Milea arabella, biasa akrab di sapa dengan nama Lea adalah gadis yatim piatu setelah kematian kedua orang tua nya akibat kecelakaan tunggal beberapa tahun yg lalu sepulang dari luar kota, saat itu milea yg baru lulus SMA begitu syok mendengar kenyataan itu, apalagi dirinya harus menghidupi ketiga adik-adiknya.
Akan kah kebahagiaan menghampiri Milea dan ketiga adik-adiknya.?
ikuti terus kisah milea di cerita ini.
Happy reading 😘.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon astiana Cantika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 Sepupu barra
Di kontrakan Mila dan Ani, nenek juminten beserta yg lain nya seminggu lebih ini kian gencar mencari keberadaan milea dan adik-adiknya, bahkan nenek juminten sampai pergi ke rumah kakek Rahman dan nenek sarimah untuk memastikan keberadaan mereka, lagi lagi nenek juminten di buat murka kala mendengar informasi para warga yg bilang pada nenek juminten bahwa kakek Rahman dan nenek sarimah telah pindah bersama para cucu-cucu nya.
"Kemana lagi kita akan mencari mereka rasa nya tubuh tua ini sudah lelah." Ucap nenek juminten pada Mila dan Ani sambil bersandar di sebuah kursi dengan kipas di tangan nya.
"Sabar lah nek, mungkin mereka saat ini sedang bersembunyi karena takut ketahuan nenek." Ucap Mila.
"Kalau sampai benar apa yg kalian katakan, nenek tidak akan membiarkan mereka hidup tenang." Ucap nenek juminten dengan kebencian yg terpancar dari sorot mata tuanya di balik kacamata itu.
Ani yg sedang memainkan handphone nya tak sengaja melihat berita viral yg tengah trending di bandara dimana seorang gadis cantik dengan kacamata hitam nya sedang di kawal oleh para pengawal dan pria berjas di samping nya.
"Seperti tidak asing." Gumam Ani melihat cara berjalan gadis yg sedang viral di internet.
Tapi beberapa saat setelah Ani melihat video selanjutnya, mata nya pun membola kala melihat Sasa, Felix zero dan pria asing di sebelah Felix tengah mengobrol dengan gadis cantik yg beberapa saat yg lalu di kagumi nya itu.
"Milea." Gumam Ani dengan memicingkan mata nya melihat layar handphone nya.
"Nek, nenek, ini milea dengan adik-adiknya, coba lihat." Ucap Ani menggebu-gebu memperlihat kan sebuah video di layar handphone nya.
Nenek juminten pun langsung duduk tegak mengambil handphone Ani dari tangan nya.
Dalam video tersebut terlihat milea memeluk Felix dan Zero yg di samping nya berdiri barra dan juga Sasa.
Nenek juminten hanya dapat mengerutkan kening nya dengan bingung.
"Apa kalian yakin ini mereka,?" Ucap nenek juminten tak yakin.
"Itu mereka nek, Kami sudah pernah bertemu dengan mereka, awalnya kami juga tidak percaya dan tak mengenal mereka, tapi si Sasa itu mengenali kami, maka dari itu kami juga tau bahwa mereka adalah milea dan adik-adiknya." Ucap Ani yg diangguki oleh Mila.
"Kalau begitu ayo kita ke sana, siapa tau mereka masih ada." Ucap nenek juminten mengajak cucu-cucu nya.
"Tapi mama dan Tante belum pulang dari pasar nek." Ucap Mila.
"Halah, mama kalian bisa menyusul nanti." Ucap nenek juminten yg langsung berdiri dan berjalan menuju arah mobil nya tak lupa kipas lipat yg selalu nangkring di tangan nya.
Akhirnya mau tak mau mila dan Ani pun mengikuti nenek nya tanpa menunggu ibu mereka.
Mobil sedan yg di kemudikan oleh supir pribadi nenek juminten itu pun melaju membelah jalanan kota besar tersebut.
"Cepat sedikit dong pak, nanti keburu ilang lagi mereka." Ucap nenek juminten tidak sabar.
"Baik nyonya." Ucap supir tersebut yg pada akhirnya tancap gas dengan kecepatan tinggi.
.
Sedangkan di restoran saat ini, kelima saudara itu tengah menikmati makanan enak dari restoran cita rasa yg menyajikan menu favorit dan istimewa bagi para pelanggan nya.
"Em enak ya kak." Ucap Sasa sambil menikmati ayam tepung kesukaan nya.
"Iya enak, makan lah yg banyak, kalau kurang bisa nambah kok." Ucap Lea tersenyum kecil melihat adik-adiknya dengan lahap memakan makanan kedua mereka masing-masing.
"Jangan sungkan bang, Abang barra juga bisa pesan lagi kok kalau kurang." Ucap Lea.
"Terima kasih dek, tapi Abang sudah kenyang." Ucap barra.
Sesungguhnya barra sangat tidak enak hati pada Lea dan adik-adiknya, selama ini dirinya hanya menumpang makan saja tanpa melakukan apapun.
"Dek, apakah ada lowongan pekerjaan buat Abang,? Jadi pelayan atau pekerja apapun Abang mau kok, yg penting Abang gak terus-menerus menumpang pada kalian." Ucap barra tiba-tiba.
Lea dan adik-adiknya yg mendengar itu pun menghentikan makan mereka lalu menoleh pada barra sekilas setelah itu ketiga adiknya pun menoleh pada Lea.
"Bang, pekerjaan yg kuberikan berat loh, yakin Abang sanggup.?" Ucap Lea pada barra.
"Gak apa-apa dek, kerja apapun Abang mau yg penting bisa untuk hidup." Ucap barra.
"Baiklah, nanti setelah pulang ke mansion, Abang temui aku di ruang kerja ku di lantai 4." Ucap Lea.
"Terima kasih dek, sudah memberikan Abang pekerjaan." Ucap barra tulus dengan senyum sumringah.
"Iya sama-sama bang, kita kan sekarang sudah jadi keluarga." Ucap Lea tersenyum.
Mereka yg sedang asyik bercanda tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan.
"Barra, rupanya kamu, wah wah, sudah sekian lama tidak bertemu dengan mu ternyata kamu di sini ya hehe." Ucap wanita dewasa dengan nada mencemooh.
Barra hanya menarik nafas panjang berusaha untuk mengabaikan ocehan sepupu nya yg bernama Ria, anak dari paman nya yaitu saudara dari almarhum papa nya barra.
"Orang kalo ngomong tu di jawab, udah miskin sekarang masih aja belagu." Ucap Ria dengan bibir atas terangkat sebelah.
Barra lagi-lagi tak mengindahkan ocehan ria, dirinya cukup muak dan dendam pada keluarga paman nya itu, dulu sewaktu paman nya masih tidak mempunyai apa-apa di karenakan keluarga papa nya dari keluarga miskin, setelah papa nya menikah mama nya yg berasal dari keluarga terpandang derajat keluarga papa nya terangkat berkat kebaikan mama nya yg dengan tangan terbuka merangkul orang tua beserta saudara papanya hingga bisa bangkit dari kemiskinan, tapi ketika papa dan mama nya terpuruk, paman nya beserta keluarga nya bahkan tidak peduli sama sekali
Barra mengepalkan kedua tangan nya dengan erat kala mengingat nya.
"Kenapa kau diam saja barra." Ucap Ria dengan tertawa mengejek.
Lea yg melihat barra merasa tidak nyaman pun angkat bicara.
"Pergi." Ucap Lea penuh penekanan dengan tatapan intimidasi menoleh pada Ria.
Seketika seluruh tubuh Ria pun bergetar hebat, dirinya entah kenapa merasakan perasaan takut yg teramat sangat hanya dengan melihat tatapan mata yg di layangkan oleh Lea.
Dengan berjalan terseok-seok Ria pun pergi meninggalkan mereka.
Sesampainya di area parkir, Ria pun menghela nafas lega.
"Sial, siapa wanita itu, kenapa tatapan nya sangat menakutkan hiih, lebih baik aku pergi." Gumam Ria bergidik.
.
"Wanita tadi beneran sepupu bang barra.?" Tanya Lea.
"Iya, dia sepupu ku, anak perempuan paman ku." Ucap barra seadanya.
"Baiklah, ayo selesaikan makan kita, setelah itu kita pergi dari sini." Ucap Lea dan di angguki oleh keempat saudara nya.
Bersambung.