Aku dapat telfon dari ibu dan katanya itu hal penting ibu meminta ku pulang, terpaksa aku pulang. Aku tidak menyangka aku mendadak di suruh menikah sampai aku tidak menyangka wanita yang akan aku nikahi bukanlah wanita tipe ku, bahkan melainkan jauh dari tipe ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Ibu
"Makasih kak,"kata mereka secara bersamaan.
"Sama-sama, kalian harus membaginya dengan rata. Dan pembaginya juga garus adil."kata Najwa mengingatkan mereka.
"Iya kak,"
"Oh ya, Mhita. Aku boleh minta tolong ?"tanya Najwa kepada Mhita.
"Iya kak boleh."
"Tolong kebawa minta sama sopir kantong yang ada di bagasi, terus berikan itu kepada pembina kalian, biar dia yang bagikan untuk semua putri."
"Baik kak,"Mhita kemudian pergi mengambil Jilbabnya lalu pergi kebawah sesuai yang di suruhkan Najwa.
Setelah kebosanan Najwa hilang, karena di hibur mereka. Najwa pamit pulang kepada tiga orang itu, Iqo', Mhita, dan Zalfah. Mereka mengiakan kemudian mereka ikut mengantar Najwa kebawah. Setelah itu Najwa kemudian pergi.
Saat tiba di rumah, Najwa melepaskan jilbab dan cadarnya. Lalu melepaskan juga jubanya dan menggantinya dengan baju biasa. Karena ia sudah cukup terhibur Najwa membaringkan tubuhnya di atas kasur.
Drrtt Drrtt
Getaran Hp Najwa yang terletak di atas nakas, ia segera bangkit dari duduknya menuju nakas yang berada di samping tempat tidur. Melihat panggilan dari ibunya. Sudah cukup lama Ibunya baru menghubunginya. Najwa menarik tombol Hijau yang bergetar di layar Hp. Kemudian telfon itu tersambung.
"Assalamualaikum.."terdengar suara lembut khas seorang ibu, ada sedikit serak di sela suara lembutnya. Wajar saja Ibunya sekarang cukup tua, tapi kelembutannya meski dari suara tetap saja terdengar dan menenangkan hati. Najwa meneteskan air mata. Karena akhirnya rindu yang selalu ia diamkan akan berakhir juga.
"Waalaikumussalam bu' "jawab Najwa terdengar sayu dengan suara tangisnya.
"Bagaimana kabar mu nak ?" kata yang tidak pernah lupa ditanyakan seorang ibu kepada anaknya.
"Alhamdulillah baik bu' kalau ibu gimana ? orang disana baik semua kan ?"Najwa menghentikan isakan tangisnya, berusaha bersuara dengan normal.
"Alhamdulillah semuanya baik-baik saja, bagaimana dengan suami mu ?"pertanyaan untuk suaminya tak pernah terlupakan pasti akan tetap di pertanyakan siapapun orang itu.
"Dia..Alhamdulillah kak Aktar baik-baik saja,"
"Alhamdulillah kalau begitu, Jaa.. kapan pulang bawa suami mu ?"Mendengar pertanyaan yang cukup sensitif untuk Najwa, Najwa terdiam.
Aku tidak tahu bu' bahkan saat ini hubungan kami belum berubah masih saja sibuk dengan kepribadian sendiri. Kak Aktar sulit untuk diubah dan sulit untuk berubah.
"Jaa..Ibu mau sore ini kalian datang, ajaklah suami mu. Kalau kamu tidak mau biar ibu yang bicara dengannya. Selama kamu menikah kamu belum pernah menemui ibu, apakah suami mu tidak berpikir untuk mengajak mu bertemu ibu ? suami macam apa itu !"
"Syuut..Ibu jangan ngomong begitu, selama sudah menikah dia selalu sibuk. Itulah mengapa dia tidak berpikir kemudian, Najwa juga tidak ingin menambah mempersulit kak Aktar. Tenang saja bu' Najwa akan coba mengajak kak Aktar moga saja dia ada waktu."
"Baiklah..ibu tunggu kalian, jangan buat ibu kecewa."bahkan Najwa pun berharap begitu, untuk tidak mengecawakan ibunya. Tapi yang menentukan ini adalah Aktar jika dia mau ikut bersamanya pulang menemui ibu itu akan baik. Tapi kalau dia menolak ibunya pasti merasa sedih.
"Insyaallah bu' Najwa akan berusaha mengajak kak Aktar,"tiba-tiba ia teringat kalau dia tidak tinggal berdua. Masih ada Irna, mana mungkin meninggalkannya di rumah sendirian.
