Maya dan Rangga adalah pasangan suami istri yang menjalin pernikahan karena cinta. Menghabiskan waktu dengan kehangatan dan keharmonisan walaupun tanpa adanya anak. tapi itu hanya 'awalnya' sebelum salah satu dari mereka menemukan cinta lain.
Rangga yang mulai jengah dengan hubungan tanpa tujuan perlahan terkecoh dengan hadirnya sosok baru. Pengganti istrinya yang membutuhkan perhatian lebih dari semua orang karena memiliki tubuh yang rapuh. Sosok baru yang merupakan adik kandung istrinya sendiri.
Setelah Maya tersisihkan dari keluarganya, apa pada akhirnya dia juga terbuang dari hati suaminya? Kembali mengalah pada sosok yang menjadi pemenang di hati semua orang sejak kecil!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SiswantiPutri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
POV RANGGA
Semalaman aku tak bisa tidur, yang ku lakukan hanya menatap seisi kamar dengan perasaan sesak. Bahkan sekarang aku sadar tampilan kamar ini sudah berubah, entah Maya sengaja atau tidak. Tapi sekarang tak ada jejak mantan istriku di kamar ini. Seluruh pakaiannya menghilang, gorden kamar berubah seperti semula saat kami baru membeli rumah ini. Bahkan seprei yang menjadi kesukaannya ikut terganti juga seperti barang yang lainnya.
Benar-benar tak ada jejak mantan istriku yang tertinggal, aroma ruangan ini saja terasa asing. Seolah kami tak pernah kenal sebelumnya. Mungkin Maya sengaja melakukan ini, tak ingin jejaknya tertinggal pada rumah yang pernah menjadikan dirinya terabaikan?
Dan berita itu ikut menghilangkan harapanku bertemu dengannya, bagaimana jika kabar yang beredar pada televisi adalah benar?
Aku mengacak rambut frustasi, terisak pelan saat potongan memori tiba-tiba menghantui. Di mana kebohongan demi kebohongan ku lakukan untuk bermesraan dengan adiknya.
Andai penyesalan datang lebih cepat, mungkin aku tak akan kehilangan Maya. Kehilangan dia dengan cara seperti ini, aku sangat menyesal.
"A--aku mencintaimu." lirihku.
Sekarang bahkan satu fotonya pun aku tak punya, yang tersisa hanya bingkai wajah yang tersimpan apik di dalam otak. Aku menyesal pernah membuang kebersamaan kami di memori ponsel. Aku fikir itu semua tak ada gunanya, dan sekarang karma datang. Setelah aku membuang kenangan itu, Maya sendiri lah yang membuang jejaknya dalam hidupku. Tak tersisa sedikitpun, membuatku tersiksa.
"Dan penyesalan terbesarku karena aku merasa aku gak butuh kamu, berfikir perasaanku padamu sudah menghilang."
Apa yang harus aku lakukan untuk menebus segalanya? Mengambil kesakitan yang selama ini dijalani mantan istriku karena sudah aku acuhkan. Bahkan bermain gila bersama adiknya selama berbulan-bulan.
"Aku harus apa Maya, aku harus apa untuk menebus segalanya? Bagaimana caranya aku menebus dosa-dosaku kalau kamu gak ada?"
Apa aku harus menyusulmu?
Ide gila tiba-tiba melintas, mengambil akal sehat untuk berfikir jernih. Otak ini tak bisa lagi di ajak berfikir lurus, bayangan penyesalan berhasil menggerogoti setiap tarikan nafas. Rasanya sesak, seolah pernafasan dihentikan paksa untuk menarik oksigen.
Sebuah gunting yang ada di atas nakas membuatku terdiam, menatap benda tajam itu dengan lamat kemudian tersenyum lebar. Aku merasa ini adalah hal yang harus dilakukan."
"Aku akan menyusulmu sayang..."
Sedikit lagi aku akan bertemu dengan Maya, aku akan meminta maaf dan berjanji akan setia. Tinggal sedikit lagi, setelah gunting ini menembus nadiku, maka semuanya akan usai, semuanya akan berakhir setelah ini.
"Kita akan bertemu sayang..."
"BERHENTI RANGGA."
"I--Ibu."
SRET!!
Gunting yang ada di tanganku terlepas begitu saja, diambil paksa pada sosok yang kini terduduk dengan wajah khawatir. Untuk sesaat aku tak bisa berfikir lebih lanjut, saraf di tubuhku seolah berhenti. Bersama kinerja otak yang hanya memikirkan Maya setiap saat.
"Sadar Nak, apa yang kamu lakukan? Kamu gak boleh berfikiran sempit. Kalau Ibu dan Ayah gak datang kamu mungkin gak akan selamat. Ada apa denganmu sebenarnya, Nak?"
"Maya..." Aku terisak pelan, dihantui senyum kecewa dari mantan istriku. Bahkan dalam keadaan sadar ekspresi terluka dari Maya muncul memenuhi ruangan kamar. Tertunduk sedih sambil memegang buku deary pemberianku. Aku benar-benar jahat padanya.
