NovelToon NovelToon
Mutiara Hitam

Mutiara Hitam

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikah Kontrak
Popularitas:936.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: syitahfadilah

Seringkali hal-hal yang menakjubkan berada di tempat yang dipandang sebelah mata. Layaknya mutiara hitam, kecantikannya tersembunyi di dalam kerang yang kumuh.
__________________________________________
"Orang-orang hanya tahu dengan namaku. Menghinaku karena pekerjaanku. Tapi, mereka tidak pernah tahu dengan cerita hidupku."~~~ Ara, gadis berusia 25 tahun itu diberi julukan mutiara hitam oleh warga sekitar tempat tinggalnya karena bekerja disebuah club malam.

Hingga suatu hari, karena insiden kecil membawa Ara kedalam hubungan pernikahan kontrak dengan laki-laki yang bernama Reynan, dengan kata terpaksa. Ara membutuhkan uang untuk biaya operasi ibunya. Sedangkan Reynan membutuhkan istri untuk memenuhi syarat hak waris perusahaan keluarganya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23. BERISTIRAHATLAH DENGAN TENANG RANIA KU

"Sayang, gak mampir dulu nih?" Usai melepas seat belt nya, Sherly langsung bergelayut manja di lengan Rey.

"Lain kali aja ya, aku harus cari Ara dulu. Mama bisa curiga kalau aku pulang gak bareng dia." Ujar Rey sembari mencoba melepas rangkulan Sherly, tapi kekasihnya itu semakin merangkulnya erat.

"Buat apa car dia sih? Palingan dia juga udah pulang!" Gerutu Sherly dengan wajah kesalnya.

"Dia gak mungkin pulang, tadi aja dia minta diturunkan di jalan, katanya mau ke rumah temannya." Kata Rey, dengan sedikit paksaan ia akhirnya bisa melepas rangkulan Sherly di lengannya.

"Kamu masuk ya istirahat, besok ada pemotretan, kan?" Rey melembutkan suaranya sembari mengusap rambut kekasihnya itu. Ia sadar perbuatannya tadi telah membuat kekasihnya itu marah, tapi untuk saat ini saja ia tidak ingin perduli karena benar-benar harus mencari Ara.

Sherly berdecak kesal, kemudian turun dari mobil. Lagi lagi Ara, apa sepenting itu dia sehingga Rey harus mencarinya. Padahal Rey bisa saja membuat alasan lain jika tidak pulang bareng Ara, tapi Rey tetap memilih untuk mencari wanita itu.

Setelah Sherly turun, Rey gegas melajukan mobilnya tanpa menunggu Sherly masuk ke dalam apartemen seperti biasanya. Dan lagi, Sherly benar-benar dibuat kesal akan hal itu. Sekarang ia mulai cemas akan sikap Rey terhadap Ara.

Sepanjang jalan Rey tampak kebingungan, tidak tahu harus mencari Ara kemana. Nomor telepon Ara ia tidak punya, rumah temannya ia juga tidak tahu. Ia yakin Ara belum pulang dan juga tidak mungkin pulang ke rumahnya sendiri mengingat pernikahan kontrak mereka belum berjalan satu bulan. Ke rumah orang tua pura-puranya pun tidak mungkin, Ara tidak sedekat itu pada mereka.

"Apa jangan-jangan Ara pergi ke Club?''

.

.

.

Baru saja mobil Om Gio terparkir di pelataran rumah sakit. Ara turun dengan tergesa-gesa menghampiri Sela yang sudah menunggunya di lobi. Wanita itu hendak ke club ketika ponselnya berdering, salah satu tetangga Ara menelpon dan memberi tahu bahwa bu Rania masuk rumah sakit karena kecelakaan. Bu Rania menjadi korban tabrak lari sebuah motor yang melaju cukup kencang saat hendak menyeberang ke toko yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Di belakang Ara, om Gio pun menyusul dengan tergesa menuju lobi. Mendengar ibunya Ara masuk rumah sakit, tak pelak ia juga menjadi khawatir, terlebih kata Ara ibunya baru saja melakukan operasi kanker. Mungkinkah ibunya Ara drop lagi, tanyanya dalam hati.

