Muslimah Tangguh Untuk Sang Mafia

“Sekarang mungkin keluarga mas Excel yang harus kamu habisii, tapi sebentar lagi, keluargamu juga menyusul. Semuanya hanya tinggal menunggu waktu, menunggu giliiran karena memang begini dunia kalian!” tegas Azzura.

Roxcy menghela napas pelan untuk ke sekian kalinya. Dalam hatinya ia berujar, andai ia sampai terkecoh oleh pesona Azzura, keluarganya juga bisa dihabisii.

“Oleh karena itu, aku tidak boleh terkecoh gara-gara kamu!” tegas Roxcy yang walau tidak mengindahi, tetap mengarahkan moncong pistolnya ke arah Azzura. Ia mengincar dahi Azzura layaknya apa yang sudah ia lakukan kepada pak Haji Ojan. “Seberat ini hanya karena dia terlalu mempesona!” batinnya yang sampai memejamkan erat kedua matanya hanya untuk menarik pelatuk pist0lnya.

Peluru melesat, mengusik keheningan di sana. Jantung Roxcy seolah lepas ketika mendengar peluru yang lepas itu. Seolah peluru itu malah mengenai dirinya sendiri hanya karena yang ia incar begitu memesona. Namun ketika Roxcy memberanikan diri membuka mata, Azzura masih berdiri tegap. Wanita itu dengan begitu tangguh menatapnya tegas sekaligus menantang.

Azzura memamerkan mukena di tangan kanannya, dan ternyata peluru yang Rocxy lepas, justru bersemayam di sana. Azzura menangkis tembakan Roxcy. Roxcy benar-benar tak percaya! Malahan kini, Azzura yang tak memakai alas kaki lari menghampiri Roxcy. Azzura menjadikan tubuh Roxcy tak ubahnya anak tangga yang dilewati dengan leluasa. Kemudian tubuh Azzura melayang di udara, menjadikan pundak Roxcy sebagai landasannya. Namun dalam sekejap, kedua kaki Azzura dengan cekatan memutar leher Roxcy hingga terdengar bunyi “kretek”.

Azzura loncat, mendarat di lantai belakang Roxcy dengan selamat meski kedua tangannya yang bertumpu pada lantai gemetaran hebat. Ia tengok keadaan pria di sebelahnya yang sudah langsung sempoyongan. Dua suntikkan masih menempel di punggung Roxcy dan ia juga yang melakukannya.

Dalam diamnya, pandangan Roxcy sudah langsung tidak jelas, selain rahangnya yang memang sudah langsung miring. Azzura yang memperhatikannya memilih pergi, buru-buru menghampiri pak Haji Ojan.

“Aku enggak bisa menangani ini. Ini harus operasi besar. Ini otak ... ini otaknya pasti kena!” lirih Azzura ketar-ketir. Ia segera naik ke lantai atas, ke kamar tempat ia beristirahat.

Tak mau gegabah, Azzura juga sudah langsung menghubungi rumah sakit terdekat yang akan menangani pak Haji Ojan. Ia sampai memesan ambulans untuk segera datang. Sambil menelepon mas Aidan, Azzura kembali turun membawa tas kerjanya. Ia segera menginfus pak Haji Ojan, selain ia yang meminta mas Aidan untuk segera datang ke rumah sakit tujuannya.

Beres mengurus pak Haji Ojan, Azzura segera mengamankan Roxcy yang sudah sekarat. Ia memeriksa setiap senjata yang ada di tubuh pria itu kemudian menyingkirkannya. Tak lupa, ia juga mengikat kedua tangan maupun kaki Roxcy menggunakan tali khusus.

“Mamahnya Mas Excel!” batin Azzura segera memastikan.

Di dalam kamar, wanita yang sangat Azzura khawatirkan itu masih tidur dengan tenang. Membuat Azzura merasa lega kemudian menunggu kedatangan ambulans yang akan membawa pak Haji Ojan.

“Ini kalau pria tadi bisa masuk, berarti yang jaga juga enggak beres!” pikir Azzura langsung tidak bisa berkata-kata. Karena baru juga ia membuka pintu masuk kediaman Excel, seorang pria menodongkan moncong pist0l di lengan kirinya.

Tubuh Azzura refleks mental, walau tangan kanannya dengan cekatan langsung menc3kek si pria, sedangkan kaki kanannya menendang pangkal paha si pria dengan sengaja. Malahan si pria lah yang menggeliat, lain dengan Azzura yang hanya sempoyongan.

