Namaku Tiara Putri Mahesa, aku menikah dengan seorang Pria bernama Rio Anggara. Seorang pemuda sukses berjabatan Manager di Perusahaan Besar, dia sangat mencintaiku. Namun sikap dan sifatnya lambat laun berubah, dia menafkahiku dengan tidak layak, bahkan kerab tidak memberiku nafkah. Padahal Tugas Seorang Suami memberi Nafkah Lahir dan Batin Terhadap Istrinya. Tak jarang aku pun bagai seorang pengemis yang harus berkali kali mengiba meminta hakku. Namun kesabaranku seolah di injak injak dengan perbuatannya di belakangku, lelah dengan kesabaran yang tak pernah di hargai. Akhirnya aku Berontak dan Mundur.
Bagaimana kelanjutan kisahku? Yuk baca kisahku
Happy Reading❤️🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cillato, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Orang Tua Mawar
POV RIO
Hari ini aku bingung sekali, di satu sisi aku ingin sekali kembali bersama Tiara. Namun di sisi lain kini ada Mawar yang sedang mengandung anakku.
Sungguh ini semua membuat kepalaku rasanya seperti akan pecah.
Jujur saja Rasa Cintaku kepada Tiara masih sama seperti dulu, namun hanya karna nafsu semata akhirnya aku dan Mawar melakukan hal yang tidak seharusnya di lakukan.
Nanti sepulang kerja, aku sudah berjanji akan datang ke rumah Mawar untuk bertemu kedua orang tuanya. Sudah dapat ku pastikan bahwa mereka pasti akan mendesak ku untuk menikahi Mawar secepatnya.
Apa yang harus aku lakukan, aarrgghh..
Setelah seharian berkutat dengan pekerjaan, akhirnya tiba waktu jam pulang kantor.
Saat ku langkah kan kaki ini menuju tempat parkir dimana mobilku berada, ku lihat sosok Tiara yang hendak memasuki mobilnya juga.
Aku tertegun melihatnya, Tiara yang sekarang sangat cantik dan modis. Mobilnya pun sangat mewah, mobil keluaran terbaru.
Sempat ku berfikir jika aku kembali rujuk bersama Tiara, bisa ku bayangkan hidupku akan sangat bahagia.
Kesempatan ini tidak akan aku sia siakan, aku akan terus membujuk Tiara agar kami tak jadi berpisah.
Ku langkah kan kaki ini dengan cepat sampai aku setengah berlari untuk mengejar Tiara yang hendak masuk ke dalam mobilnya.
Ku cekal pergelangan tangannya yang hendak menaiki mobil, ku lihat ekspresi Tiara yang malas melihatku. Namun aku bodo amat, yang terpenting saat ini adalah membujuk Tiara agar kembali bersama denganku lagi.
Sikap Tiara masih saja, lagi lagi dia menolakku dan mengatakan bahwa tidak ingin bersama ku lagi.
Bahkan dia mengatakan agar aku segera menikahi Mawar karena Mawar sedang mengandung.
Kami pun berdebat kecil di area parkiran kantor, banyak mata memandang ke arah kami. Mereka seperti tengah menyaksikan sebuah film, bahkan banyak yang tengah berbisik bisik membicarakan Aku dan Tiara.
Aku memang mencintai Mawar, Namun aku juga Mencintai Tiara. Apa aku salah mencintai dua orang wanita? Bukankah laki laki boleh memiliki lebih dari satu wanita? Lalu kenapa Tiara tidak mau. Aku yakin, aku pasti bisa memperlakukan mereka berdua secara adil.
Tiara melangkah masuk ke dalam mobilnya, dan meninggalkan ku yang masih berdiri memanggil manggilnya.
Sikap Tiara sekarang berubah, dulu dia sangat lemah lembut, penurut kepadaku. Namun sekarang entah kenapa sikapnya menjadi sombong, apa karena dia kaya dan boss di perusahaan besar? Atau karena sedalam itu luka yang aku torehkan padanya?.
Fikiranku sangat kacau, aku merasa tidak bisa hidup tanpa Tiara. Mungkin aku menyesal telah melakukan ini semua di belakangnya.
Jika boleh aku meminta kepada takdir, izinkan aku kembali lagi bersama Tiara.
Ku langkahkan kaki ku menuju mobil yang biasa aku kendarai, dengan perasaan sedih ku lajukan mobil ini menuju tempat tinggal Mawar.
Saat aku masih memikirkan Tiara, ponsel ku berbunyi dengan nyaring.
Klikk..
"Hallo mas, sudah pulang kerja kan?". Ucap Mawar yang menghubungiku
"Sudah sayang, mas sudah di jalan menuju ke rumahmu". Ucapku
"Ok mas, hati hati ya di jalan. Boleh gk aku nitip sesuatu, dedek bayinya ngidam nih mas pengen rujak buah yang di perempatan jalan besar".