"Sel, bagaimana bisa Ibu masuk rumah sakit?" Tanya Ara cemas begitu sampai di lobi. "Apa Ibu drop lagi?" Ara kembali bertanya, saat di telpon Sela hanya mengatakan ibunya ada di rumah sakit tapi tidak mengatakan apa penyebabnya.

Sela tak langsung menjawab, wanita yang berpakaian minim itu langsung memeluk Ara sembari mengusap pundak temannya itu. Om Gio yang berdiri di belakang Ara, dapat melihat wajah Sela yg terlihat suram. Tatapan Sela tertuju pada om Gio, dia terkejut melihat keberadaan pria paruh baya yang tempo hari ingin membooking Ara. Tapi keadaan yang sedang tidak baik-baik saja saat ini hanya bisa membuatnya bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana Ara bisa datang ke rumah sakit bersama om Gio.

"Sel, Ibu sekarang ada di ruangan mana?" Tanya Ara lagi setelah Sela mengurai pelukannya. Namun, dalam beberapa detik Sela belum juga menjawab.

"Sel, kenapa kamu diam aja? Ibu ada di ruang mana?" Kali ini Ara sampai mengguncang kedua pundak Sela.

"Ibu kamu ada di ruangan... Jenazah." Ucap Sela lirih. Tapi kalimatnya itu bagai sambaran petir ditelinga Ara.

"Apa, tidak mungkin? Kamu pasti bohong Sel," Ara mundur beberapa langkah sembari menatap Sela tak percaya.

"Aku gak bohong Ra, Ibu kamu benar-benar sudah gak ada." Ujar Sela, air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh juga. Sedang Ara, wanita itu masih tampak tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Sela.

Tidak mungkin. Ibunya tidak mungkin pergi meninggalkannya.

"Ara, kuatkan hatimu." Om Gio menahan pundak Ara ketika wanita itu terus melangkah mundur dan hampir menabraknya.

Ara menggeleng bersama air mata yang akhirnya jatuh. Tapi hatinya tetap menolak percaya jika ibunya telah tiada sekarang.

'Ibu, ibu, enggak. Ibu gak mungkin pergi kan, ibu gak boleh tinggalin aku.'

Dalam beberapa saat tubuhnya mematung, hingga akhirnya ia berlari menuju ruang jenazah dengan isakan yang terdengar sepanjang koridor. Gegas Sela dan om Gio ikut berlari menyusul Ara.

Di depan pintu kamar jenazah yang terbuka Ara berhenti, kedua matanya yang telah menganak sungai lurus menatap kedalam ruangan di mana seorang petugas kamar jenazah berdiri di samping brankar yang di atasnya terdapat jenazah tertutup dengan kain putih.

Langkah Ara nampak tertatih memasuki ruangan itu, air matanya tiada henti mengalir. Ketika telah berdiri di samping brankar, petugas kamar jenazah pun bergeser memberi ruang pada keluarga korban tabrak lari yang meninggal di perjalanan saat di bawa ke rumah sakit. Sela dan om Gio yang telah sampai pun ikut berdiri di samping Ara.

Kedua tangan Ara bergetar meraih kain putih tersebut, mencengkeramnya dengan erat lalu perlahan menariknya ke bawah, menampakkan wajah pucat yang seketika membuatnya histeris.

"Ibu......" Tubuh Ara tumbang di atas jenazah ibunya, memeluk erat tubuh yang telah kaku itu dan menangis sejadi-jadinya. Sela yang berdiri di belakangnya pun tak kuasa menahan air mata melihat keterpurukan temannya. Sedang om Gio, pria paruh baya itu seketika mundur beberapa langkah dengan wajah yang nampak pias ketika Ara membuka kain putih tersebut.

