Namanya Adisty, siswi smk yang rajin berjualan kue disekolah, hal itu dilakukan untuk bisa terus bersekolah demi mencapai impian² nya kelak.
Konflik dalam hidupnya kini datang secara tiba², perilaku selama 2 tahun yang dilakukan kaka kelasnya yang bernama Yudi membuat rasa trauma tersendiri dikehidupnya, belum lagi perlakuan keji Leni ibu tirinya dan kaka tirinya Caca.
Sebulan setelah menyelesaikan studinya disekolah, ia langsung memutuskan untuk bekerja, tapi kini masalalu kelamnya kembali dikehidupan nya saat itu juga.
Akankah Adisty siap menerima takdir yang akan ia temui? bagaimana kelanjutan kisahnya?
Yuk simak critanya! jangan lupa dukungan dan suport sebanyak-banyaknya ya !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duka lara
Adisty renata (disty).
Entah apa yang direncanakan tuhan selanjutnya pada kehidupanku saat ini, kuharap impianku nanti akan segera terkabul. mengingat tawaran yang diberikan pak Devan dengan gaji yang lebih besar dan tentu saja aku akan segera membeli rumah sederhana yang akan kutinggali bersama papa dan nenek.
Sejujurnya aku sempat ragu akan tawaran yang diberikan pak Devan sebelumnya, semoga saja ini pilihan yang terbaik untukku. sebelumnya aku juga sudah memberi tahu akan kabar ini terhadap teman kerjaku.
Dan nyatanya mereka juga setuju akan keputusanku yang akan berhenti bekerja di tempat itu, tentu saja aku akan merindukan mereka.
Aku bersyukur mendapatkan teman seperti mereka, aku berdo'a semoga saja kehidupan mereka akan selalu bahagia di manapun mereka berada. terutama untuk Riska, Nadin dan Ika.
Berbeda dengan ke dua teman lelakiku yaitu Ridho dan Ipan, mereka justru merasa sedih saat aku memutuskan resign untuk bekerja di tempat lain.
Flashback.
"Bagaimana tyyy..." Tanya Riska kepadaku.
"Om tampan mengatakan apa tyyy?" Kata Nadin kepo.
"Jadi kalian sudah kenal dengan bapak itu?" Bukannya aku menjawab malah balik bertanya kepada mereka yang ternyata tau pak Devan itu yang mempunyai restoran elite itu dan berbagai anak cabang lainnya.
"Hehe, iya tau." Sahut Riska dan Nadin berbarengan sambil tersenyum getir.
"Astaga kalian ini." Rajukku merasa kesal, selama ini mereka merahasiakan kebenaran tentang pemilik restoran bintang lima itu.
"Hehe... begitulah pak Justin yang menyuruh kami merahasiakannya sampai kau tau sendiri, sama seperti kami dulu ty." Kata Nadin sambil terkekeh kepadaku.
"Jadi bagaimana tyyy?" Tanya Riska penasaran.
"Hmm... jadi begini, pak Devan ingin aku pindah bekerja di kantornya. nyatanya dia pun tau aku membantu pak Justin mengelola laporan keuangan restoran dengan baik, dannn...-
"dia sedang mencari orang yang pandai mengelola laporan keuangan untuk kantornya, aku tak tau kalau bapak itu punya kantor segala." Celetukku merasa tidak enak hati menyampaikan hal itu.
"Astaga beneran!" Kaget Nadin.
Aku pun mengganguk menandakan bahwa itu benar.
"Dari informasi di berita waktu lalu, setahuku pak Devan itu mempunyai putra yang sangat tampan yang dulu menjadi primadona di sekolahnya, kudengar dia bersekolah di sekolahmu dahulu tyyy." Kata Nadin kembali sambil menghayal.
"Memangnya siapa?" Sahutku yang memang jarang melihat berita di TV karena sibuk akan keseharianku, namun hatiku bertanya-tanya.
"Wah itu rejekimu ty, kenapa tidak? kalau aku juga mau." Potong Riska.
"Benar ris, gajinya pasti lebih besar, bodoh kalau tidak diambil, kau ambilkan tawarannya ty?" Tanya Nadin menimpali sekaligus merasa senang.
Aku mengangguk kembali menandakan bahwa aku mengambil tawaran pak Devan sebelumnya.
