Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 23. Tidurlah Sayang
Tetangga silih berganti berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa. Siang tadi setelah zuhur, Sari langsung dikebumikan. Kini di rumah hanya ada Kiran yang menerima ucapan belasungkawa dan doa dari warga sekitar ditemani oleh Kai.
Seperti yang sudah ia janjikan kepada sang ibu, Kiran tidak lah menangis di hadapan banyak orang.
" Sing sabar ya nduk."
" ikhlas no ibumu."
" Sing kuat...."
" Mugo mugo ibu mu husnul khotimah."
" Matursuwun buk…"
Ucapan ucapan itulah yang selalu ia terima dari semua tetangga yang melayat. sedangkan Kai berlaku sebagi tuan rumah menemui bapak bapak yang melayat.
" Hei Kiran, ibu mu wes ra ono berarti kowe kudu lungo seko omah kene (ibumu sudah tidak ada, sekarang kamu harus pergi dari sini.) Ini rumah bapakmu jadi ini adalah hak ku."
" Astagfirullah."
Semua mengelus dada mendengar ucapan martiyah. Martiyah datang dengan berkacak pinggang. Disaat semua orang tengah bersimpati akan meninggalkannya Sari, Martiyah yang berlaku sebagai kerabat dari Kiran malah sama sekali tidak ada simpatinya.
Kiran hanya menghembuskan nafasnya kasar. Di saat tanah kubur Sarj masih basah Martiyah dengan teganya mengusir keponakannya yang sebatang kara itu.
" Iya Bude… Kiran akan pergi tapi setelah tujuh hari ya."
" Ora… sesok koe kudu lungo seko kene ( tidak, besok kamu harus pergi dari sini."
" Tapi…."
Kai mendekat ke arah Kiran lalu memegang bahu Kiran dan menggeleng perlahan kemudian membuat anggukan kecil.
" Ya Bude, Kiran akan pergi besok."
" Bagus, emang dasar bocah sial."
Deg…
Kiran hanya bisa beristighfar mendengar ucapan tidak punya hati Martiyah. Ia mengusap dadanya yang sesak berkali kali. Sungguh bude nya itu tidak memiliki rasa simpati sedikitpun. Kai yang melihat itu semua sungguh geram. Rasanya ia juga ingin meratakan bude Martiyah itu dengan tangan seketika. Namun Kai harus lebih tenang karena fokusnya lebih untuk Kiran.
" Sudah, tidak usah digubris. Biarkan saja. Nanti ke rumah kita saja, maksudku rumah yang kukontrak."
Kiran mengangguk lalu tersenyum. Dalam hati ia begitu bersyukur memiliki Kai di sampingnya.
Sesampainya di rumah Martiyah tersenyum puas. Hal tersebut membuat Rio dan Riati menatap heran.
" Kok ibu senyum senyum gitu, bulek Sari meninggal tapi kayaknya ibu malah senang."
" Hehehe, iyo lah. Rumah sek ditempati Kiran itu bakal jadi milik kita. Tadi ibu udah ngusir Kiran. Rio nanti itu bisa kamu tempati."
" Siap… ibuk memang jagoan."
Riati menatap heran kepada ibu dan kakak lelakinya itu. Pasalnya mereka tidak ada simpatinya sama sekali dengan kepergian Sari.
" Buk, mas, memangnya nggak kasihan sama Kiran. Ya aku juga ndak suka sih sama anak itu tapi aku masih punya kasihan. Dia sekarang sudah tidak punya siapa siapa."
Hah… Martiyah membuang nafasnya dengan kasar. Ia lalu menarik telinga sang putri.
" Makanya ini kuping jangan disumpal terus pake headset, Kiran sudah menikah sama bule kere itu. Jadi biar dia ikut tinggal di rumah yang dikontrak bule itu."
" Apa??? Kiran sudah menikah, kapan?"
Riati begitu terkejut mendengar pernyataan dari sang ibu. Ia memang tidak menyukai pria bule itu karena menurutnya bule itu miskin. Tapi dia juga tidak suka bila Kiran menikah, apalagi mendahului dirinya.
" Tadi sebelum Sari meninggal. Pak Burhan yang mengumumkan nya."
" Makanya Ri kupingnya itu jangan disumpelin headset terus. Awas ntar kamu budek lho."
" Ya Allah mas Rio doamu jelek banget. Aku yang cantik ini di doain budek. Tapi biarin deh dia nikah sama bule itu. Bakalan blangsak pasti, sama sama kere soalnya hahaha."
Martiyah dan Rio ikut tertawa mendengar ucapan Riati. Entah apa salah Kiran terhadap keluarga bude nya itu sehingga membuat bude dan kedua sepupunya begitu membencinya.
Di rumah Kiran sudah sepi dari para pelayat dan meninggalkan sepasang suami istri baru itu. Kiran segera membereskan barang barangnya agar besok bisa segera pindah ke rumah Kai.