“Ini ada berapa banyak?” batin Azzura. Di dalam pos satpam sana, satpam yang berjaga malah tidur. “Jangan-jangan, mas Excel juga dike-royok!” Azzura ketar-ketir, buru-buru ia lari keluar sambil berusaha menghubungi Excel.

Di tempat berbeda, Excel memang dalam bahaya. Truk yang awalnya Excel tinggalkan malah sudah nyaris menggilas tuntas mobil Excel. Mereka yang menyaksikan berpikir bahwa itu bagian dari kecelakaan. Padahal pengemudi truk yang sudah bukan orang sebelumnya karena orang sebelumnya sudah sekarat di sebelah pengemudi baru, sengaja membuat Excel hanya tinggal nama.

Terengah-engah Excel makin yakin, keputusannya melindungi Azzura dan juga kenyataan Jimmi yang justru kabur berhenti dari dunia mafi4 menjadi penyebab keadaan kini. Ibaratnya, ia yang melindungi Azzura yang harus menanggung semuanya karena haramm bagi mereka keluar dari dunia mafi4 jika masih bisa bekerja.

“Azzura pasti dalam bahaya!” Excel diam-diam keluar dari pintu mobil yang sengaja ia buka dan nyaris terlindas.

Roda besar truk sungguh hanya tinggal berjarak tak kurang satu jengkal dari pintu yang baru saja Excel buka. Excel nekat loncat dan kakinya sempat terhantam nyaris terlindas roda tersebut. Buru-buru ia lari, memberikan kemenangan palsu kepada pengemudi truk yang ia yakini merasa bangga karena beranggapan telah mengakhirinya. Excel juga sengaja menyalakan korek di saku celana sisi sebelah kanannya, kemudian melemparkannya ke aliran bensin di sebelah mobilnya yang seketika itu meledak. Kobaran api tak terelakan dan sampai menyambar truk yang menggilas mobil Excel. Terlebih, mobil Excel sampai meledak, membuat kobaran api melambung tinggi hingga melahap truk di atasnya.

***

Di depan rumah Excel, kedua kaki Azzura malah ditahan, dicengkeram erat oleh kedua tangan si pria, yang dengan kejam menyeretnya. Tubuh Azzura terbant1ng dalam keadaan terbaring, Azzura sudah meringis kesakitan. Namun Azzura tidak menyerah. Tangan kanannya bergegas meraih pistol kemudian mengarahkannya ke kepala bagian belakang selaku otak pria itu berada. Pria itu langsung diam ketika mendengar pelatuk pist0l ditarik.

“Kamu tega ke mas Excel, keluargamu di rumah juga sedang merasakan ajal. Jika kamu tidak percaya, pulang dan pastikanlah. Karena bisa aku pastikan, sekali kamu gagal menjalani misi, keluargamu juga akan mattiii!” tegas Azzura. Seperti kepada Jimmi, ia sengaja menembak kedua tangan pria tersebut.

“Kamu bahkan masih menggeliat kesakitan, tapi kamu masih dengan sengaja berusaha menyingkirkanku!” kesal Azzura yang kemudian berinisiatif, menanyakan siapa yang telah mengordernya. “Siapa?” tanya Azzura kali ini lirih sekaligus dingin.

“Aku benar-benar tidak tahu!” tegas pria itu masih gemetaran ketakutan.

“Berarti kamu lebih memilih peluru ini melesat ke otakmu!” tegas Azzura masih berucap lirih. Pria di depannya dan memang masih tengkurap memegangi kedua kaki Azzura, menjadi menggeleng cepat. “Katakan!” tuntut Azzura lagi.

“Seorang wanita, dengan nomor ponsel ....” Pria itu sudah langsung menyebutkan nomor ponsel dan Azzura yang merekamnya menggunakan rekaman di ponselnya, dengan sengaja meminta si pria untuk mengulangnya.

“Itu nomor siapa? Kenapa dia ingin melenya-pkanku? Sekaya apa dia, hingga berani menyewa jasa mafi4 hanya untuk menyingkirkan aku?” batin Azzura langsung berpikir keras. Membuatnya menjadi kurang fokus hingga pist0l di tangannya direbut pria di hadapannya dan awalnya tengah ia interogasi.

Dalam sekejap, keadaan menjadi berubah. Karena kini, Azzura yang sepenuhnya menjadi tawanan. Moncong pist0l yang awalnya Azzura arahkan ke kepala si pria, kini malah diarahkan ke dahi Azzura.

Jantung Azzura sudah langsung berdetak sangat kencang di tengah tatapannya yang menatap tegang kedua mata si pria.

“Aku yakin dia bukan mafi4, tapi mentalnya benar-benar baja!” batin si pria mafi4 masih menatap Azzura dengan leluasa.