"Ibu sudah mendengar berita kecelakaan Maya, itu sebabnya Ibu dan Ayah mencari penerbangan agar bisa menemuimu. Apa berita itu benar, Nak? Apa istrimu yang diberitakan kemarin di dalam televisi? Jawab dengan jujur, Nak."
"Aku mau Maya, bawa Maya ke rumah ini..."
"Sadar, Nak. Jangan bersikap seperti ini. Ibu tau kamu syok, tapi apa berita itu memang benar? Apa istrimu mengakhiri hidupnya dengan pria lain? Apa siaran di televisi itu benar dia?"
"Aku ingin Maya, aku mohon bawa istriku ke sini. Aku ingin meminta maaf, aku mohon Ibu."
"Astaghfirullah, Nak. Ada apa denganmu? Apa yang sebenarnya terjadi? Katakan pada Ibu."
"Tolong bawa Maya ke sini, aku ingin bertemu Maya." air mataku meluruh, tak ada yang bisa ku fikirkan selain bertemu dan meminta maaf pada Maya. Memohon ampun atas apa yang sudah aku lakukan. Aku lalai menjaga jiwa dan raganya saat kami masih berumah tangga.
"Sadar Rangga!!!!"
"Tenang, Yah. Anak kita terpukul. Jangan menekannya lagi. Jangan membuatnya semakin terpuruk dengan membentaknya."
"Tolong bawa Maya ke sini, tolong yakinkan Maya untuk kembali padaku. Tolong yakinkan dia seperti dulu Ibu dan Ayah meyakinkan Maya untuk menerimaku menjadi suaminya, aku mohon bantu aku sekali lagi...."
"Nak..."
"Ibu tolong..."
"Sadar, Nak."
"Ayah tolong..."
"Astaghfirullah, Nak sadar. Ada denganmu? Apa yang terjadi antara kamu dan Maya, Nak!"
"Aku mau Maya, tolong bawa dia ke sini. Aku gak bisa hidup tanpa dia. Aku mohon kembalikan Mayaku, aku mohon bawa dia ke rumah ini. Aku mohon bawa dia ke sini, aku mohon pada kalian, aku gak bisa hidup tanpa dia, aku benar-benar menginginkannya----"
PLAKKK.
"SADAR RANGGA ADITAMA."
Wajah itu menghilang, bersama cairan bening yang terlihat menyentuh lantai. Aku tak tau apa yang terjadi sekarang, yang ku lihat hanya keberadaan Maya yang kini muncul dan langsung mengabur secara berulang-ulang. Senyum itu, tawa itu berubah menjadi tatapan kecewa kemudian menghilang dari pandangan.
Rasa perih pada pipi tak terasa apapun, fikiranku melayang begitu saja. Mengeluarkan penyesalan hingga kini hanya kekosongan yang tertinggal. Aku mencoba memfokuskan pandangan, terhenti pada wajah Ibu yang kini kembali kulihat setelah bertahun-tahun lamanya. Pandanganku kemudian beralih pada Ayah yang terlihat kesal menahan amarah.
"I--Ibu..."
"Iya, Nak? Kamu baik-baik saja sekarang?"
"A--aku, apa Maya benar-benar yang ada di berita itu? Apa istriku yang ada di mobil itu? Menembus pembatas jalan hingga terjun ke aliran sungai? Jawab a---"
"Rangga."
Ucapanku terhenti, menatap pada wajah sang Ayah yang kini terlihat lebih tenang.
"Kamu tidak membuat kesalahan pada istrimu hingga hampir kehilangan akal begini kan?"
DEG.
Kesalahan?
Apa kesalahanku karena acuh pada dia? Atau kesalahan karena tak pulang ke rumah? Atau kesalahan karena berbohong hampir setiap hari? Atau kesalahan karena mengabaikan kesakitan dia? Atau kesalahan karena berselingkuh di belakangnya selama ini?
Kesalahan yang mana?
Apa aku harus menceritakan semua kesalahanku satu persatu pada mereka? Aku tak siap, dan aku juga tak memiliki keberanian mengatakan kesalahan terbesarku hingga Maya menghilang dan memilih pergi. Tapi jika aku bungkam, mereka akan menyalahkan Maya, aku tak ingin Maya disalahkan, aku tak ingin membuatnya bersedih karena keegoisanku.
Mungkin aku memang harus bicara jujur.
POV RANGGA END
Bersambung
Instagram: siswantiputri3
Facebook Siswanti putri
Smoga selamat tp makin panjang nih cerita
berusahalah utk ttp bahagia
keluarga toxic pergi saja maya.
Maya telah bahagia Hidup di kampung perangai mu tidak berubah memaksakan kehendak sehingga sanggup memfitnah Maya , Bukannya berubah tapi sikap mu semakin menjijikkan ,
Aku harap setelah Maya dapat harta warisan maka selamanya Maya dan Rangga tidak bertemu lagi atau pun berjodoh kembali , Jodoh Maya biarlah orang lain jauh dari lingkungan manusia-manusia toksik seperti Naya , Ibu mu dan juga Rangga .