"Tapi aku sedih akan meninggalkan kalian." Lirihku kepada mereka.
"Untuk apa bersedih ty, sebagai teman yang baik kami akan selalu mendukungmu." Celetuk Ika yang entah sejak kapan datang menghampiri, padahal sebelumnya dia ditugaskan untuk mencuci piring di dapur restoran.
"Benar kata Ika, jangan bersedih begitu." Ketus Riska mendekatiku lalu memelukku layaknya teman baik.
"Aku bersyukur mempunyai teman² seperti kalian, aku akan merindukan kalian, kalian semangat kerjanya ya!" Balasku kepada mereka dan entah mengapa aku terharu akan sikap baik ke tiga teman perempuanku ini.
"Tentu saja, kami juga akan merindukanmu." Jawab mereka serempak yang tau sifat wanita cantik itu.
"btw jangan lupa ambil juga tawaran tanteku yang membutuhkan seseorang yang cantik sepertimu ty." Sahut Nadin kembali kepadaku.
Kami berempat saling berpelukan seperti teman baik yang akan selalu mengingat kenangan suka duka di tempat itu.
Bagaimana rasanya menghadapi costumer yang selalu ramai dan tidak sabaran, menyiapkan hidangan pesanan dengan cara tergesa-gesa baik secara bergantian maupun individu dan berbagai hal lainnya.
Tak lupa juga setelahnya aku juga sudah menemui Ridho dan Ipan untuk pamit resign dari restoran mewah tersebut, begitu juga dengan pak Justin.
Hari itu pak Justin menyuruhku untuk pulang cepat, sungguh mulia hati pak Justin yang sengaja menyuruhku untuk menyiapkan semuanya akan tawaran yang diberikan oleh pak Devan sebelumnya.
Flesh now.
🐬🐬🐬,,
"Papa, nenek,, untuk sementara aku akan mengontrak di kota." Kataku kepada papa dan nenek.
"Tapi nakkk, alasanmu melakukan itu apa? nenek takut nak, Leni dan Caca semakin semena-mena dan selalu memberikan ancaman terhadap kami." Celetuk nenek sambil berkaca-kaca menahan tangisnya.
"Nak apakah kau akan meninggalkan papa dan nenek? uhuk..." Kata papa sambil terbatuk.
"Ini semua demi kebaikan papa dan nenek, percayalah padaku." Jawabku ke papa sambil memeluk dirinya yang sedang sakit kemudian menatap nenek.
"Aku tidak akan meninggalkan kalian, hanya untuk sementara, kalian tenang saja dan jangan pernah berpikir begitu." Lirihku dalam hati, satu bulir bening menetes di pipiku, "ini demi kalian."
"Oh ya, papa dan nenek tenang saja, aku sudah bilang akan selalu mengirim uang untuk ibu Leni dan kak Caca setiap bulannya, agar mereka tak menyakiti papa dan nenek, aku berjanji." Kataku kembali menyakinkan papa dan nenek.
"Nakkk..." Nenek menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yakinlah..." Sahutku sambil menganggukkan kepala ke bawah.
"Jaga dirimu nak." Kata papa dan nenek menatapku penuh duka lara.
"Setiap satu minggu sekali aku akan kembali, baiklah aku pergi paaa... nek, do'a kan aku." Sahutku kepada nenek, begitu pilu hatiku saat ini meninggalkan mereka.
.
.
Sementara di lantai bawa di ruang tamu, terlihat Leni dan Caca terlihat senang akan kepergian Adisty dari rumah itu.
"Haha... dasar wanita bodoh." Kata Leni menatap kepergian Adisty meninggalkan rumah itu.
"Lumayan my, sesuai persyaratan yang dikatakannya, jadi aku tak perlu capek² bekerja lagi." Ketus Caca.
"Perempuan menjijikkan itu bisa kita manfaatkan, tapi mommy tidak yakin katanya dia akan bekerja di kantor, mana mungkin." Potong Leni.
"Akal-akalannya saja my, mungkin aku rasa dia menjadi pelacur di luaran sana, hahaha..." Tawa Caca.
"Kau benar sayang." Sahut Leni.
...BERSAMBUNG,...
Update nya jangan terlalu lama ya Thor...