Seorang Nona Muda tiba-tiba terbangun dalam tubuh anak seorang pembantu dan sopir. Langsung menghabiskan satu malam dengan seorang tuan muda yang membuatnya dikejar-kejar oleh pria itu.
Dari anak pembantu yang biasanya tidak tahu apa-apa dan hanya menurut saja jika disuruh, tiba-tiba berubah menjadi sangat arogan dan sulit dikendalikan.
Kepintaran dan kecerdikannya membuat para majikannya harus memutar otak untuk menghadapi perempuan yang tiba-tiba mengancam posisi dan bisnis mereka.
"Kita harus melakukan sesuatu Bu, atau perempuan itu akan melindas kita semua!"
Semua orang panik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Asisten Vanessa
Vanessa keluar dari lift dan berjalan ke arah parkiran dan menaiki sebuah mobil listrik yang telah Ia menangkan di kompetisi game.
Perempuan itu menyalakan mesinnya dengan wajah yang begitu tenang lalu mengecek penampilannya di kaca spion mobil, dia memperbaiki kacamatanya dan hendak memundurkan mobil keluar dari parkiran ketika pintu di sebelahnya tiba-tiba saja terbuka lalu seorang pria dengan cepat duduk di samping Vanessa.
"Apa yang kau lakukan sekarang?" Tanya Vanessa tidak senang dengan kedatangan pria itu, dia adalah Iwan.
Meski mereka telah menghabiskan malam yang begitu hangat bersama, namun dia tidak memiliki niatan untuk membuat pria itu mengikutinya, terutama ke kompetisi tersebut.
"Betapa sedihnya aku kau berkata seperti itu, aku pikir malam yang hangat kemarin akan berlanjut selama-lamanya. Selain itu, aku cukup bertanggung jawab untuk malam yang kita lalui kemarin malam, tentu saja ke depannya aku juga akan bertanggung jawab menghangatkan ranjangmu," kata Iwan dengan suara yang tenang sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Vanessa.
Vanessa tercengang, pria di depannya ini benar-benar luar biasa!
Seorang pria yang disegani banyak orang berkata akan bertanggung jawab menghangatkan ranjangnya?
Lelucon macam apa ini?
Vanessa menghembuskan nafasnya dengan panjang dan sedikit kasar lalu menatap pria di sampingnya sambil berbicara dengan suara yang dipaksakan terdengar tenang, "Aku harus pergi bekerja, bukan untuk bermain-main, jadi kumohon segera turun dari mobil ini atau--"
"Jangan khawatir, Hari ini aku akan menjadi asistenmu," ucap Iwan sambil mengangkat tanda pengenalnya yang langsung membuat Vanessa melepaskan kacamata hitamnya.
Vanessa melihat tanda pengenal yang ada di tangan Iwan, itu adalah tanda pengenal dari kompetisi yang sedang ia ikuti, dan jelas-jelas di sana tertulis posisi Iwan sebagai asisten Vanessa.
"Bagaimana kau?" Vanessa mengerutkan keningnya sebelum berbalik menggertakkan giginya, tentu saja pria di sampingnya ini bisa melakukannya.
Jadi Vanessa tidak bisa berkata apa-apa lagi, Dia segera melajukan mobil meninggalkan hotel dan menuju ke tempat kompetisi akan berlangsung.
Dalam perjalanan, Vanessa tidak tahan untuk bertanya, "bukan kedua hari yang lalu saat kita berteleponan, kau masih di Indonesia kemarin kenapa Langsung tiba di Jepang pada tengah malamnya?"
Vanessa merasa heran bahwa pria di sampingnya ini tiba-tiba berada di Jepang, dan dia tidak bisa memikirkan bahwa pria itu melakukannya karena ingin menemuinya sehingga dia ingin memperjelas masalah tersebut.
"aku sudah berencana dari beberapa waktu yang lalu untuk menyusulmu ke Jepang dan memiliki tiket hari itu juga. Aku langsung ke bandara setelah membantu ibu mencuci piring kotor di warungnya. 10 jam ternyata sangat lama, tapi untungnya kita bisa bertemu di lobby hotel saat aku memang sengaja menunggumu di sana setelah mendapat informasi kau pergi bersama teman-temanmu sampai larut malam malam," jawab Iwan dengan acuh Tak acuh, tetapi jawaban tersebut malah membuat Vanessa tercengang.
Orang seperti ini mencuci piring?
Bahkan mencuci piring di sebuah warung kecil yang tentunya tidak sepadan dengan perusahaan yang dikelola oleh pria itu!
Saking tercengangnya Vanessa membuat perempuan itu tidak mengatakan apapun lagi, dia hanya fokus menyetir ke tempat tujuannya.
Hari ini adalah hari terakhir kompetisi itu, hanya 4 tim tersisa yang akan memperebutkan juara 1, 2 dan 3 serta juara harapan 1.
Dengan cepat mobil akhirnya tiba di tempat tujuan mereka, dan kedua orang itu turun dari mobil memasuki gedung.
Sebagai seorang asisten hari itu, Iwan dengan cepat mengambil barang bawaan Vanessa dan membiarkan Vanessa melangkah dengan ringan memasuki gedung sementara dia membawa barang-barang Vanessa.
Mereka memasuki lift dan tiba di lantai tujuan, setelah memasuki tempat acara, semua orang terkejut bahwa Vanessa yang selama ini selalu datang sendirian tiba-tiba saja di belakangnya mengikut seorang pria.
Apalagi, itu bukan pria sembarangan, pria tampan dengan perawakan tinggi, kulit yang putih dan sepasang mata yang hitam pekat dengan ketenangan yang tak menggambarkan emosi apapun.
Hidung yang mancung dan bibir yang tipis didukung garis rahang yang tegas membuat pria itu langsung menarik perhatian semua orang dalam ruangan.
Lagi pula, pembawaan pria itu sama sekali tidak cocok untuk menjadi seorang asisten, lebih cocok menjadi pemimpin!
Vanessa menghela nafas, tentu saja dia tahu kemana tatapan orang-orang, namun dia tidak terlalu memperdulikannya dan langsung duduk di salah satu kursi kosong diikuti oleh Iwan duduk di samping Vanessa.
"Perkenalkan dia Iwan, asistenku hari ini," kata Vanessa dengan kikuk menggunakan bahasa Jepang.
Seorang perempuan yang berasal dari Jepang langsung mendekati Vanessa, kebetulan mereka berdua satu tim, "dia asistenmu? Bagaimana bisa Asisten setampan,,, ini? Dan kenapa kau baru datang hari ini?" Tanya Himoko menatap Iwan dengan mata berbinar-binar, Tentu saja dia langsung terpesona akan ketampanan pria itu.
Tetapi Iwan sama sekali tidak memperdulikannya, pria itu tampak seperti patung, tetapannya hanya tertuju ke wajah Vanessa seolah-olah dia adalah robot yang dikunci untuk hanya memberikan perhatiannya pada Vanessa.
Hal itu membuat Himoko sedikit kecewa namun dia berusaha mengukir sebuah senyuman di wajahnya, "apa dia tidak mengerti bahasa Jepang?" Tanya Himoko pada Vanessa.
"Aku juga tidak tahu," ucap Vanessa sambil mengangkat kedua bahunya, dia memang tidak tahu.
"Apa?" Himoko kebingungan, Bagaimana bisa Vanessa sendiri tidak tahu apakah asistennya bisa berbahasa Jepang atau tidak.
Meski begitu, Himoko menggelengkan kepalanya dan segera menyadarkan dirinya, lalu dia kembali menatap Iwan sambil berbicara dalam bahasa Indonesia, "Sudah beberapa hari acara di sini berlangsung, Kenapa kau baru datang menemani Vanessa? Seandainya kau datang lebih awal, semua orang di sini pasti sangat bersemangat karena ada pria tampan yang bersama-sama dengan kami."
Iwan mendengar Himoko berbicara, tetapi tatapannya masih tertuju ke wajah Vanessa, dia seolah-olah memberikan bukti pada Vanessa bahwa dia hanya memandang satu orang saja yang telah memikat hatinya, yaitu Vanessa.
Seraya terus memandang Vanessa dengan raut muka yang setenang permukaan air yang tidak bisa diselami, Iwan berbicara pada Himoko, "Bisakah kau diam?"
Ucapan Iwan membuat wajah Himoko menjadi begitu gelap, meski Iwan berbicara dalam bahasa Indonesia, namun Himoko tahu bahwa beberapa orang di tempat itu bisa berbahasa Indonesia sehingga dia sedikit malu.
Himoko dengan kikuk berkata, "Sepertinya kalian berdua tidak bisa diganggu, kalau begitu aku akan menunggumu di sana ya."
Setelah berbicara demikian, Himoko tidak menunggu jawaban dari Vanessa dan dia langsung bergegas pergi dari sana dengan muka memerah.
Vanessa berbalik menatap Iwan, lamun dia tak menyadari bahwa ternyata Iwan menatapnya terlalu dekat hingga akhirnya hidung mancung keduanya bersentuhan secara halus.
Sentuhan itu menggelitik Iwan, sehingga Iwan dengan cepat mengukir sebuah senyuman di wajahnya membuat Vanessa semakin terkejut.
"Kau!" Vanessa menggerakkan giginya sebelum membuang muka dan lanjut berkata, "jaga jarak dariku! Dan jangan mencarikan ku masalah!"
Setelah berbicara demikian, Vanessa pun berdiri meninggalkan Iwan, dia langsung bergabung dengan teman-temannya, sementara Iwan masih terus menatap ke arah Vanessa.
Beberapa saat kemudian, Iwan tersenyum sebelum mengalihkan pandangannya dari Vanessa dan langsung mengambil ponsel dari sakunya.
Sebuah pesan baru saja masuk, itu berasal dari asistennya yang ingin mengkonfirmasi sebuah berkas sehingga Iwan dengan tenang memeriksa berkas melalui ponselnya.
Sementara dari pintu, saat itu Heriyani bersama manajernya Baru saja datang, namun Heriyani menghentikan langkahnya hingga sang Manager hampir saja menabrak punggung kecil Heriyani.
"Ada apa?" Tanya sang Manager.
"Kenapa dia di sini?" Heriyani menelan air liur nya, Dia sangat takut pada pria itu, tubuhnya seketika gemetar dan keringat dingin membasahi punggungnya.
Dia masih mengingat dengan jelas ketika Iwan memberikan perintah pada bawahnya untuk merusak wajah Heriyani.
Itu adalah momen paling menakutkan dalam hidupnya, dan yang lebih membuatnya gemetar ialah ketika mengingat keluarganya bahkan tidak berdaya untuk menuntut apa yang telah dilakukan oleh Iwan padanya.
Seolah-olah pria itu memegang kembali atas keluarga mereka sehingga dia dan keluarganya harus patuh pada pria itu dan tidak boleh menyinggungnya sedikitpun.
"Siapa yang kau maksud?" Sang Manager yang berada di samping Vanessa bertanya, dia sama sekali tidak mengetahui adanya hubungan buruk antara Heriyani dengan Iwan.
"Aku akan ke toilet sebentar," ucap Heriyani langsung meninggalkan tempat itu, dia perlu waktu untuk menenangkan diri.