mengganggumu.. tapi aku benar benar ingin tahu kabarmu '  Shera. Nama yang tertera dan pesan tersebut seketika membuat Reisya marah.

.

" Jadi kau berhubungan dengan Shera lagi? " tanya Reisya dengan suara keras sehingga Stanley langsung membuka matanya.

" Apa sih?"

" Ini apa ?! " Reisya menunjukkan pesan dari Shera tersebut.

" Aku gak ada apa apa sama dia sayang.. tadi kami cuma tidak sengaja bertemu saat di klub " jelas Stanley.

" Jadi karena dia kau tak mau menyentuhku?"

" Bukan begitu sayang..aku memang hanya capek.. " Reisya yang kesal berbalik sambil memeluk gulingnya .

" Sayang... Sumpah aku gak ada apa apa.. kau blokir saja nomor dia kalau tak percaya... sejak menikah aku sudah gak pernah chatan sama dia lagi.." Reisya tetap diam merajuk. " Lihat nih aku blokir nomornya"

Stanley memblokir nomor Shera untuk meyakinkan istrinya kalau ia benar benar  tidak memiliki hubungan spesial dengannya.

" Aku dulu cuma memanfaatkan Shera untuk membuatmu cemburu... "

" Benarkah?" Tanya Reisya sambil berbalik menatap Stanley. Stanley mengangguk .

" Tanya tuh si Alexis, dia ajak aku cari wanita tapi aku milih main sabun kalau gak sama kamu..." Stanley berusaha meyakinkan istrinya itu. " Aku sangat mencintaimu , sayang"

Reisya tersenyum , ia pun kemudian memeluk Stanley dan mengecup bibirnya. Stanley pun membalasnya. Mereka saling memagut cukup lama. Stanley pun akhirnya meneruskan saja cumbuannya.

" Katanya tadi capek.." protes Reisya saat Stanley mulai melucuti pakaiannya.

" Terlanjur bangun , kau yang harus menidurkannya..."

" Hehe... " Reisya tak keberatan. Merekapun akhirnya melakukan aktifitas panas lagi , menumpahkan segenap hasrat dalam gelora. Saling mencintai dan mengisi.

Lenguhan puncak permainan  terdengar bersamaan dengan keluarnya benih Stanley yang menyiram lahan Reisya. Stanley memberi siraman pupuk untuk calon bayi mereka.

" Aku mencintaimu , Reisya"

" Aku juga , sayang "

Stanley mengecup lembut kening Reisya dan membelai rambutnya yang basah keringat.

" Bukankah kehamilanmu sudah mencapai 3 bulan...kenapa sampai sekarang masih belum tampak ? " tanya Stanley yang melihat perut istrinya masih rata. Tak ada tonjolan sedikitpun.

' DEG '

Wajah Reisya tiba tiba memucat. Ia  panik.  Bagaimana tidak? Kebohongannya hampir saja terbongkar. Ia bilang jika ia tengah hamil . Namun sebenarnya tidak. Itu dulu cuma kebohongan yang di buat Reisya agar Stanley mau baikan dengannya.

Hari ini saja ia justru baru saja selesai mendapat tamu bulanan. Baru keramas dan bersuci lalu minta jatah pada Stanley.

Padahal Stanley mengira ia sudah hamil 3 bulan. Ia selalu berkilah sedang tidak mood  jika tamu bulanannya hadir saat Stanley ingin bercinta.

" Perutmu kok belum membesar?... kau juga tidak ada gejala gejala hamil muda... pusing, mual atau muntah ? Perutmu juga masih rata " tanya Stanley heran.

" A..a... I..itu... kondisiku setiap orang kan beda... Ada yang morning sickness ada juga yang tidak.." Reisya berargumen asal. Ia bingung mencari cari alasan.

" Begitu ya....aku tidak tahu banyak soal wanita hamil soalnya.... Hehe..."

Reisya tersenyum hambar. Ia kini takut. Ia benar benar takut jika kebohongannya terbongkar. Kenyataan kalau sebenarnya ia hamil adalah sebuah kebohongan.

Terlebih saat ia mengetahui , kalau kedua orang tua Stanley menerima karena bayinya.

.

.

.

' Mati aku....bagaimana ini... Aku  harus bagaimana sekarang? Aku saja tidak hamil hamil meski sudah sering  melakukannya dengan Stanley... '

.

.

.

Reisya panik . Ia takut sekali kebohongannya terbongkar. Ia benar benar bingung memikirkan jalan keluarnya.

.

.

.

" Sayang.... Sepertinya kita harus bicara..." kata Reisya.

" Hmm.... Bicara apa ...katakan saja..."

" A...a... Itu... Itu..." Reisya nampak ragu ragu saat hendak mengatakannya. Ia takut akan mengecewakan Stanley  jika ia jujur tentang kehamilannya. Padahal hubungan mereka baru saja membaik.

" Katakan saja , sayang... Kau ingin sesuatu?.... Kalau ngidam makanan atau apapun bilang , aku akan mencarikannya .. untuk bayi kita... " Ucap Stanley lembut sambil mengelus perut Reisya.

" N.. Nanti... nanti saja kalau pas ingin " kilah Reisya  gugup. Ia sungguh tak berani berkata jujur karena takut akan merusak semuanya.

.

.

.

.

***********

.

.

.

.

.

.

Saat makan bersama keluarga Stanley suasana yang dulu dingin berubah menjadi hangat. Kedua orang tua Stanley  nampak begitu perhatian pada Reisya.

" Reisya ,  makan yang banyak ya... Kamu harus makan banyak makanan yang bergizi agar bayimu sehat..." kata Sean

" Tadi Mama juga sudah beli susu ibu hamil...Mama tidak tau rasa apa yang kamu suka...jadi Mama beli banyak...ini ada varian coklat , vanila, dan juga madu... " ucap  Nancy pula sambil menunjukkan beberapa kotak susu bumil yang sempat di belinya di supermarket saat pulang kerja.

Reisya tersenyum getir. Ia memaksakan diri tersenyum karena bingung harus bagaimana lagi.

Saat para mertuanya mulai baik padanya, haruskah ia mengutarakan semua kebohongan yang di buatnya.

" Oh iya sayang... Tadi aku juga sudah pesan beberapa barang untuk bayi kita . Aku iseng beli di on line..hehe....Jadi besok kalau paketnya sudah datang kita bisa menata kamar untuk bayinya. Aku pilih warna putih jadi netral mau bayinya nanti jenis kelaminnya perempuan atau laki laki..." tambah Stanley