" Ada yang bisa kubantu?"
Suasana canggung menyelimuti keduanya. Kini mereka berada dalam satu ruangan dengan status yang berbeda.
" Ehmm… Apa ya bang. Aku bingung juga. Sudah abang duduk saja. Tidak banyak barang yang aku bereskan paling hanya baju bajuku dan baju ibu. Lalu perlengkapan dan peralatan jualan jamu. Bang… Apakah aku tetap boleh berjualan jamu?"
Kai tersenyum dengan pertanyaan istri kecilnya itu. Ia bersyukur Kiran bisa menerimanya, dengan istrinya meminta izin untuk melakukan sesuatu berarti dia paham akan statusnya sekarang.
" Silahkan, abang tidak akan melarangmu berjualan jamu asalkan itu tidak membuatmu capek dan membebanimu. Abang tahu berjualan jamu menjadi kesenanganmu jadi terus lakukanlah."
" Terimakasih bang."
Kiran tersenyum lalu memasuki kamar sang ibu. Satu per satu ia mengeluarkan baju milik Sari dan memindahkannya ke dalam sebuah tas besar. Air matanya kembali luruh, ia mengusap mukena dan sajadah yang biasa digunakan sang ibu.
" Ya Allaah, tempatkan ibu di tempat terbaik-Mu. Kumpulkanlah kami lagi nanti Rabb."
Kiran tergugu, ia terisak memeluk sajadah dan mukena Sari.
Setelah beberapa Kiran tak juga keluar dari kamar sang ibu. Kai pun berinisiatif menyusul masuk ke kamar. Ia sungguh terkejut melihat Kiran yang tertidur duduk di lantai. Kiran masih memeluk sajadah tersebut dan kepalanya bersnadar di kasur.
Kai mendekat lalu mengangkat tubuh kecil istrinya itu lalu membaringkan di ranjang. Kai menyelimuti Kiran, ia membelai wajah ayu sang istri.
" Usiamu hanya terpaut setahun dengan Ana, tapi beban kehidupan yang kau pikul sungguh sangat berat. Saat gadis seusiamu masih bebas bermain tapi kamu sudah bekerja keras menguras keringat dan tenaga. Tidurlah yang nyenyak sayang. Hari ini adalah hati yang berat untukmu, esok aku berjanji akan lebih baik."
Kai mencium kening Kiran sekilas lalu ia keluar dari kamar tersebut dan menutup pintu dengan perlahan.
Kai berusaha membereskan barang barang yang sekiranya ia bisa lakukan. Ia mengingat ucapan Kiran tadi mengenai perlengkapan jualan jamu. Kai pun segera mencari barang barang tersebut lalu membereskannya. Ia ingin besok saat Kiran bangun paling tidak sebagian besar barang yang ingin dibawa sudah rapi.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Kai menjatuhkan tubuhnya di kursi ruang tamu. Ia merasakan tubuhnya yang begitu lelah.
" Ugh…. Sudah jam 2 rupanya pantesan mata terasa sangat berat. Hoaaammm… baiklah sebaiknya istirahat sejenak sambil menunggu subuh."
Lambat laun Kai pun memejamkan matanya ia tertidur di kursi dengan posisi duduk.
Di dalam kamar Kiran terkejut mendapati tertidur nyaman di atas ranjang.
" Lho… kok bisa di sini? Bukannya tadi aku masih duduk di lantai."
Kiran beranjak dari tempat tidur dan kembali menyelesaikan sisa baju yang belum dimasukkan ke tas. Ia pun keluar dari kamar snag ibu. Kiran sedikit terkejut melihat beberapa barang sudah rapi. Keterkejutannya bertambah saat melihat Kai tidur dalam posisi duduk.
" Pasti abang yang melakukan semua ini."
Kiran berlalu ke kamarnya dan kembali dengan membawa selimut dan bantal. Ia membenarkan posisi tidur Kai agar lebih nyaman dan menyelimuti pria yang menjadi suaminya itu. Kiran duduk di lantai dan tepat di depan wajah Kai.
" Terimakasih bang. Terimakasih telah menjadi penguat ku dan terima kasih telah melindungi ku."
TBC
Maaf ya readers akhir bulan ini othor hanya bisa up 1 hari 1 bab. Karena Othor akan revisi "ANAK JENIUS MOM SITA " pelan pelan.
Di sana banyak sekali typo dan kesalahan...
Tapi othor janji.... Bulan depan othor akan up 2 bab bahkan lebih setiap harinya.
Mohon pengertiannya njiihh.... Doakanlah othor sehat.... Dan semoga readers sabar menanti up dari othor.... Terimakasih... Matursuwun...
KIRANA ADZAKIA.KAI ANAK SITA DAN DANI ANAK SAMBUNG RAMA