"Ganteng banget, pasti burungnya gede."
Penulis gila yang masuk ke dalam novel orang lain, karena malas berurusan dengan plot alay. Dia mengadopsi man villain dan menikahi second male lead.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
amarah
Setelah surat adopsi resmi ditangan, Kini Langit telah SAH diadopsi oleh Yola sebagai anak. Ini aneh karena usia mereka sama, bahkan Langit lebih tua tiga bulan dari Yola.
Yola tetap santai dengan fakta aneh ini, karena dia hanya ingin mengikat Langit dan membantunya untuk sembuh. Lagian Yola sudah memiliki pujaan hati yaitu Sky, sekarang tinggal merayu Sky agar mau jadi Ayah sambung musuhnya ini.
Yola pulang bersama Langit, Langit hanya membawa satu tas sekolah hitam. Pengacara sudah pergi duluan, sepanjang jalan Yola merasa sangat was-was karena sejak tadi ponselnya bergetar.
Sky terus saja berusaha menghubungi Yola, tapi Yola masih merasa takut dan deg-degan. Untunglah Yola pulang dengan selamat, Yola buru-buru memasukan mobil ke garasi dan membawa Langit masuk ke dalam rumah.
Rumah Yola mewah namun minimalis, terlihat nyaman dan tentram sekali. Yola memberikan kamar untuk langit di samping kamar miliknya, setelah Langit masuk ke kamarnya Yola pun masuk ke kamarnya sendiri.
Yola merasa sangat berdebar, dia takut. Entah kenapa dia takut Sky marah atau memilih pergi darinya. Yola memilih mandi lebih dulu dan menggunakan pakaian santai.
Drtttt
Drttt
Ponsel kembali berdering, Yola pun mengangkatnya dengan tangan gemetar gugup. Baru saja tombol hijau tergeser, suara dingin langsung terdengar dari seberang telepon.
"Kenapa lo blokir nomor gue? lo gabisa dihubungin dan menghilang gitu aja." Ujar Sky.
"Gue malu Sky." Ucap Yola lirih.
"Malu?." Sky heran.
"Siapa suruh semalem lo ninggalin gue, udahlah kita asing aja. Lagian lo gasuka kan sama gue, gue udah terlanjur malu." Ucap Yola.
"Ngga, kemarin gue bilang kita bakal bahas setelah lo sadar dari mabuk." Sky klarifikasi.
"Bodoamat." Yola mematikan panggilan dan memblokir nomor baru Sky.
Yola merebahkan diri di kasur, jantungnya berdebar tidak karuan. Dia merasa takut pada Sky, bukan hanya tubuhnya yang tinggi besar tapi segalanya tentang Sky itu menakutkan.
Yola tau jika Sky pasti akan datang dalam waktu dekat, dia harus siap kapan pun Sky bertemu dengan Langit di rumah ini. Yola yang memulai tapi dia sendiri juga yang ketar-ketir.
Suara deru mobil yang familiar terdengar, Yola tertawa takut. Itu mobil Sky, dan sudah pasti Sky datang dengan wajah datar menakutkan.
"Lo ga boleh keliatan takut Yola, Lo pasti bisa lewatin semua ini." Batin Yola.
Suara langkah kaki mendekat, hanya Sky yang tau pin sandi rumah Yola. Pintu kamar Yola terbuka, Yola masih duduk membelakangi pintu berusaha bersikap baik-baik saja.
"Yola." Suara Sky mendekat.
"Ngapain lagi sih." Yola malas berbalik, dia malu dan gugup.
"Gue ngga nolak ataupun ninggalin lo, gue cuma gamau bicara di saat lo sendiri ngga sadar." Ucap Sky.
"Oke, jadi jawaban lo apa?." Tanya Yola, menoleh menatap Sky.
Deg.
"Anjir lah, kok ganteng banget sih." Batin Yola terpana.
"Gue juga___
"Tunggu, sebelum lo jawab gue ada hal lain yang harus lo tau." Yola merasa jantungnya akan meledak.
"Ya?." Sky heran, apalagi melihat wajah takut Yola.
"Maaf Sky, karena gue pikir lo gamau lagi sama gue. Jadi tadi pagi gue mutusin buat adopsi anak, anak yang gue adopsi ini kasihan karena dia punya penyakit paru-paru parah. Gue ngga harus minta saran dari lo karena kita ngga ada hubungan apa-apa, tapi gue cuma pengen lo tau kalo sekarang gue udah jadi Ibu sambung." Ucap Yola.