"Bu, bangun Bu. Ibu gak boleh tinggalin aku sendirian. Aku udah gak punya siapa-siapa lagi selain ibu. Kenapa Ibu tinggalin aku." Tangisan Ara menggema di dalam kamar jenazah. Di guncangnya bahu yang menjadi sandaran ternyaman nya, mencium wajah yang selalu berseri setiap menyambut kepulangannya dan mata yang selalu memancarkan binar kebahagiaan meski hidup mereka selama ini tak baik-baik saja kini telah tertutup untuk selamanya.

"Bu bangun Bu," lirihnya, ia masih berharap ibunya akan segera bangun. Tubuhnya yang gemetar perlahan melemah hingga akhirnya luruh di atas lantai.

"Ara," pekik Sela. Ia dan petugas kamar jenazah segera menopang tubuh Ara yang tiba-tiba tidak sadarkan diri.

Petugas kamar jenazah lalu bergegas mengambil sebuah brankar, setelah membaringkan Ara di atasnya gegas ia dan Sela mendorongnya menuju UGD. Sedang om Gio yang masih berada di kamar jenazah, perlahan kembali melangkah ke sisi brankar ibunya Ara.

"Rania," meski wajah yang terbaring kaku itu telah nampak kerutannya, tapi om Gio tetap bisa mengenalinya dengan baik. Wajah itu selalu bersemayam dalam pelupuk matanya di setiap malam. Wajah yang tidak akan pernah ia lupakan sepanjang hidupnya. Tangan kekarnya bergetar terulur menyentuh pipi kanan yang terdapat tahi lalat.

'Mau aku hilangkan aja nih tahi lalat biar Mas Gio gak cium aku terus, kebas nanti pipiku di cium terus.' Rania mengerucutkan bibirnya bak anak kecil yang sedang merajuk. Pasalnya untuk membuka kebaya yang melekat ditubuhnya saja jadi kesulitan karena pria yang menikahinya beberapa saat lalu terus menahannya di atas pangkuan dan terus menciumi pipi kanannya.

'Ini bukan tentang tahi lalat mu, Rania. Tapi kamu itu memang terlalu manis sehingga aku tidak ingin berhenti menciummu.' Lagi dan lagi Gio melabuhkan kecupan bertubi-tubi di wajah wanita yang sangat dicintainya itu. Kali ini tak hanya di pipi kanan, seluruh bagian wajah yang masih terpoles riasan tipis itu tak elak tersapu oleh bibirnya dan berakhir pada bibir ranum dan membenamkannya lama di sana.

'Gombal kamu, Mas.' Rania memukul pelan dada sang suami ketika ciuman mereka terlepas.

'Gombal? Hem sepertinya iya. Dan si Gombal ini tidak akan melepaskan mu sepanjang malam ini. Ayo, kita nikmati malam pengantin kita hingga pagi. Aku sudah tidak sabar menanam benihku di rahimmu dan segera hadir buah cinta kita yang akan semakin memperkuat ikatan cinta kita berdua.'

Rania memekik ketika tubuhnya di angkat oleh sang suami dan kedua matanya seketika terpejam saat di baringkan di atas ranjang pengantin mereka yang ukurannya hanya pas untuk berdua.

Pernikahan yang digelar dengan sangat sederhana di rumah Gio sendiri menjadi momen yang paling berkesan dalam hidup seorang Rania, setelah tiga tahun menjalin kasih dengan penuh suka duka dan rintangan akhirnya Gio sang lelaki pujaan mempersunting dirinya. Meski Gio hanya seorang laki-laki sederhana yang hidup sebatang kara, tapi tak menyurutkan cinta Rania. Bahkan gadis manis yang menjadi rebutan itu rela di coret dari daftar kartu keluarga oleh orangtuanya yang berasal dari keluarga yang kaya, demi bisa bersama lelaki pujaannya.

"Maafkan aku Rania, maafkan laki-laki pecundang ini yang telah menorehkan luka yang sangat dalam di hatimu." Dengan kuat om Gio menggenggam tangan wanita yang dinikahinya 26 tahun yang lalu, yang hingga saat ini, tidak pernah terucap kata talak dari bibirnya meski mereka berpisah berpuluh-puluh tahun lamanya.

Hari ini, setelah berpuluh-puluh tahun lamanya akhirnya om Gio menitihkan air matanya setelah di pertemukan kembali dengan cinta pertamanya yang tak pernah tergantikan oleh siapapun di hatinya. Namun, hari ini adalah pertemuan pertama dan terakhirnya.

"Beristirahatlah dengan tenang Rania ku." Seperti 26 tahun yang lalu di malam pengantinnya, om Gio melabuhkan kecupan yang bertubi-tubi diwajah pucat yang terbujur kaku itu dan berakhir di pipi kanan yang terdapat tahi lalat. "Hingga saat ini kamu tidak pernah tergantikan di hatiku Rania, bahkan tidak ada satu pun wanita yang pernah berada dalam dekapanku selain kamu."

Sela yang kembali ke kamar jenazah untuk mengambil tasnya yang terjatuh saat Ara pingsan, berdiri mematung di ambang pintu melihat apa yang dilakukan oleh om Gio terhadap jenazah ibunya Ara. Kini dua pertanyaan bersemayam di pikirannya. Kenapa om Gio bisa datang bersama Ara ke rumah sakit, dan kenapa om Gio memperlakukan ibunya Ara seperti itu. Mencium sambil menangis.

.

.

.

FLASHBACK TENTANG OM GIO DIKIT² AJA DULU YA, KALAU SEKALIAN ENTAR HABIS CERITA. 🤭🤭🤭

1
Jumaiyah Iyah
lagi kasmaran😆😆😆🥰
Aurora
gantian Ara yg cemburu
novianti suryani
Luar biasa
Kamsiyah
jln crita nya mantap,,walau jrg komen tp ku suka....mogs sukses ...y.....????!!!!!
Nurlinda: aamiin, terima kasih kk, mampir juga di karya lainnya 🤗🤗🤗
total 1 replies
Caca Marica
Luar biasa
Erni Nofiyanti
istri ke 2 papa gio mana?
Magda lena
Luar biasa
Vivo Smart
😅😅
Vivo Smart
bravo David 👍setuju.
jdi orang kok nggak tau terimakasih banget
Vivo Smart
kebiasaan Rey sukanya menuduh orang tanpa mencari tau kebenarannya. udah kayak emak emak kang gosip aja
Vivo Smart
sokooor Rey... anakmu taunya papanya orang lain bukan kamu, yang selalu ada dan mencurahkan kasih sayang nya ke Rayan
Vivo Smart
🙂🙂🙂
Vivo Smart
eok emang si Rey ini. bikin emosi aja
Vivo Smart
jangan balik sama Rey Ra, ingat... kamu membencinya waktu itu karena meruda paksa kamu. "aku membencimu Rey" itu kata kata kamu malam itu. jadi jangan maafkan Rey
Vivo Smart
ya elaa Ma... mama juga diundang, kok maalah ngundang orang lain lagi 🤦‍♀️ntar rasmanan nya nggak cukup gimana 😁
Vivo Smart
lagian nggak ngeh banget sih sama tanggal ulang tahun Rayan. ya dihitung dong mana tau anak Rey
Vivo Smart
Dea, kamu nggak tau apa apa, nggak usah ikut campur
Vivo Smart
karena waktu membuat Rayan, kakakmu ingin menunjukkan pada Ara semurahan apa dirinya. karena tidak terima Ara bilang serli menghianati kakakmu
Vivo Smart: itulah alasan mengapa Rayan bisa hadir ke dunia. kakakmu menghina dan memperkosa Ara
total 1 replies
Vivo Smart
lah, om Gio kemana
Vivo Smart
hampir di setiap novel nemu menu nasi goreng, apa hanya aku yang nggak suka nasi goreng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!