NovelToon NovelToon
Sakit, Dituduh Selingkuh

Sakit, Dituduh Selingkuh

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ludia Tola

Pertemuan dianggap sebagai takdir dalam menjalani kehidupan berumah tangga, namun rasa sakit hati yang ditorehkan setiap saat karena dituduh selingkuh secara perlahan mengubah rasa cinta membeku. Kesabaran ada batasnya. Sampai di manakah batas kesabaran yang miliki oleh tokoh yang berperan sebagai istri (Naya)?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ludia Tola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Nifas

Saat ini Naya sedang menjalani masa nifas namun sikap suaminya sangat tidak terpuji. Robin tidak sabar dan selalu meminta jatah yang seharusnya belum boleh dilakukan karena istrinya belum benar-benar pulih.

Pagi tadi Ibu Sara pulang ke kampung karena sudah waktunya untuk turun lagi ke sawah. Berat rasanya untuk meninggalkan anak dan cucunya yang masih sangat membutuhkan perhatiannya tapi apa boleh buat, tuntutan hidup memaksakan ia untuk segera pulang.

Robin sangat senang senang kepulangan ibu mertuanya karena sudah bebas untuk bisa berduaan dengan istrinya di kamar. Selama ibu mertua ada, Robin tidak bisa melakukan apa-apa karena ibu mertua selalu tidur di kamar mereka dan mengurus cucunya jika terbangun di malam hari.

"Boleh 'kan? Mas udah nggak tahan, nih!" bujuk Robin dengan sedikit memaksa.

"Sabarlah Mas, tinggal satu minggu lagi masa nifas akan berlalu!" sahut Naya memelas.

"Tapi kamu udah sehat Sayang," kata Robin lagi.

"Saya takut Mas, nanti berisiko tinggi," Naya menolak kemauan suaminya karena masih ada rasa nyeri yang kadang-kadang muncul di bagian jalan lahir.

Robin sangat kecewa dengan penolakan istrinya. Ia keluar dari kamar dan membanting pintu dengan keras membuat Rona terbangun dan menangis histeris.

Naya segera menggendong bayinya namun tangis bayi itu tidak berhenti bahkan ia tidak mau menyusu sehingga Naya melakukan berbagai cara untuk menenangkannya.

Tak lama kemudian ibu mertuanya muncul di pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Kenapa dengan cucuku?" tanya Ibu Sara dengan panik.

"Nggak tahu juga, Bu," sahut Naya berusaha untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi.

Ibu Sara segera meraih cucunya yang masih menangis dari gendongan Naya lalu membawanya ke ruang tengah.

Naya pun ikut di belakang dengan perasaan kesal dan marah terhadap suaminya. Ia mengedarkan pandangan ke berbagai tempat untuk mencari keberadaan suaminya tapi ternyata tidak ada.

Tadi Robin keluar, mungkin ia ingin mencari angin di luar karena kecewa terhadap istrinya.

Tangis Rona semakin kencang saja seperti orang yang sedang ketakutan. Ibu Noni sampai takut dan keringatan.

Bapak mertua yang berada di kamar juga merasa terganggu dengan suara tangisan Rona. Ia lalu keluar dan menghampiri mereka.

"Sepertinya anak ini sedang ketakutan," kata Pak Melki sambil meniup pucuk kepala cucunya.

Bersamaan dengan itu Robin muncul di pintu dengan gugup. Naya meliriknya dengan tatapan penuh kemarahan dan hal itu makin membuat Robin salah tingkah.

"Kamu dari mana aja? Lihat ini anakmu dari tadi menangis terus!" seru Ibu Noni.

"Pulang beli rokok, Bu," jawab Robin berbohong.

Tadi Robin keluar namun ia harus berhenti di depan rumah karena mendengar tangis anaknya akibat dari suara pintu yang dibantingnya dengan keras.Ia merasa sangat bersalah.

Sekali lagi Pak Melki meniup pucuk kepala cucunya dan seketika itu juga Rona terdiam membuat mereka jadi lega.

Ibu Noni masih mendekap cucunya itu dan menimang dengan pelan hingga anak itu kembali tertidur lalu menyerahkan kepada ibunya.

Naya membawa Rona kembali ke kamar dan membaringkan di tempatnya semula dan setelah memastikan bahwa bayinya sudah tidur pulas ia pun ikut berbaring tanpa menghiraukan suaminya yang juga sudah berada di kamar.