"Apa lagi ini?." Sky mengerutkan kening.
"Gue butuh keluarga, gue cape hidup sendirian. Selama ini gue bergantung banget sama lo, setelah lo pergi ya gue mau ga mau harus cari keluarga baru." Jujur Yola.
"Gue ngga pergi, gue cuma pulang." Sky frustasi.
"Pokoknya gitu, ini data dari anak yang gue adopsi." Yola memberikan selembar surat.
Sky menerima dan membacanya, dari wajah datar berubah menjadi tatapan berang penuh emosi. Yola bahkan sampai takut melihat ekspresi menakutkan Sky saat ini, Sky meremas surat adopsi itu dan melemparnya dengan kasar.
Sratttt
"Apa maksud lo Yola!!!." Sky sedikit membentak, mancengkeram pundak Yola.
"A-apa? kenapa lo tiba-tiba marah?." Yola merasa takut.
"Lo beneran gatau atau pura-pura gatau?! Jadi gini maksud lo... setelah pura-pura ngutarain perasaan, lo deketin musuh gue?!. Kalo lo mau hancurin perasaan gue ga perlu sampe kaya gini Yola." Sky terlihat sangat emosi.
"Apa sih maksud lo?! Lo yang tinggalin gue semalem tanpa jawaban jelas, sekarang lo tuduh gue yang ngga-ngga. Musuh apa yang lo maksud?! emangnya lo pernah cerita tentang siapa aja musuh lo!!." Yola berteriak sambil berlinang air mata.
Sky terdiam, dia mati-matian menahan emosi. Ucapan Yola benar, memang dia tidak pernah mengatakan tentang siapa saja musuhnya. Tapi, kebetulan ini sungguh sangat membuatnya terbakar amarah.
Mendengar suara gaduh dan teriakan Yola, Langit keluar dari kamarnya dan melihat kamar Yola. Melihat ada punggung tegap yang sedang cekcok dengan Yola, Langit berniat melerai. Tapi saat pria itu berbalik, Langit langsung mematung terkejut.
"Brengsek!!! lo sengaja ngincer cewe gue kan sialan!?." Marah Sky, mendekat pada Langit.
"Apa maksud lo sialan." Langit sendiri tidak mengerti.
Sky menarik kerah kaos Langit dan membogem wajahnya, Langit juga membalas bogeman itu. Perkelahian berlangsung dengan sengit dan menakutkan, Yola mulai merasa takut dia tidak tau bagaimana caranya untuk melerai.
"Stop! Sky, berhenti." Yola mulai ketakutan karena Sky terlihat lepas kendali.
Dengan keberanian yang entah datang dari mana, Yola berlari maju dan menarik Sky mundur. Yola dengan keras menampar wajah Sky, tamparan itu menggema di ruangan.
PLAKKK
"Cukup!! Pergi lo dari sini." Usir Yola, dia menangis merasa takut.
"Yol__
"PERGI, GUE TAKUT SAMA LO." Teriak Yola, badannya bahkan gemetaran.
"Sialan, kalo tau bakal terjadi pertumpahan darah begini, mending si Langit gue kurung dulu di bawah tanah." Batin Yola ketar-ketir.
Sky dengan perasaan campur aduk pergi dari sana tanpa sepatah katapun. Yola menghela nafas lega dan menghapus air matanya, dia berbalik menatap Langit yang babak belur meskipun wajahnya tetap datar.
"Maaf." Lirih Yola.
"Ya." Ujar Langit, berusaha menenangkan Yola yang menangis.
"Gue bakal panggil Dokter buat periksa lo, maafin gue ya." Yola merasa bersalah.
Langit mengangguk tanpa banyak bicara, dia kembali ke kamarnya. Yola menghubungi Dokter untuk segera memeriksa keadaan Langit, Yola sendiri terbaring lelah di kasurnya.
"Kacau deh, setelah ini pasti gue sama Sky bakal jadi musuh." Gumam Yola.
Entah kenapa Yola menangis, dia tentu saja sudah baper pada Sky. Sejak dia membaca cerita ini juga dia tertarik dengan sosok Sky, tapi karena sikapnya sendiri dia mendorong Sky menjauh.