NovelToon NovelToon
Menjadi Janda Karena Janda.

Menjadi Janda Karena Janda.

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor / Keluarga / Romansa
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cumi kecil

Fenomena pernikahan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Pengkhianatan pasangan menjadi salah satu penyebab utama keretakan rumah tangga. Dalam banyak kasus, perempuan sering menjadi pihak yang dirugikan. Namun, di tengah luka dan kekecewaan, tak sedikit perempuan yang mampu bangkit dan membuka hati terhadap masa depan, termasuk menerima pinangan dari seorang pria.

Pertemuan yang tak terduga namun justru membawa kebahagiaan dan penyembuhan emosional.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 24 DUFAN.

Langit mulai berubah warna ketika matahari mulai condong ke barat. Dufan semakin ramai, tapi kehangatan kebersamaan tak luntur sedikit pun di antara keempat orang itu. Bang Dafi, Dela, Sofia, dan Ammar.

Sofia duduk di bangku taman kecil dekat wahana Arung Jeram. Udara sore menyisakan semilir angin yang sejuk, tapi jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ammar duduk tak jauh darinya, hanya terpisah satu bangku, cukup dekat untuk sekadar berbagi diam yang nyaman.

Dela dan Bang Dafi masih antre di wahana. Sofia sengaja tidak ikut naik karena pakaiannya tak cocok untuk basah-basahan. Ammar pun memutuskan menemaninya. sesuatu yang tidak aneh, tapi terasa berbeda sore itu.

Ammar menoleh perlahan, menatap wajah Sofia yang tampak lelah meski berusaha tersenyum. “Sofia…” ucapnya pelan.

Sofia hanya menoleh sedikit, menunggu kalimat berikutnya.

“Aku tahu semuanya,” kata Ammar tenang. “Tentang Ilham. Tentang perceraian kalian.”

Sofia terdiam. Pandangannya kembali lurus ke depan, menahan perasaan yang muncul mendadak. “Bang Dafi cerita?” tanyanya tanpa menatap.

Ammar mengangguk. “Waktu dia minta kenalan pengacara yang biasa bantu aku... Aku tahu dari situ. Tapi aku nggak nanya lebih jauh. Aku tunggu kamu sendiri yang siap cerita.”

Sofia menarik napas panjang. Matanya menatap jauh ke arah wahana, tapi pikirannya mengarah ke luka yang belum sepenuhnya kering.

“Aku nggak nyangka semuanya bakal runtuh secepat itu. Aku kira rumah tangga kami... cuma butuh waktu. Ternyata Ilham... udah punya dunia lain sejak lama.”

Ammar menunduk, mendengarkan dengan sabar. Ia tidak menyela, tidak memberi nasihat kosong. Ia hanya menjadi ruang. tempat Sofia bisa jatuh sejenak tanpa takut dinilai.

“Kalau aku boleh jujur,” lanjut Sofia pelan, “yang paling berat bukan disakitinya… tapi harus tetap terlihat kuat di depan orangtuaku.”

Ammar tersenyum kecil, matanya menatap Sofia dengan hangat. “Kamu sudah lebih kuat dari yang kamu sadari, Sof.”

Sofia menoleh, sedikit terkejut oleh kalimat itu.

“Aku tahu kamu mungkin nggak ingin dikasihani. Tapi kamu juga nggak perlu terus pura-pura baik-baik saja. Kalau kamu butuh tempat cerita... aku di sini, bukan cuma hari ini. Kapan pun.”

Kalimat itu tidak terdengar romantis. Tidak ada nada gombal. Tapi di telinga Sofia, rasanya seperti selimut hangat yang menyentuh luka paling dalam.

“Terima kasih, Bang Ammar…”

Ammar tersenyum. “Dulu aku cuma sahabatnya Dafi. Sekarang, aku juga ingin jadi teman yang kamu bisa andalkan, kalau kamu mengizinkan.”

Sofia menatapnya lama. Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, hatinya merasa ringan. Bukan karena ia sudah sembuh, tapi karena tahu… ada seseorang yang benar-benar ingin hadir, bukan untuk mengisi kekosongan, tapi untuk menemani proses penyembuhan itu sendiri.

