Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23(Pov Dinda)
"Itu ma, sebenarnya aku mau meminta izin keluar sama teman."
"Sekarang?"
"Sebentar malam ma, aku di undang ke acara pameran lukisan."
"Sebentar malam? Kenapa harus malam-malam?"
"Kan acaranya malam ma."
"Tapi nggak baik kalau anak perempuan keluar malam-malam."
"Nggak kok ma, aku nggak sendiri. Aku sama teman-temanku juga."
"Laki-laki atau perempuan." Kini mata mama menatapku tajam. Aku seperti sedang di interogasi.
"Cewek-cewek semua ma."
"Kamu tunggu papamu saja. Nanti kalau mama izinkan juga belum tentu papamu izin kamu keluar malam."
"Tapi kan papa biasanya pulangnya larut malam."
"Jangan membantah! Tunggu saja papamu. Pergi makan dulu sana!"
Aku berjalan ke arah meja makan dengan langkah yang malas. Jika mama mengatakan untuk menunggu papa berarti mama tidak mengizinkan ku untuk keluar.
Setelah selesai menyantap makan siang ku, aku berjalan mendekati mama lagi.
"Ma, aku akan menelpon temanku dan mengatakan kalau aku nggak jadi pergi."
"Baiklah kalau begitu."
Aku kembali ke kamarku, dan memikirkan cara untuk keluar malam ini. Pokoknya aku harus pergi hari ini.
Hari ini waktu seakan-akan berjalan dengan cepatnya. Aku melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 19 lewat 5 menit. Aku segera membersihkan diriku di kamar mandi. 15 menit kemudian aku keluar dengan baju tidur yang akan kupakai malam ini. Aku turun ke bawah setelah di panggil bibi atum untuk makan.
"Malam ma," aku mencium kedua pipi mama.
"Malam sayang, ayo duduk makan!"
"Papa belum pulang juga?"
"Iya sayang, papa telepon mama tadi katanya harus lembur."
Aku memasukkan satu suapan senduk makan ke dalam mulutku.
"Kamu pasti mau menunggu papamu untuk meminta izin?"
"Nggak ma, lagian saat papa pulang acara nya pasti sudah selesai."
Berkali-kali aku memasukkan setiap suapan dan tanpa sadar aku sudah selesai. Aku menggeser piring ke samping, mengambil minum. Setelah itu pamit untuk tidur.
"Mimpi indah ya sayang."
"Iya ma."
Aku membuka isi chatan ku yang ternyata dari Loly.
19:35
Kamu dimana? Aku sudah tiba nih.
Motornya aku sudah parkir agak jauh dari rumahmu.
19:35
Tunggu ya, aku akan segera turun.
19:36
Papa sama mamamu izin nggak?
19:36
Tenang saja aku sudah atur semuanya. Kamu tenang-tenang di situ, oke👌
19:36
sipp😉
Sepanjang siang tadi aku sudah memikirkan cara untuk bisa keluar malam ini. Aku mengintip sebentar ke meja makan dan ternyata mama sudah ke kamarnya. Bi atum sepertinya juga telah selesai bersih-bersih, pasti sekarang lagi istirahat di kamarnya. Aku kembali ke kamarku mengganti piyama dengan pakaian jalanku. Aku membawa sedikit uang saku, siapa tahu aku memerlukan nya nanti. Tidak lupa aku mengatur tumpukan bantal peluk dan menutup dengan selimut seolah-olah aku sedang tidur. Jadi jika ada yang memeriksa kamarku, tidak akan ada yang curiga. Huh 💯 persen ide yang cemerlang.
Aku memilih untuk memegang sepatuku, aku akan memakainya saat di luar nanti. Aku takut jika aku memakainya sekarang justru akan menimbulkan bunyi yang dapat membuat orang rumah bangun. Lihatlah aksiku saat ini, aku berjalan seperti seorang pencuri di rumahku sendiri.
Akhirnya aku mencapai pintu depan. Aku melihat sekitar memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang melihatku keluar.
"Aman." Aku mengelus dadaku merasa lega.
Pintunya ku buka perlahan-lahan dan tutupnya juga sama sehingga tidak ada suara pintu yang terdengar. Aku segera berlari ke pintu gerbang. Syukurlah tidak ada sekuriti yang menjaga, sepertinya dia di toilet. Malam ini Tuhan berpihak padaku. Makasih Tuhan telah membantu anakmu ini. Tidak lupa pula aku memakai sepatu yang ku pegang tadi. Aku bisa melihat Loly duduk di atas motornya di seberang jalan.
"Ayo berangkat!" Kataku saat tiba di dekat Loly.
"Jam berapa sekarang?"
"Kurang 5 menit jam 8."
"Pegangan ya." Awalnya aku memegang pundak Loly namun semakin lama motor yang dibawanya semakin laju. Aku seolah-olah akan terbang di belakangnya. Aku memutuskan untuk memeluk pinggang Loly. Loly menyalip setiap kendaraan yang berada di depan kami. Bahkan jaraknya sangat berdekatan dan sewaktu-waktu bisa menyenggol motor kami. Aku yang terlalu takut melihatnya memilih untuk memejamkan mata.
Kami tiba di tempat acara sekitar 8 lewat 9 malam. Aku bernafas lega, karena kami tiba dengan selamat. Kayaknya Loly lebih cocok jadi pembalap deh.
Sita ternyata sudah menunggu kami.
"Ayo masuk! Acaranya juga baru di mulai."
Kami bertiga segera masuk ke dalam. Banyak sekali karya-karya seni lukis terkenal yang di tampilkan. Pengunjungnya juga lumayan banyak.
"Mana karya kakakmu?"
"Ikuti aku ya," Loly berjalan memimpin di depan kami. Kami bertiga berhenti di sebuah lukisan besar yang begitu cantik. Mungkin orang-orang yang mengerti seni akan bisa langsung tahu maknanya. Karena dari gambaran mas Devan seperti sedang menceritakan sesuatu.
"Kakakku dimana?"
"Dia lagi berbincang dengan seseorang, aku juga nggak tahu. Tapi sepertinya orang itu adalah pengusaha terkenal. Mungkin mereka lagi membicarakan tentang lukisan." Jelas Sita.
"Ya sudah, ayo kita lihat lukisan yang lain."
Kami melihat semua lukisan di dalam ruangan tersebut. Sesekali aku memotret lukisan yang aku sukai. Kami bertiga juga selfie bersama di setiap lukisan. Pokoknya hari ini benar-benar seru.
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.