Muslimah Tangguh Untuk Sang Mafia
Hamparan gorden tebal yang menghiasi sebuah jendela berangsur ditarik, menyisakan gorden tipis yang juga sengaja ditepikan, oleh seorang wanita paruh baya berkebaya keemasan dan juga memakai hijab berwarna senada. Suasana di luar sudah terang, berhias sorot matahari pagi yang sudah menyempurnakan, menemani hiruk pikuk pagi di kota metropolitan.
Di sebuah kamar hotel mewah sekaligus luas bersuasana sunyi, sepasang mata hitam berbinar cerah tengah mematut penampilannya pada cermin rias yang ada di hadapannya. Ia memakai pakaian pengantin lengkap dengan jilbab panjang berwarna senada yaitu putih, tanpa rias berarti. Rias natural sengaja ia pilih, selain mahkota kecil yang masih berwarna putih di atas ubun-ubunnya dan membuat penampilannya sangat manis. Tanpa berniat menyombongkan diri, wanita muda itu sungguh mengagumi kesempurnaan rupa yang ia miliki, hingga ia tak hentinya bersyukur kepada Sang Maha Pencipta, jauh di dalam hatinya. Baru saja, ia bertukar tatapan dengan wanita pembuka gorden tadi. Ia melakukannya sambil memakai cadar putih.
“Mamah jangan nangis terus dong. Aku kan mau menikah, bukan malah mau pergi perang! Senyum dan berbahagialah!” Azzura Pelangi Putri Kalandra, wanita berkebaya pengantin yang begitu cantik itu, menatap sebal sang mamah yang malah terisak pilu di depan jendela dan beberapa saat lalu, gorden berikut jendelanya baru saja mamahnya itu buka.
Azzura merengut manja, berharap dari apa yang ia lakukan barusan, sang mamah menepi dari kesedihan.
Ibu Arum yang tak lain mamah Azzura, susah payah menyeka air matanya menggunakan tisu yang sampai ia genggam di kedua tangannya. Entah kenapa, baru kali ini dirinya tidak bisa mengontrol kesedihan. Kesedihan yang sampai melahirkan rasa sesak tak berkesudahan dan rasanya benar-benar menyiksa. Seolah, putri semata wayangnya memang akan pergi berperang seperti yang baru saja Azzura sampaikan dalam menegur kesedihannya, beberapa saat lalu.
Padahal semuanya tahu, Azzura menjadi salah satu wanita paling beruntung karena akan diperistri oleh Cikho Putra Maheza—pengusaha muda dari keluarga Maheza. Keluarga yang juga dikenal sebagai salah satu keluarga paling berada negara mereka tinggal.
“Cantiknya ....” Pujian itu tak hentinya terlontar dari ketiga saudara laki-laki Azzura, maupun pak Kalandra yang merupakan papah Azzura. Keempatnya baru saja bergabung, kompak memakai setelan jas hitam, kemeja putih, dan juga dasi berwarna keemasan selaras dengan kebaya yang menyempurnakan penampilan ibu Arum.
Azzura yang masih duduk di depan cermin rias di hotel tempat mereka menginap, hanya tersipu. Wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu membiarkan papah dan juga ketiga saudara laki-lakinya, secara bersamaan merangkulnya dari samping. Kemudian, ibu Arum yang masih di depan jendela juga ikut bergabung, membiarkan orang kepercayaan mereka untuk mengabadikan kebersamaan mereka melalui bidik kamera.
Tidak ada yang berbeda dari kebersamaan kini. Air mata dan rasa nelangsa yang turut hadir, diyakini semuanya sebagai bagian kebahagiaan, dari keluarga mempelai apalagi mempelai wanita, yang akan melepas putri kesayangan dari keluarga mereka untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
***
Pernikahan Azzura dan Cikho berlangsung meriah tanpa meninggalkan kekhidmatannya. Tidak ada sedikit pun halangan berarti yang mewarnai pesta meriah yang berlangsung dari pagi hingga malam. Semuanya tampak sangat bahagia walau pesta yang mereka lakukan juga membuat mereka merasa sangat lelah. Termasuk ketika sesi ijab kabul yang juga masih dilangsungkan di hotel mereka menginap. Cikho yang memakai setelan pakaian pengantin warna putih selaras dengan gaun pengantin Azzura, mengucapkan lafal ijab kabul dengan tegas sekaligus lantang dalam satu kali helaan napas.