Dan sore itu di Dufan, di antara tawa anak-anak dan gemuruh wahana… diam-diam sesuatu tumbuh perlahan. bukan cinta yang terburu-buru, tapi rasa aman yang perlahan mulai membasuh luka.

Langit Jakarta mulai berwarna jingga keemasan. Dufan masih ramai, tapi suasana terasa lebih tenang di area Bianglala. Di kejauhan, siluet wahana itu tampak gagah berdiri, membawa orang-orang ke ketinggian. seolah mengajak mereka menatap dunia dari sudut yang berbeda.

Ammar berdiri di samping Sofia, menatap antrian yang tak terlalu panjang.

“Ayo,” ujarnya sambil menoleh pada Sofia.

Sofia mengerutkan kening, setengah ragu. “Naik bianglala?”

Ammar tersenyum. “Iya. Aku tahu kamu suka lihat pemandangan dari tempat tinggi. Kayak waktu kamu sama Dafi ke Lembang, kamu bilang itu salah satu cara kamu ‘ngatur ulang isi kepala kan?”

Sofia menahan senyum. Ia tak menyangka Ammar mengetahui kebiasaanya. padahal sofia belum pernah jalan-jalan atau cerita kepada Ammar soal kegemaran nya.

“Jadi,” lanjut Ammar sambil mengangkat alis, “mau naik nggak? Sekalian aku bisa hibur kamu dengan suara fals aku nyanyi di atas sana.”

Sofia tertawa kecil. tawa pertamanya hari itu yang benar-benar lepas.

“Oke, tapi jangan nyanyi keras-keras. Aku nggak mau diturunin di tengah jalan,” godanya.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah duduk berdampingan di dalam kabin Bianglala. Roda raksasa itu mulai berputar pelan, membawa mereka perlahan ke atas. Angin sore menyapa lembut, dan lampu-lampu mulai menyala satu per satu di bawah sana.

Suasana hening, tapi bukan canggung. justru menenangkan.

Dari atas, kota terlihat kecil. Jalanan ramai jadi sekadar garis-garis, dan keramaian jadi bisikan jauh. Di titik tertinggi, Sofia menghela napas panjang dan memejamkan mata sejenak.

“Tenang ya?” tanya Ammar, pelan.

Sofia membuka mata, menoleh padanya. “Iya… entah kenapa rasanya seperti bisa bernapas lebih lega.”

Ammar menatapnya penuh perhatian. “Kadang kita cuma butuh naik sedikit lebih tinggi… bukan untuk lari, tapi buat lihat kalau hidup nggak cuma tentang hari yang buruk.”

Sofia menatap Ammar dalam diam. Matanya menyimpan rasa yang belum diungkap, tapi juga tidak disembunyikan. Ia tahu hatinya belum sembuh. Tapi ia mulai bisa melihat bahwa luka tidak harus sendirian diobati.

“Terima kasih ya, Bang ammar.”

Ammar tersenyum, kali ini lebih hangat. “Sama-sama. Selama aku masih bisa bikin kamu tersenyum… aku akan terus coba.”

Dan di puncak bianglala itu, di antara langit yang mulai gelap dan lampu-lampu kota yang menyala… dua hati yang sempat patah perlahan mulai percaya lagi bahwa pelukan tidak selalu berupa tangan, kadang hadir dalam bentuk perhatian yang tulus dan kehadiran yang tak pernah memaksa.

Bianglala terus berputar perlahan. Dari puncaknya, matahari tampak seperti tenggelam perlahan di balik gedung-gedung tinggi Jakarta. Cahaya senja memantul lembut di wajah Sofia, membuatnya terlihat tenang, walau sisa luka masih jelas terbaca di mata beningnya.

Sofia dan Ammar duduk berdampingan, tanpa banyak kata. Namun keheningan mereka bukan karena kaku. justru karena hati masing-masing sedang berbicara dalam diam. Di atas sana, dunia terasa menjauh, menyisakan hanya mereka berdua dan langit yang perlahan memudar warnanya.

Ammar menoleh pelan ke arah Sofia, menyimpan dalam-dalam setiap detik kebersamaan itu.

“Sofia…” panggilnya lirih, nyaris seperti bisikan.

Sofia menoleh, matanya memantulkan cahaya senja.

“Aku tahu sekarang belum waktunya. Aku belum cukup pantas untuk bilang banyak hal… apalagi memintamu membuka hatimu lagi.” Ammar tidak ingin banyak basa basi dan terus menyimpan perasaannya sendiri.

Sofia menunduk pelan, tapi tak menjauh. Ia mendengar, dan itu sudah cukup bagi Ammar. Sofia tidak menyangka jika ammar menyimpan rasa kepadanya, apa lagi pertemuan mereka yang hanya baru beberapa kali.

“Tapi,” lanjut Ammar, suaranya rendah namun mantap, “kalau kamu belum siap membuka pintu, nggak apa-apa. Aku nggak akan memaksa masuk. Tapi… bolehkah aku titipkan namaku di hatimu dulu? Nggak besar. Sedikit saja. Biar kamu tahu… ada seseorang yang tulus ingin menunggumu sembuh dengan caramu sendiri.”

Sofia diam cukup lama. Senja semakin turun, dan angin membawa haru yang halus.

Ia lalu menoleh perlahan. Tatapannya tak menjanjikan apa pun, tapi di matanya ada ketulusan yang tak bisa disembunyikan.

“Aku nggak janji, Bang… Tapi aku akan simpan namamu. Diam-diam. Dalam doaku, mungkin… dalam ruang kecil di hatiku yang mulai belajar pulih.”

Sofia sadar jika dirinya tidak boleh terlalu lama menutup perasaanya. namun untuk kali ini, Sofia akan selalu menyertakan do'a dan meminta restu kepada allah atas jodoh nya nanti. Sofia tidak ingin gegabah seperti dulu.

Ammar tersenyum. tidak lebar, tapi cukup untuk menyampaikan rasa syukur. Ia tidak meminta lebih. Ia tidak ingin tergesa. Karena yang ia perjuangkan bukan cinta yang cepat, melainkan kepercayaan yang tumbuh perlahan.

Dan saat bianglala mulai turun, membawa mereka kembali ke keramaian dunia, satu hal telah berubah:

Sofia tak lagi sendirian menatap masa depan.

Ada nama yang kini ia simpan.

Dan nama itu adalah Ammar.

1
🌷💚SITI.R💚🌷
kucing di kasih ikan tetep nyosor lah
Samsiah Yuliana
lanjut Thor,,, 🙏🙏🙏
🌷💚SITI.R💚🌷
sabar ammar tunggu masa indah selesai..klu sdh selesai langsung ijab qobul aja
🌷💚SITI.R💚🌷
dan yg penting buat ammar itu kamu sofia
🌷💚SITI.R💚🌷
klu memaafkan pasti ya sofia tp klu melupakan itu susah,dan klu kamu baik lg rasay suami kamu susah berubah krn selingkuh itu penyakit
🌷💚SITI.R💚🌷
smg tambah semangaat ya sofia dan kamu bisa menemukan cinta sejati kamu
Samsiah Yuliana
kang Ilham percaya diri bgt sih, masih aja maksa²🥱
lanjutkan Thor 🙏🙏🙏
🌷💚SITI.R💚🌷
klu sdh kehilangan baru terasa ya ham
Mundri Astuti
tuhhh...peliharaanmu dtg ham...itu yg kamu sebut memperbaiki ???
Samsiah Yuliana
lanjut Thor 🙏🙏🙏
Richard
Luna benar-benar gak punya otak dan gak punya hati, pantes dia cocok sama si ilham itu
Richard
sweet banget sih ammar 🥰
Richard
intinya ammar butuh istri yang solehah bukan istri yang suka pamer
Richard
Saking takutnya Sofia di ambil orang, ammar sampai gak sabaran gitu. sabar ammar, Sofia belum resmi bercerai dengan ilham. nanti kalo dah resmi langsung gasss🔥😅
Richard
Lanjut kak
Richard
Luna jadi yang paling tersakiti mencari keadilan kesana kemari padahal saat melakukan perselingkuhan sama ilham, Diam-diam aja tuh bahkan gak mikirin Sofia.
Richard
Semangat Sofia
Richard
Kalo dah kaya gitu gimana tuh ham?
Richard
ilham plim plan. laki-laki seperti dia gak berhak bahagia, semoga ilham segera mendapatkan karma
Richard
Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman, tempat untuk pulang namun kini berubah menjadi rumah hantu karena sudah tercemar oleh ilham dan juga selingkuhan nya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!