Di campakan sang kekasih yang paling ia cintai. Ia pun Flustrasi dan berusaha bunuh diri. Namun saat ia hendak menceburkan dirinya ke dalam sungai terbesar di bawah jembatan itu. Kapal pesiar yang memuat kekasihnya malah melintas dan menghentikan langkah brutalnya itu. Apa lagi kekasihnya malah terlihat di kabin kapal telah berciuman bersama adik nya sendiri. Akhirnya ia pun mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidupnya itu.
Salah langkah, akhirnya ia pun memasuki Clab malam lalu minum dengan pria yang ia anggap seorang bartender. Hingga akhirnya mereka pun berakhir di ranjang.
***
"Kesucianku!" Teriak Catya menjerit histeris ketika melihat dirinya dalam ke adaan telanjang bulat dan tertidur bersama seorang pria yang entah apa dan siapa.
Pria itu terbangun lalu menatap Catya dengan mata yang sayu.
"Sungguh mengesankan, aku sangat suka dengan ferpormamu malam ini... sayang"
Akibat pertemuan itu. Catya harus mau menjadi simpann pria tampan tanpa status pernikahan yang jelas.
Cinta sang Ceo...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Geerqiasilatusiluchen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hunian eksklusif
***
Catya menangisi nasib kelamnya hingga ia terlelap di sofa itu, saat sore menyambutnya ia pun terbangun dengan mata yang amat sembab.
"Eh..." Lenguhnya tersadar dari lelap nya. Catya segera bangun dan mulai duduk, sesekali ia mengusap matanya dan menepis bulir bening di pelipis nya.
"Apa yang harus aku lakukan di rumah sebesar ini sendirian?" Bathin Catya menggumam sembari menelisik seisi ruangan. Catya mulai bangun setelah perutnya berbunyi pertanda lapar mulai menerpa.
"Aku sampai lupa dimana dapur berada, astaga... berjalan menuju dapur saja membuatku lelah, bagai mana caranya aku bereskan seluruh barang dan seisi ruangan ini?" Batin Catya menggumam lagi. Catya terus melangkah menuju ke area dapur seraya memegangi perutnya.
Saat sampai di area dapur kotor, ia lekas membuka lemari es sesuai yang di anjurkan agen kru apartemen tersebut. Di liatnya isi kulkas tersebut. Rupanya tak ada apapun di sana selain air mineral berwarna putih.
"Gluk!" Bunyi Saliva Catya di telannya dengan susah payah.
"Di apartemen ini tersedia bioskop pribadi, sounds system pribadi, lalu salon pribadi, kantor pribadi, ruang kerja minimalis pribadi, tempat Gym dan bar pribadi. Tapi bagai mana bisa isi dalam lemari es nya saja hanyalah air mineral..." Gumam Catya tak habis pikir.
Catya mulai menutup kembali lemari es otomatis tersebut dan mulai memutar langkah menuju area pintu keluar. Seraya membawa selembar kartu debit gold pemberian Alexander.
"Apakah ini akan berguna?" Tanya Catya menatap cartu debit tersebut. Dengan langkah longai bergontai Catya pun memberanikan diri untuk keluar dari Apartemen tersebut untuk sekedar membeli beberapa sayur dan keperluan dapur. Meski pun area pasar toserba berada di lantai bawah, tapi ia tampak berusaha melangkah menuju area tersebut.
Sedangkan di tempat lain...
Di perusahaan Alexander Group Mobile, di ruangan pribadi CEO... seorang pria tampan nampak tengah duduk di kursi Ceo dengan raut wajah yang amat sangat serius ketika membaca dan memahami isi dari berkas-berkas yang telah ia genggam. Tak berselang lama ia pun menanda tangani beberapa berkas tersebut. Di temani Tio sang kepercayaannya yang tampak sedari tadi berdiri di depan daun pintu dengan posisi siap di perintah.
"Tio pukul berapa sekarang?" Tanya Alexander masih menatap berkas di tangannya. Tio pun merespon "Pukul 14.45 WIB tuan muda..." Jelas Tio menatap jam di lengan kirinya. Tampaknya Alexander kecewa hingga sebelah alisnya sedikit mencercid tajam.