"Ibu-"
"Sudah dulu keponakan mu menangis. Assalamualaikum.."kemudian sambungannya mati sepihak. Najwa menghembuskan nafasnya.
"Waalaikum'salam.."gumamnya kemudian menyimpan Hpnya di atas kasur.
Najwa segera berpakaian, kemudian ia keluar dari kamar untuk menemui Irna. Tiba di kamar Irna, Najwa melihat pintu kamarnya tidak terkunci dan menyisakan sedikit bagian yang terbuka. Perlahan Najwa mendorongnya untuk membuka dan memperluas, rupanya. Irna sedang keluar entah kemana.
Dia tidak ambil pusing, karena ia tidak ada hak untuk diminta izin. Apalagi Irna juga sudah besar tidak ada hal yang perlu ditakutkan kalau ia pergi kemana.
Biar kak Aktar saja yang telfon Irna saat kami sudah berada di rumah ibuku.
Pikir Najwa, kemudian ia kembali kekamarnya mengambil cadar untuk ia pakai, sambil menunggu sore. Najwa ingin lagi keluar berjalan-jalan, meski ia sudah pergi ke jalan-jalan ke pesantren tapi ia masih ingin pergi kemana pun yang jelas di tempat itu ia dapat terhibur. Tapi ia tidak punya teman kalau ia ingin pergi. Tidak seru bagi Najwa kalau hanya pergi bersama pelayan, ia pengen pergi bersma teman-temannya atau orang yang dekat dengannya.
Sungguh membosankan kalau dia hanya diam di kamar, hingga dia memutuskan untuk ke taman belakang menghirup udara. Menikmati bunga-bunga.
Najwa menggoyangkan ayunan yang dinaikinya, ia benar-benar bosan jika terus seperti itu.
"Lihatlah nona, dia terlihat sangat kesepian ia mungkin merasa bosan."kata pelayan kepada temannya. Mereka semua melihat Najwa.
"Yah, apa lagi semua orang tidak ada di rumah. Nona Irna juga baru-baru pergi, entah ia pergi kemana. Tinggal nona Najwa saja."
"Mungkin aku juga akan sama dengannya, kalaulah aku menjadi dia. Tinggal di rumah besar ini tapi kadang di tinggal sendiri, pasti aku juga akan merasa bosan."
"Tapi bukannya dia sudah menjadi nona muda, kan dia bisa melakukan apa saja."kata pelayan pendek. Ketiga pelayan lainnya melihatnya.
"Uh..kalau aku jadi dia, aku manfaat kan semuanya. Apa lagi sekarang semua orang pergi, dia bisa berbuat apa pun yang dia mau."
"Itukan kamu, berbeda dengan nona Najwa, dia gadis sholeha. Dia tahu batasnya dan dia tidak sembarang ia lakukan."kata pelayan yang lain.
"Cih... dari pada tinggal saja begitu, tidak ada yang menghibur."
"Sudah, dari pada kalian ribut. Mending kita pergi hibur nona muda biar dia tidak merasa bosan."kata pelayan yang dari tadi pusing melihat yang lainnya bergosib, dan katanya kasihan melihat nona muda tapi tidak juga pergi menghiburnya.
"Kau mau pergi menghiburnya ?"tanya pelayan pendek itu.
"Yah, kan kita lebih baik menghiburnya biar dia juga merasa terhibur."katanya ketus.
"Kau ingin menghiburnya dengan apa ?"
"Terserah saja, asal nona muda bisa terhibur."jelasnya lagi.
"Apa nona mudah tidak akan marah ?"
"Mana mungkin dia kan orang yang baik."
Setelah lama mereka berdebat soal apa yang harus mereka kerjakan untuk menghibur nona mudanya, tapi Najwa sudah pergi dari tempanya dan kembali kekamar.
Najwa teringat kalau ia masih punya buku yang belum pernah ia baca, dan ingin sekali ia baca tapi karena selalu sibuk jadi ia lupa.
Kebetulan sekali saat ini semua orang tidak ada di rumah, ia juga tidak punya pekerjaan yang akan dikerja. Najwa kembali menyimpan cadarnya dan membuka jilbab besarnya menyisakan jilbab pendek yang biasa ia pakai dalam rumah.
Najwa membuka laci dan mengambil buku yang masih tesegel rapi, ia pergi mencari tempat yang enak dan tenang untuk ditempati membaca.
Bersambung...
Lanjut lagi kak