"Iya sayang, nanti mas beliin ya. Ada titipan apa lagi yang mau kamu beli? Atau mungkin bapak ibu mu mau titip sesuatu?". Ujarku pada Mawar
Terdengar grasak grusuk dari ponselku, seperti nya Mawar sedang bertanya kepada kedua orang tuanya.
"Kata bapak dan ibu gk usah deh mas, mas cepetan ke sini ya habis beli rujaknya. Udah di tungguin sama bapak dan ibu, hati hati di jalan ya mas". Ucap Mawar
Terdengar Mawar sangat senang ketika aku mengunjungi rumahmya untuk bertemu kedua orang tuanya.
Apa aku harus merelakan Tiara, dan menjalani rumah tangga bersama Mawar serta membesarkan buah hati kami?
Mobilku memasuki pekarangan rumah yang terlihat paling besar di desa ini, Rumah kepala desa atau Rumah dari kedua orang tua Mawar.
Saat aku turun dari mobil, sudah ku lihat Mawar tersenyum seraya melambaikan tangan menyambutku dari dalam.
Ku lihat juga kedua orang tua Mawar yang sudah duduk di ruang tamu, sepertinya mereka sudah menunggu kehadiran ku.
Ku ucapkan salam, memasuki rumah itu.
"Assalamualaikum.." ucapku
"Walaikumsalam". Jawab mereka serempak
"Mas..". Ucap Mawar langsung berdiri menghampiriku
"Mana rujaknya". Sambung Mawar lagi menanyakan titipannya
"Ini sayang rujaknya". Jawabku seraya memberikan bingkisan rujak yang tadi di pesan oleh Mawar.
Mawar tersenyum bahagia melihat bingkisan yang ku bawa, dia langsung mengambil bingkisan itu dan membawanya ke belakang. Mungkin anakku sudah tidak sabar memakannya.
"Eehhemm". Suara deheman yang membuyarkan lamunanku tadi, suara tersebut berasal dari Pak Ahmad. Bapak kandung Mawar
Aku mengangguk kikuk, dan tersenyum ke Arah Kedua Orang Tua Mawar.
Jujur aku sedikit tegang bertemu kedua orang tua Mawar, bagaimana tidak. Dulu saat aku akan menikah dengan Tiara, aku tidak bertemu dengan keluarganya. Jadi saat ini aku merasa suasana saat ini sedikit canggung, karena aku gugup.
"Pak,Bu.. apa kabar?". Ucapku sekedar basa basi seraya mencium tangan mereka dengan takzim.
Ku kihat wajah wajah kedua orang tua Mawar sama sekali tidak menyukai kebaradaanku, tetapi aku tidak akan menyerah begitu saja.
"Baik, jadi bagaimana kelanjutan hubungan kalian? Apalagi Mawar tengah mengandung tiap hari kandungannya pasti akan membesar, bukannya kamu sudah menikah ya?". Ucap Bu Lastri, ibu kandung dari Mawar
"Saya sudah bercerai dengan istri saya, setelah berkas berkas perceraian saya telah selesai. Saya memiliki niat untuk menikahi Mawar secepatnya, karena kondisi Mawar yang sedang mengandung buah hati kami". Ucapku dengan tegas
Pak Ahmad dan Bu Lastri saling pandang saat mendengarkan perkataan Rio.
"Baiklah, jika itu kehendak kalian berdua. Mengingat kehamilan Mawar, saya sebagai kepala desa sebenarnya malu dengan hal yang kalian lakukan ini, tapi mau bagaimana lagi. Secepatnya kamu harus menikahi anak saya, dan sebagai Bapak kandung Mawar saya merestui hubungan kalian tapi dengan satu syarat". Ucap Pak Ahmad kepadaku
Aku sangat senang mendengar kata restu yang terucap dari calon mertuaku ini, tapi aku masih penasaran syarat apa yang di ajukan calon mertuaku ini.
"Syarat apa ya pak, kalau boleh tau?". Tanyaku penasaran kepadanya.
"Kamu harus menyediakan uang dapur senilai 100 juta dan juga mahar berupa Emas murni 24 gram, bagaimana? Apa kamu bisa?". Ucap Pak Ahmad dengan tegas
"A..Apa?". Aku terkejut mendengar perkataannya.
Bibirku bergetar seolah ingin mengucapkan sesuatu, namun tidak ada satu suara pun yang keluar dari mulut ku.
"Mas, mas.. kamu kenapa?". Ucap Mawar bertanya kepadaku, entah sejak kapan Mawar sudah duduk disampingku.
usulnya