Hari harusnya menjadi hari bahagia tiba-tiba berubah menjadi hari duka. Pernikahan yang sudah berada di depan mata harus terkubur untuk selama-lamanya.
Tepat di hari pernikahannya Yudha mengalami sebuah kecelakaan dan tidak bisa terselamatkan. Namun, sebelum Yudha menghembuskan nafas terakhirnya dia berpesan kepada Huda, sang adik untuk menggantikan dirinya menikahi calon istrinya.
Huda yang terkenal playboy tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan terakhir sang kakak. Mampukah Huda menjadi pengganti kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah Calon Ipar ~ 23
Sepeninggal ketiga mantan Huda, Husna memilih diam tanpa kata. Entah benar atau tidak apa yang dikatakan oleh para mantan itu tetapi hati Husna terasa berdenyut.
"Mbak, percayalah padaku apa yang dikatakan oleh mereka itu tidak benar. Meskipun aku memiliki banyak pacar tetapi aku sama sekali tidak pernah meniduri mereka. Mereka bertiga hanya menfitnah aku saja, Mbak." Huda berusaha untuk meyakinkan Husna jika dirinya sama sekali tidak pernah meniduri wanita lain.
Tidak mudah bagi Husna percaya begitu saja kepada Huda yang ternyata diam-diam memiliki banyak pacar. Terlebih pacar Huda cantik dan seksi. Tidak menutup kemungkinan jika Huda tergoda dengan penampilan para pacarnya.
"Kalau mbak Husna enggak percaya, Mbak Husna bisa tanya sama anak-anak apakah aku pernah meniduri pacar-pacar aku atau tidak. Aku memacari mereka karena hanya untuk memenangkan taruhan, Mbak," jelas Huda dengan apa adanya.
"Udahlah, Hud. Enggak usah dibahas! Mending kita lanjut belanja aja. Kamu bilang mau beli oleh-oleh buat Umi. Ayo masuk!"
Huda pun hanya mengiyakan apa keinginan Husna, meskipun saat ini dia tahu jika sang istri sedang tidak mempercayai ucapannya.
Sialan, kenapa gue enggak tau kalau ternyata mereka bertiga itu satu geng sih? Mana mulut Miya minta di tampol pakai sepatu lagi. Bisa-bisanya dia fitnah gue! Tunggu aja besok kalau ketemu di kampus, gue cabeiin tuh mulut.
Huda tahu jika saat ini Husna termakan dengan ucapan Miya, tetapi karena Huda sama sekali tidak melakukan apa yang dituduhkan, dia tetap santai dan tidak takut. Hanya saja melihat sang istri yang lebih banyak diam membuat Huda menjadi merasa canggung.
"Mbak, kamu marah?" tanya Huda saat hendak membayar belanjaan mereka di kasir
Husna menggeleng dengan pelan. "Enggak. Aku enggak marah."
"Bohong! Terus ngapain dari tadi cuma diam aja. Ayolah, mbak percaya sama aku. Aku tuh enggak ngelakuin apa yang dituduhkan mereka. Satu-satunya orang yang pernah aku tidurin itu ya cuma kamu, Mbak. Aku harus buktiin kayak mana lagi agar tentu percaya sama aku?"
Ucapan Huda yang sedikit keras membuat petugas kasih sekilas melirik kearah Huda dan langsung menggelengkan kepalanya.
"Hud, udah ya! Aku lagi nggak mau bahas masalah ini. Terlepas itu benar atau tidak, itu adalah hak kamu. Toh jika pun benar kamu sendiri yang akan menanggung dosanya. Udah yuk, pulang. Nanti keburu hujan loh!"
Huda hanya menghela napas panjang kemudian mengikuti langkah istrinya untuk keluar dari sebuah toko yang berada di mall. Karena mood Husna sedang tidak baik, Huda memilih untuk membawanya langsung pulang ke rumah. Padahal Huda sudah merencanakan jika keduanya akan menghabiskan malam minggunya diluar. Namun, ternyata semuanya tak berjalan sesuai dengan prediksinya. Semua ini karena para mantan yang datang secara tiba-tiba kemudian melayangkan sebuah fitnah kepada dirinya. Sungguh terlalu kejam fitnah itu, sehingga membuat Husna percaya begitu saja.
Sesampainya di rumah, tiba-tiba angin kencang datang dan tak lama kemudian lampu pun ikut padam. Hujan datang secara tiba-tiba bagai badai yang sedang melanda.
"Mbak!" panggil Huda saat dia masuk kedalam rumah.
Husna yang memilih diam ditempat karena seluruh ruangan terlihat gelap langsung menyahut. "Aku disini."
Huda berusaha untuk menyalakan cahaya lampu di ponselnya untuk mencari keberadaan Husna. Derasnya hujan membuat petir pun saling beradu dengan sangat kencang.
Duaaarrr..
"Astaghfirullahaladzim... " Husna langsung mengelus dadanya karena sangat terkejut.
"Mbak Husna. Kamu enggak apa-apa kan? Ayo ke kamar kita!" Tangan Huda menarik lengan tangan Husna untuk menuju ke kamar. Dada Husna masih berdebar akibat petir yang baru saja menyambar.
Karena tidak mempunyai stok lilin, terpaksa Huda menggunakan cahaya lampu di ponselnya untuk menerangi kamar. Namun, itu tidak bisa lama karena baterainya juga sudah sekarat.
"Mbak, hpmu mana? Hpku udah gak sanggup lagi," ujar Huda saat sorot lampu dari ponselnya telah mati.
"Hp aku juga lagi lowbat, Hud. Gimana ini?"
"Ya mau gimana lagi. Tidur ajalah kita. Besok pagi aja bersih-bersihnya. Toh kita tadi juga udah mandi," celetuk Huda.
Karena hujan yang semakin lebat serta lampu yang ikut padam, dua HuHa( Huda-Husna ) pun memutuskan untuk langsung naik keatas tempat tidur, karena tidak ada yang bisa mereka kerjakan dalam keadaan gelap-gelapan.
"Mbak," panggil Huda yang sudah siap untuk tidur.
"Apa, Hud?"
"Mbak Husna apakah mbak Husna tidak bisa mempercayaiku dan memilih percaya dengan ucapan Miya tadi? Aku berani bersumpah jika hanya kamu satu-satunya wanita yang pernah aku tiduri." Huda belum bisa tenang jika Husna belum yakin dengan dirinya.
"Mbak, meskipun aku terlalu nakal, tetapi aku tidak sebejat itu, Mbak. Aku masih bisa menjaga kehormatan wanita yang aku pacari. Mbak, maaf jika aku tak sebaik mas Yudha yang setia pada satu cintanya. Tapi percayalah, kali ini aku akan berkomitmen untuk setiap pada satu wanita, yaitu kamu Mbak."
...***...
segala sesuatu memang harus dibiasakan kok
kak author beneran nih ditamatin,,,,,,,
astagfiruloh
torrr ini beneran tamat