Ia menarik selimut dan menutup hingga bagian kepala lalu tidur memunggungi suaminya yang sudah ikut berbaring di tempat tidur. Sebenarnya ia merasa sangat tersiksa dalam posisi seperti itu karena agak sulit untuk bernafas namun rasa kesal dan marah membuatnya bertahan, bahkan ia harus berpura-pura mengeluarkan suara ngorok yang dibuat-buat untuk meyakinkan suaminya bahwa dirinya sudah tidur.

Robin juga sudah tidak berani lagi untuk bersuara karena trauma mendengar suara tangis anaknya tadi hingga ia pun tertidur setelah mendengar suara dengkuran istrinya.

Tak lama kemudian suara dengkuran Robin pun terdengar secara teratur membuat Naya lega. Perlahan ia membuka selimut tebal yang yang menutupi bagian kepala dan menghembuskan nafas secara perlahan.

Udara dingin di malam hari menerpa wajahnya membawa kesejukan.

Pikiran Naya mulai mengembara mengingat semua perlakuan kasar suaminya. Bukan hanya dirinya yang tersakiti melainkan juga buah cinta mereka. Sejenak ia melirik ke arah bayinya yang sudah tertidur. Ada rasa iba menyusup ke hati membuat air matanya mengalir.

Naya memeluk Rona dengan erat dan menciumnya dengan lembut.

Malam itu mata Naya sulit untuk terpejam sehingga ia mengambil posisi duduk sambil menggendong bayinya hingga dini hari.

Perlahan ia menidurkan Rona lalu ia pun berbaring di sisinya sambil mendekap bayi tersebut. Rasa kantuk juga sudah menyerangnya namun baru saja ia hendak tertidur tiba-tiba ia merasakan tangan kekar suaminya menyusup ke dalam dadanya dan meremas gundukan dengan penuh gairah.

"Tolong jangan lakukan, Mas!" pinta Naya dengan penuh harap.

Robin tidak merespon ucapan istrinya, tangan sebelahnya bahkan sudah berpindah tempat. Naya mulai menggigil dan terisak menahan rasa perih dalam hati.

"Tega kamu, Mas... lihatlah ASI mulai menetes membasahi bajuku!" ucap Naya sambil terisak.

"Tenanglah, nggak lama kok, Mas udah nggak mampu bersabar lagi!" ujar Robin dengan nafas tersengal.

"Tapi saya masih sakit, Mas," bantah Naya.

"Kalau kamu tetap menolak maka jangan salahkan Mas kalau terpaksa Mas mencari pelampiasan di luar sana!" ancam Robin.

Naya seketika bungkam mendengar ucapan suaminya. Ia tidak sanggup membayangkan apabila Robin sampai bersetubuh dengan perempuan lain.

Melihat istrinya yang tidak bersuara lagi maka ia pun melancarkan aksinya. TIdak peduli dengan keadaan istrinya yang belum pulih dan masih menjalani masa nifas. Ia seperti orang yang kelaparan.

Bagian sensitif Naya terasa nyeri dan hatinya pun terluka namun tidak ada hal yang bisa dilakukan kecuali meratapi nasib. Ia masih saja terlentang dan tidak mampu untuk bangun.

Sementara itu Robin duduk di lantai sambil mengisap sebatang rokok setelah membersihkan dirinya di kamar mandi.

Usai menghabiskan sebatang rokok ia kembali naik ke tempat tidur hendak berbaring namun niatnya diurungkan karena melihat banyak darah yang merembes di seprei dan juga selimut.

"Astaga! Naya, apa kamu baik-baik saja?" tanya Robin dengan panik.

Ia semakin panik dan takut karena istrinya tidak bergeming dan wajahnya sangat pucat. Disentuhnya kening istrinya menggunakan punggung tangan dan terasa sangat dingin begitu juga dengan tangan dan kakinya. Rupanya Naya pingsan.

Robin segera keluar dan mendatangi kamar orang tuanya lalu mengetuk dengan kencang membuat ayah dan ibunya kaget setengah mati karena lagi tertidur nyenyak.

"Ada apa?"

"Naya pingsan,"

Pak Melki dan Ibu Noni segera mengikuti Robin masuk ke kamar dan alangkah terkejutnya mereka ketika melihat keadaan anak mantunya.

"Apa yang terjadi? Kenapa ada banyak darah?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!