Hanya saja hingga resepsi meriah itu berakhir dan Cikho juga langsung memboyong Azzura ke rumah impian mereka, ibu Arum merasa, melepas Azzura menjadi seorang istri, tak beda dengan membiarkan anak gadisnya pergi ke medan perang.
Di lain sisi, Azzura merasa, kebahagiaan Cikho perlahan menepi seiring jarak mereka dari hotel tempat mereka melangsungkan pernikahan, yang semakin jauh. Azzura berpikir, pria yang baru resmi menikahinya itu belum rela jauh dari orang tua sekaligus keluarga mereka. Namun jika iya, kenapa Cikho langsung mengajaknya pulang ke rumah mereka?
“Sayang, ada apa? Ada yang mengganggu pikiran Mas?” tanya Azzura menatap pria di sebelahnya penuh perhatian. Baru saja, pria yang usianya empat tahun lebih tua darinya itu menoleh, menatapnya sambil tersenyum masam.
“Tanggapan Mas begitu, aku jadi deg-degan. Lagian, kenapa kita enggak menginap di hotel dulu biar besoknya, kita masih bisa sarapan bareng orang tua kita?” ucap Azzura yang menjadi gundah gulana. Entahlah, ia mendadak merasa, dirinya memang akan pergi berperang.
“Semuanya baik-baik saja. Benar-benar tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” lirih Cikho tanpa sedikit pun melirik Azzura, walau tangan kirinya sudah meraih, menggenggam erat tangan kanan istrinya itu.
“Mas Cikho kok tingkahnya makin aneh. Makin ke sini makin enggak nyambung karena dia jadi sering melamun. Sebenarnya, dia ada masalah apa bagaimana?” batin Azzura makin gelisah karena pemikirannya sendiri.
Jantung Azzura menjadi berdentam lebih kencang, terus begitu hingga akhirnya Cikho menghentikan laju mobil mewahnya di depan sebuah rumah berlantai tiga dan memiliki gerbang tinggi nyaris tiga meter yang juga sangat kokoh.
Walau bertahun-tahun lamanya menjalin hubungan dan Azzura yang tinggal di kampung juga kerap ke Jakarta selaku tempat tinggal Cikho, kini menjadi kali pertama Azzura melihat sekaligus datang ke rumah impian yang semuanya tahu, sengaja Cikho siapkan untuk Azzura. Lihat saja, semacam pintu gerbang dan juga pintu rumah saja, gagang pengaitnya berupa sepasang huruf A dan C. Itu inisial nama mereka.
Seorang satpam yang berjaga langsung membukakan Cikho mobil. Setelah keluar, Cikho langsung membukakan pintu mobil untuk Azzura yang memang sudah menunggunya. Sementara satpam tadi bergegas membuka garasi dan memboyong satu koper besar milik Azzura.
“Sayang,” ucap Azzura memberanikan diri mendekap mesra lengan kanan Cikho menggunakan kedua tangannya. Ia menatap saksama wajah khususnya kedua mata sang suami di tengah suasana remang yang menyelimuti. Pria itu terus membawanya masuk ke rumah, kemudian buru-buru mengunci pintu setelah sang satpam yang mengantarkan kopernya, keluar.
“Mas sakit?” lanjut Azzura khawatir lantaran kedua mata suaminya merah sekaligus basah khas mata lelah karena sakit.
Cikho tidak menjawab dan langsung membingkai mesra kedua sisi wajah Azzura kemudian mengunci kening Azzura dengan kecupan tak kalah mesra. Kecupan yang juga berlangsung sangat lama.
“Mas sudah ngelakuin kesalahan?” lirih Azzura menerka-nerka lantaran gelagat Cikho mirip orang yang merasa bersalah. Belum pernah Cikho terlihat berat serba salah layaknya sekarang, meski selama enam bulan terakhir, Cikho memang menjadi lebih pendiam.
Cikho tetap belum menjawab dan terlihat sangat kebingungan, Azzura berangsur menggeleng. “Enggak apa-apa. Aku enggak masalah walau kita langsung pulang ke rumah kita, kita enggak sampai menginap di hotel agar kita bisa lebih dekat dengan orang tua bahkan keluarga kita. Sudah lah Mas, aku beneran enggak apa-apa. Jadi, Mas jangan merasa bersalah begitu.” Azzura terus meyakinkan, tapi ulahnya malah membuat Cikho yang hanya bungkam dan bibirnya perlahan bergetar, malah berlinang air mata. Pria itu mendekapnya sangat erat.
“Aku mohon, apa pun yang terjadi. Apa pun yang terjadi, dan benar-benar apa pun, ... aku mohon jangan pernah meninggalkan aku karena apa pun yang terjadi, KAMU TETAP MENJADI WANITA YANG PALING AKU CINTAI!” tegas Cikho sembari menatap kedua mata Azzura penuh keseriusan. Ia sengaja membuat kening mereka saling menempel.
Kenyataan pipi Cikho yang sampai basah oleh air mata, juga pria itu yang sampai sesenggukan, menjadi luka tak berdarah tersendiri bagi Azzura. Dada Azzura terasa semakin sesak, rasanya sungguh tak karuan hingga darah Azzura seolah didihkan karena tubuhnya kehabisan stok oksigen.
“Oh, kalian sudah pulang ...?”
Suara lembut seorang wanita barusan langsung mengalihkan perhatian mereka. Azzura memastikannya dan seperti keyakinannya, itu memang suara Rere, wanita yang Azzura ketahui sebagai sekretaris Cikho. Wanita yang juga Azzura anggap sebagai kakak perempuannya sendiri karena selain usia Rere sebaya dengan Cikho dan keduanya juga bersahabat, hubungan mereka memang sebaik itu.
Hanya saja, kenyataan Rere yang memakai gaun malam warna hitam dan itu sangat transparan, membuat Azzura memelotot syok. Tak sepantasnya Rere berpenampilan sebebas itu di rumahnya dan Cikho, sedekat apa pun hubungan mereka.
Selain itu, yang membuat Azzura tak kalah bingung, bukan hanya maksud keberadaan Rere di rumah pribadinya dan Cikho, tapi juga tanggapan Cikho yang seolah tidak akan pernah menatap Rere, selain ... perut Rere yang tampak buncit mungil layaknya wanita hamil sekitar enam bulan.
Yang Azzura tahu, Rere itu belum menikah. Sementara andai Rere mengalami kenaikan berat badan dan sampai membuat perut wanita itu buncit, ... harusnya perut buncit karena gendut bukan seperti itu.
“Oppps ... sori, soalnya kebiasaan begini. Biasanya kan hanya Cikho yang datang ke sini. M-maksudku ...,” ucap Rere kebingungan dan berusaha menutupi bagian bawah perut dan juga dadanya yang tentu terlihat sempurna.
Tentu, apa yang baru saja Rere katakan dan itu semacam refleks karena keceplosan sudah langsung membuat dada Azzura pegal sekaligus bergemuruh.
Satu, dua, dan benar-benar tak terhitung, ... butiran bening berjatuhan dari kedua sudut mata Azzura.
Azzura membeku, merasa dirinya sudah nyaris meledak padahal Cikho belum menjelaskan apa pun.
❣️❣️❣️❣️
Merupakan bagian dari novel :
Pembalasan Seorang Istri yang Dianggap Sebagai Parasit Rumah Tangga(Novel orang tua Azzura)
Pembalasan Istri yang Terbunuh (Suamiku Simpanan Istri Bos!)—Novel ibu Aleya, Tuan Maheza, dengan orang tua Cikho yang bersahabat dengan orang tua Azzura.
Talak Di Malam Pertama (Kesucian yang Diragukan)—Novel mas Aidan kakaknya Azzura .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Alivaaaa
aku mampir Thor 😊
2024-07-16
0
Leng Loy
Kayaknya seru ini
2024-06-11
0
🌟~Emp🌾
slm knl thor 🤗
2024-06-09
0