"Aaggghh... sial, kapan pekerjaanku akan segara tuntas, menyebalkan!" Bentak Alexander menggebrak meja kerjanya. Seketika Tio pun kaget hingga badannya sedikit melompat.
"Tuan, apakah anda ingin makan sesuatu...?" Tanya Tio mulai meredam kemarahan Alexander. Alexander belum bergeming, tatapannya masih terfokus ke satu kertas yang ia cerna dengan seksama.
"Tidak, putarkan saja jam di lenganmu itu agar aku cepat pulang" Bentak Alexander. Tampaknya berkas yang perlu ia pelajari amatlah sangat banyak dan bertumpuk.
"Andai saja kakakku masih ada, pekerjaanku tak mungkin menumpuk seperti ini, dan sedikit demi sedikit pekerjaan ku akan berkurang..." Ucap Alexander. Tio pun sedikit meneguk salivanya.
"Tuan, kenapa anda terlihat tak tenang dan tergesa-gesa... apakah ada sesuatu yang mengganggu anda?" Tanya Tio gugup.
BRAK! Tio pun kaget setelah Alexander menepuk mejanya dengan berkas di genggamnya.
"Tuan muda, maaf jika anda tersinggung atas pertanyaan saya, lain kali saya akan memilah kata dalam bertanya..." Pinta Tio menunduk.
"Bukan itu... aku marah bukan karena pertanyaan mu..." Jelas Alexander, napasnya terengah-engah seakan menahan sebuah emosi.
"Lantas apa yang mengganggu pikiran anda hingga Anda tampak sangat berbeda hari ini..." Tanya Tio.
"Tio... kau tahukan, tentang tunangan kakakku yang bernama Fyona?" Tanya Alexander menatap Tio dengan pandangan tajam.
"I-itu... bukankah nona Fyona adalah tunangan..." Tak sanggup Tio melanjutkan kata-katanya.
"Ya. Dia akan datang ke Indonesia... dan lebih sialnya lagi, ibu menyerahkan sepenuhnya padaku. Ibuku telah menentukan, bahwa aku harus menikahinya..." Jelas Alexander menatap dinding putih di hadapannya dengan mata di penuhi amarah.
"Lalu tuan, bagai mana dengan nasib nona Catya, bukankah dia juga sudah terikat kontrak dengan Anda... apakah Anda akan melepaskannya begitu saja?" Tanya Tio. Alexander pun segera memegangi Batang hidung nya dan lekas memijatnya.
"Entahlah... aku sedikit bingung sendiri, tapi aku tak akan pernah melepaskan nya apapun yang terjadi. Kehadirannya cukup membuat ku hidup Kembali, Wanita itu (Catya) dia amat sangat mirip dengan Angela. Polos dan penurut, bagiku dia adalah sosok kedua wanita yang paling aku cintai..." Jelas Alexander sedikit menyempatkan sekilas senyum ringan tanpa beban.
"Lalu apa yang akan terjadi pada nona Catya setelah kedatangan nona Fyona. Bahkan nona Fyona bukanlah wanita yang mau menerima saingan cinta, apa lagi ia harus membagi cinya tuan muda dengan nona Catya begitu saja' Bathin Tio menggumam sedih.
"Ayolah Tio, lihat jam tangan mu itu... lalu katakan pada ku jam berapa sekarang?" Tanya Alexander mengulang. Tio pun mulai menatap jam di lengan kembali. Namun belum sempat Tio menjelaskan jam berapa saat itu, bel pulang pun mulai berbunyi hingga Alexander pun lekas menyambar tas kerja dan jasnya seperti biasa.
"Tio bereskan pekerjaan ku, lalu rapihkan... aku menunggumu di bawah, setelah itu siapkan mobil aku sedang sangat terburu-buru" Jelas Alexander seraya pergi menuju pintu keluar.
Plak! Tio menepuk jidatnya tampak frustrasi 'Astaga, bagai mana bisa aku melakukan seluruh pekerjaan ku di saat yang bersamaan. Sedangkan tanganku Saja hanya ada dua... ini sungguh mengerikan... " Bathin Tio menggumam.
Bersambung...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu